Prolog

249 91 115
                                    

Berulang kali Airin menengok jam yang tertempel di dinding kafe, menunggu seseorang ditemani dengan suara gemercik air hujan dari arah luar jendela. Ia menopang dagunya dengan telapak tangan sedangkan tangan yang lain sibuk mengaduk-aduk segelas espresso di depannya. Bola matanya bergerak melirik langit-langit, kaca jendela lebar di sampingnya, dan pengunjung yang berlalu lalang di sekitar kafe ini.

Berselang beberapa detik pintu kafe terbuka bersamaan dengan Airin yang memekik kaget, menyadari espresso yang tak sengaja ia senggol hampir tumpah membasahi celana jeans belelnya kalau saja tidak ditahan oleh sebuah tangan dari seorang cowok.

"Hhh, untung deh gak jadi jatuh," gumam Airin pelan sambil menghela napas lega. Kepalanya menengadah ke empunya tangan tersebut, membuat manik mata yang sewarna madu itu bersirobok dengan iris mata abu-abu cowok di depannya. Seorang cowok dengan rambut hitam berantakan, kaus putih polos yang dibalut kemeja flanel kotak-kotak, serta celana jeans hitam.

Airin sedikit kikuk saat tak ada seulas senyuman tercetak di bibir cowok itu, hanya tatapan datar dan ekspresi dingin yang terpampang. Ingin senyum pun sepenuh hati Airin yakini cowok itu tidak akan membalasnya.

"Mmm... makas--" belum selesai mengucapkan kata terimakasih, cowok itu sudah melenggang acuh membawa langkah kakinya menuju pintu keluar kafe yang tak jauh dari pandangannya.

Airin mendesah pendek, mungkin dia bisa mengucapkannya lain waktu, jika mereka dipertemukan lagi.

***

Hai, pendatang baru nih!
M

inta kritik saran yaa sama cerita ini, ada kalimat yang gak mengenakan minta dikoreksi hehe :" makasih:))

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang