Bagian 2

427 59 5
                                    


"Apa? sepasang pengantin yang bunuh diri?" tanya Changmin. Saat itu ia, Yoochun, Junsu dan Yunho sedang mengobrol dengan kepala desa. Di hari Selasa, sebelum acara camping dimulai, mereka pergi duluan untuk melihat situasi gunung.

"Iya... konon dulu ada sepasang pengantin yang pernikahannya tidak diinginkan oleh penduduk desa." ujar pak Youngjin.

"Kenapa bisa begitu? Apa yang sudah mereka lakukan sehingga tidak disukai warga desa?" Junsu cukup penasaran dengan kisah itu.

"Si pria bukanlah warga desa, ia adalah anak dari penambang granit. Warga desa sangat tidak menyukai ayah si pria dan semua orang yang terlibat dalam penambangan granit itu. Kami saja sebagai warga asli tidak pernah berani mengambil kekayaan gunung Seiyou secara besar-besaran seperti yang mereka lakukan. Tapi mereka menambang baru-batu itu dengan seenaknya."

"Bagaimana anak penambang itu bisa bertemu dengan wanitanya?" lagi ia bertanya.

"Ada seorang gadis yang biasa memetik tanaman obat di hutan. Di hutanlah mereka sering bertemu. Sejak ada kegiatan pertambangan itu, hutan tidak pernah sepi. Tapi tetap saja, karena hutan itu luas tidak selamanya orang bisa melihat apa yang mereka lakukan."

"Privat party." Changmin menahan tawa.

"Hush!" Yunho menyenggol lelaki yang memiliki sepasang mata yang asimetris ketika tertawa itu dengan siku.

"Lanjutkan, pak." Yoochun memaksa.

"Tak lama lelaki itu melamar wanitanya, dan meminta ijin pada keluarga si wanita untuk menikah. Tapi orang tua wanita itu tidak setuju, begitupun dengan warga desa. Mereka begitu marah pada si anak penambang, yang mereka pikir, menikahi seorang warga desa akan membuat penambangan granit itu semakin mulus tanpa suara sumbang yang menghadang.Lalu suatu malam warga desa beramai-ramai ingin menyingkirkan para penambang itu dari desanya. Si gadis kabur dari rumah untuk memberitahu prianya. Mereka lari."

"Dan terkejar?" tebak Yunho.

"Benar. Di ujung tebing, tidak ada yang bisa mereka lakukan. Si gadis tidak ingin prianya mati di tangan warga desa."

"Lalu dia bunuh diri dengan melompat ke jurang bersama kekasihnya?" kali ini Yoochun yang menebak.

"Iya." pria paruh baya itu mengangguk. "Meskipun itu hanya sekedar legenda, tapi kalian tetap harus berhati-hati. Apapun bisa terjadi meskipun kalian tidak merasa ada yang salah ketika di gunung nanti." sarannya. Tiga mahasiswa itu mengangguk tanda mengerti, berbeda dengan Yunho, ia hanya diam saja.

***

"Jae... kau... tidak apa-apa?"

"Yu-Yunho?!" Jaejoong sadar. Ia dalam dekapan erat lengan Yunho. Mereka berdua jatuh ke jurang. Jaejoong tidak mengerti kenapa ia dan Yunho bisa jatuh seperti itu. Apalagi saat melihat ke atas, mereka jatuh ke jurang yang cukup dalam. Banyak bebatuan besar.

"Kau baik-baik saja 'kan?" Yunho bertanya tapi tak juga melepaskan tangannya dari tubuh Jaejoong. Ia merasa kesulitan untuk bergerak.

"Kenapa kita bisa –kau tidak apa-apa?" Jaejoong segera mendudukkan dirinya.

"Ya aku tidak –Argh!" saat Yunho mencoba untuk bangkit, ia merasakan rasa sakit luar biasa di pergelangan kaki kirinya. "Aaaakh..."

"Kau kenapa? Apa ada yang terluka?" Jaejoong menyentuh punggung dan tangan Yunho untuk memastikan apakah ada luka di sana.

"Auuhh... hahaha. Kakiku sakit..." ia masih sempat tertawa walau sambil meringis.

"Apa? Mana?"

Till The Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang