SEBUAH PERMULAAN

26.5K 688 90
                                    

Cerita ini bertemakan dewasa, dan ada unsur male x male.

Alur cerita ada flashback dan waktu sekarang, tanpa jeda, tapi mengalir.

Agak panjang di setiap chapternya, bersabarlah. Lol.

Thanks alot buat algojopria
Yang sudah membantu bikinin cover cerita ini.

Homophobic, go way!!!

===

"Aaaahhhh.... uuuhh..."

Desah kami bersamaan setelah kami selesai dalam ritual intim. Deru nafas kami pun bersahutan. Dan ini kali kedua kami bersenggama dalam satu minggu. Kesibukan kami yang sangat padat, menyulitkan kami untuk bisa bertemu dan menyatukan tubuh dalam rangkaian kegiatan ranjang. Entah ia yang bilang lelah, atau aku yang sibuk keluar kota untuk melakukan perjalanan bisnis.
Tapi sesibuk apapun, tubuh dan nafsuku selalu prima, jadi tak ada alasan jika aku tidak mau bercinta. Itupun jika isteriku - yang bernama Diana - yang meminta. Aku sendiri agak sungkan jika meminta terlebih dahulu, aku sudah cukup lelah menerima penolakannya yang sering terjadi.

Kami belum dikaruniai anak, karena istriku tidak siap untuk melepas karirnya sebagai seorang sekretaris. Apalagi direpotkan dengan mengurus anak. Demi rasa cintaku padanya yang sangat besar, aku hanya mengiyakan, meski berat. Mengingat ia juga menghargai posisiku sebagai seorang suami, meski tidak terasa sepenuhnya, karena ia menolak untuk berhenti bekerja, apalagi memberikan aku keturunan.

Sejak awal, kami sudah memeriksa kualitas kesuburan kami, dan hasilnya sangat baik. Hanya saja ia masih ingin menikmati karirnya. Dan aku menerimanya.

Kami terdiam dalam keheningan, usai bercinta. Aku tengah siaga untuk melanjutkan ronde kedua, tapi aku harus menelan kekecewaan saat aku dapati isteriku sudah mendengkur dalam tidurnya. Yang aku inginkan adalah kami berbincang meski hanya obrolan kecil usai bercinta, tapi aku belum mendapatkannya. Lagi-lagi aku terima karena cintaku padanya sangatlah besar. Dan aku mengalah.

Bukan hal yang sulit jika aku bermain cinta di luar, dengan perempuan manapun, bisa aku dapatkan. Mengingat aku punya kesempatan besar untuk itu, tapi urung aku lakukan karena telah bersumpah untuk tidak akan menodai kesucian pernikahan. Meski aku juga pernah muda, dan mengalami fase gairah remaja yang cukup hebat. Bahkan sampai hal yang paling menyimpang. Tapi semua aku tinggalkan setelah aku bertemu Diana, gadis yang aku cintai, yang bahkan menjadikan alasan untuk aku kembali pada kodrat ku sebagai laki-laki, dan aku pinang sebagai isteri. Serta janji yang aku semai agar terikat dan kuat meski aku harus berkorban.

Salah satunya, mengalah dengan ego isteriku. Kalau dipikir-pikir kami memang masih muda, jadi kesempatan itu akan selalu ada. Entah kapan. Jangan berpikir karena aku terlalu lembek sebagai suami, tapi aku tidak mau menyakiti isteriku. Jadi semua kemauannya pun aku turuti.

Kami terbangun di pagi hari, dan rutinitas kami pun berulang kembali. Sarapan pagi bersama, meski jarang kami lakukan, tapi aku selalu berusaha untuk menjaga kebersamaaan kami. Tugas menyiapkan sarapan memang selalu isteriku yang melakukan, dan setelah itu kami berangkat ke kantor masing-masing. Tapi tidak untuk hari ini. Ia izin dari kantornya, agar bisa datang ke kantor ku. Tujuannya merealisasikan janjinya, seperti yang ia ungkapkan minggu lalu. Ia menekan manajer HRD di kantor ku untuk memecat sekretaris yang sudah bekerja denganku selama lebih dari tiga tahun. Alasannya, sekretaris aku terlalu cantik. Padahal sekretaris ku itu sudah bersuami. Terserah, pikirku. Toh dibalik itu aku memberikan pesangon cukup besar padanya, sebagai permohonan maafku. Dan hari ini isteriku sengaja ikut bersamaku untuk menemui manajer HRD, menyeleksi calon sekretaris baruku. Disini aku sadar bahwa isteriku tahu bahwa aku cukup kerepotan meng-handle pekerjaan tanpa sekretaris yang bertugas mengatur jadwal meeting ku dan lain-lain. Cukup perhatian, bukan?

Pernah aku tawarkan agar isteriku saja yang menjadi sekretaris ku, artinya dia resign dari kantornya dan bergabung denganku. Seperti biasa, ia menolak. Dengan alasan ia sudah cukup nyaman bekerja disana. Dan akan ada kejenuhan jika kami selalu bersama, entah di kantor ataupun di rumah. Sebagai sikap pengertian, akupun mengiyakan.

Bastian Nugraha Putra. Namaku terpampang pada papan kecil yang bertengger di atas meja kerjaku. Posisi seorang direktur, perusahaan yang diwariskan ayahku, hadiah pernikahan. Kemudian aku duduk di kursi kebesaran ku dan mulai bekerja. Isteriku langsung menuju ke ruang manajer HRD, sepertinya dia dan manajer HRD sudah berjanji sejak minggu lalu untuk menyeleksi calon sekretaris baruku.

Aku mulai memeriksa jadwal kerjaku hari ini, kemudian memeriksa berkas kemudian memilahnya untuk aku tanda tangani. Sementara ini, semua aku kerjakan sendiri. Sampai isteriku membawakan sekretaris baru untukku. Tak lama, perempuan yang sangat aku cintai datang tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, kebiasaannya tidak berubah.

"Bas, aku sudah memilih sekretaris baru. Gimana?"

Aku mengadahkan wajah untuk menatapnya. Dan mengangkat bahuku sebagai jawaban.

"Nanti aku suruh masuk, karena dia mula bekerja hari ini." Terserah.

"Aku gak bisa lama ya, Bas. Gak enak, boss ku sudah menunggu. Handphone ku selalu berbunyi, panggilan darinya. Are you oke?"

"Iya, kamu boleh langsung berangkat." Jawabku acuh.

"Ah, terimakasih sayang." Pelukannya jatuh pada bahuku. Tangannya memeluk dadaku dan ciumannya dari belakang mampir di pipiku. Sikapnya yang manja seperti ini sangat aku rindukan. "Aku langsung suruh masuk ya sekretaris kamu yang baru." Tawarannya kemudian.

"Hm."

Kemudian tanpa menghiraukan kepergiannya, aku kembali fokus pada berkas-berkas yang mesti aku periksa. Pulpen terselip di antara jemariku. Seraya menekuri barisan kalimat dalam kertas yang aku pegang. "Bas, ini orangnya. Kalian silahkan berbincang. Aku pergi dulu ya..." Aku tetap menundukkan kepala dan tak peduli sia sekretaris baruku. Tanpa menatap siapa orangnya, aku langsung menggeser buku kerja sekretaris yang ada di sebelah kananku ke arah depan agar ia mengambilnya. "Ini buku agenda kerja sekretaris, kamu boleh mengambilnya. Dan kembalilah ke tempat yang sudah disediakan. Disana juga sudah ada berkas-berkas yang harus kamu pelajari." Mataku masih mengarah pada lembar yang aku teliti. Karena aku sadar bahwa sebentar lagi buku yang aku berikan akan ia ambil.

"Baik, pak." Suara bariton menjawab perintahku. Membuat aku terkesiap seketika. Pulpen yang terselip di antara jemariku lepas, dan jatuh. Aku kenal suara itu. Suara pria yang pernah aku kenal. Tidak! Aku bukan mengenalnya, tapi aku merindukannya. Tidak! Aku meninggalkannya. Atau lebih tepatnya, mencampakkannya. Aku langsung mengadahkan kepala dan menatap tajam pada sumber suara yang baru saja aku dengar.

Mata itu, bulatan hitam yang dikelilingi lingkaran coklat tipis, yang selalu menatapku sendu. Dan bibirnya yang dulu selalu aku kecup, bahkan aku lumat agar ia tenang saat aku menyatukan tubuh dalam tarian sakral di atas ranjang. Rambutnya yang selalu aku belai lembut saat kami melepas lelah setelah bercinta, yang selalu membaurkan wangi khas dan menenangkan. Selalu aku hirup saat kepalanya bersandar di dadaku. Gestur tubuhnya yang sangat pas dalam pelukanku, ukuran yang tepat saat aku merengkuhnya. Secara keseluruhan itu adalah milikku. Dan aku miliknya. Seperti janji kami dulu. Namun dinding sumpah itu runtuh saat aku putuskan untuk pergi, meninggalkannya, mencampakkannya, dan mengkhianatinya.

Wajahnya terlihat datar, tak ada ekspresi akan kerinduan. Tidak tampak pada garis mukanya bahwa kami berjumpa kembali setelah kami berpisah. Tidak! Bukan berpisah, tapi karena aku yang meninggalkannya.

"Di... Dimas?" Ucapku gugup, antara kaget dan.... rindu?

===

2 Oktober 2016

Hai hai hai....

Gue balik lagi dengan cerita baru. Masih berbau humu sih.... huhuhu...

Cerita ini sudah hampir tamat, silahkan vote and comments ya.... biar langsung di publish semuanya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sisa-sisa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang