Prolog

64 4 2
                                    

"siapa namamu?" tanya gadis itu tanpa memandang kearah sepasang mata yg memandangnya dengan pandangan penuh tanya.
"Mars" pria itu menghela napas halus
Gadis itu tersenyum kecut "bukan.  Bukan nama yang diberikan negara padamu yang ingin aku dengar.  Tapi nama yang orangtuamu berikan padamu"
"kau tau aku tak akan pernah mengatakannya dan kau pun tau alasannya " jawabnya sedikit skeptis
" yah.  Kau dan rahasia besarmu", gadis itu menyeringai sekilas,  ekspresi wajahnya tak terbaca.  Yang hanya dihadiahi senyuman kecil dari si pria.
Lelaki itu hanya tersenyum tNp sekalipun membalas atau mengelurkan suaranya.  Ia tetap menatap jauh kedepan.
"setidaknya biarkan satu orang mengenalmu sebagai dirimu sendiri.  Bukannya mati dengan menyandang nama sebutan seperti itu " guratan kekesalan nampak jelas mulai terlihat di mimik wajahnya.  Lelaki itu hanya twrsenyum kecut. 
Keduany kembali terdiam.  Hanya suara desiran angin yNg menggesek dedaunan di sekitar saunglah yang kini rapat menemani mereka.
Helaan napas dari lelaki itu menjadi pemecah berhentinya waktu kala itu.
"Arka.  Namaku arka prameswara.  Nama yang selalu aku sukai dari dulu sampai kapanpun "  lelaki itu berucap dengan terselisip rasa bangga dihatinya.  Yang jelas2 terlihat dari guratan wajahnya.
Hal itu tak ayal membuat si gadis menarik keatas sejenak tulang pipinya membentuk sebuah senyuman yang kali ini benar benar tulus.
" oke kalau begitu,  berbahagialah,  Arka..  " ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan saung yang kini diwarni guratan warn keemasan.  Keduanya tanpa saling memandang meninggalkan si lelaki yang kini tersenyum tulus menatap arah ibu pertiwinya yang kini menjadi ibu barunya.
.
.
.Tbc.

The TransporterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang