BAB II

19.1K 242 37
                                        

Malam telah beranjak pagi. Rolan bangun seperti biasa lebih awal. Seperti biasa juga Ia meninggalkan Dito yang masih meringkuk didalam selimutnya. Setelah matahari keluar dari peraduannya, Rolan bersiap-siap beranjak untuk pergi ke Kebunnya. Sebelum itu, Ia masih berkutat di Dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya dan Dito tentu saja.

"Masak apa?" Kepala Dito muncul dari balik pintu Dapur.

"Sarapan kita." Jawab Rolan masih berkutat dengan penggorengan.

"WOW. Nasi goreng ya?" Dito duduk dipintu dapur sambil menopang dagu. "Rasanya sudah setahun belum makan nasi goreng." DIto bergumam "Baunya enak." Dito membasahi kedua bibirnya, tepat saat itu Ronal menoleh kearahnya.

Dengan cepat Ronal mengalihkan pandangannya. "Ini sarapan kita, boleh kamu bawakan kemeja?" Ronal mengulurkan bakul nasi kearah Dito, Ia membersihkan alat dapur yang digunakan tadi.

Setelahnya, Ronal menyusul Dito yang memandang nasi goring dengan air liur yang sudah mau menetes.

"Liurmu." Tunjuk Ronal kearah Dito.

Reflek Dito mengusap sudut bibirnya. "Tak ada." Kata Dito bersungut-sungut.

Ronal tersenyum lebar. "Kenapa tidak makan saja lebih dulu?"

"Aku menunggumu. Makan sendirian itu tak enak." Jawab Dito sambil nyengir.

"Terserah padamu." Ronal menyendok nasi kedalam piringnya. "Aku punya sedikit uang ditabungan. Kamu boleh menggunakannya untuk pulang nanti ke Kotamu."

Tangan Dito berhenti untuk menyendok nasi kedalam piringnya. "Aku masih suka disini. Disini masih terasa nyaman."

"Apa yang kamu suka ditempat terpencil ini?"

"Udaranya?" Jawab Dito tak yakin. Ia hanya tak pernah senyaman ini berada diempat asing. Ia inign lebih lama lagi menikmati udara segarnya, pemandangan yang masih asri, air terjun, sungai, dan banyak hal.

"Aku tak punya makanan enak yang bisa kamu makan setiap hari."

Dito mengunyah nasi goreng, sedikit memberi jeda untuk setiap kunyahahnnya. "I know. Untuk itu aku ingin tahu hidup sederhana itu seperti apa." Dito menatap Ronal tepat dikedua bola matanya. "Kalau aku mengganggumu, Aku akan cep-"

"Bukan itu. Aku hanya tak bias mengurus pria kota yang manja." Potong Ronal cepat.

"Aku tak manja." Jawab Dito tersinggung.

"Oh... ya. Hanya kekanakan."

Dito meletakkan sendoknya dimeja dengan keras. "Kalau kamu tak suka aku disini, Aku akan pergi ke Sungai tampatku hanyut, siuapa tahu aku bisa bertemu seseorang yang menemukanku lebih baik darimu."

Ronal menggenggam tangan Dito. Sengatan listrik terasa dari genggamannya, yang membuat ia reflek melepaskan genggamannya. "Bukan seperti itu. Kalau kamu masih ingin tinggal disini, Aku tak masalah, sungguh. Hanya kau tahu saja, lihat tempat ini."

Dito menepuk-nepuk tangan Ronal yang berada diatas meja. "Terima kasih. Aku yakin akan betah disini."

"Terserah padamu." Ronal berdiri. "Habiskan makananmu. Aku mau ke Kebun."

"Aku ikut." Kata DIto cepat. "Aku ingin tahu kebun itu seperti apa."

"Kebunku bukan tempat wisata. Kau tak boleh merusak sesuatu didalam sana."

"Oke. Bos." DIto mengangkat kedua jempolnya tanda setuju.

Mereka berjalan beriringan, Setelah sebelumnya mengganti pakaian untuk dipakai berkebun. Dito memakai pakaian Ronal yang sangat kebesaran padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah Cerita BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang