Bagian 1

534 55 1
                                    


Warn: Cerita ini adalah remake dari cerita yang sama, dengan judul dan pairing yang berbeda, yang pernah saya post di situs lain. Seluruh bagian dari cerita ini adalah fiktif, termasuk setting tempat, dan karakter yang sepenuhnya TIDAK disesuaikan dengan realita.


Happy reading!

.

.

.

Benar kita hanyalah sepasang remaja yang mencoba merangkai bandana bunga bersama,

Benar kita masih tak tahu sampai di mana mata dapat melihat, tangan dapat meraih, dan kaki dapat melangkah,

Benar kita bukan mereka yang mengerti maksud dari seikat mawar yang ganjil jumlahnya,

Benar kita menerobos labirin spiral berdinding khayal dengan nekat, kita lugu

Tapi bukan berarti kita tak bisa mencoba 'kan?

Benar

Selasa: kursi beludru

Biarkan sepenggal cerita tentang kisah cinta klasik antara kita jadi samudra dalam nan luas untuk bahtera berlayar. Arungi sampai jauh, bermodal kompas dan peta untuk menerka batas, juga rasa percaya yang tidak akan luntur meski badai merobek layar. Hingga kita sampai pada satu tujuan, berlabuh, dan berbahagia bersama.

***

Till The Sun Rises

A TVXQ FANFICTION

DISCLAIMER: THE CHARACTERS BELONGS TO GOD AND THEMSELVES

YUNJAE

***

Bukannya takut, orang seperti Jaejoong memang terlalu malas untuk melakukan hal-hal yang menurutnya tidak penting. Ia diajak oleh kekasihnya untuk pergi hiking ke gunung bersama teman-temannya –tidak, teman-teman kekasihnya.

"Ayolah... pasti akan menyenangkan. Kau bilang padaku kalau kau tidak pernah naik gunung 'kan?" kekasihnya yang bernama Yunho itu terus membujuknya supaya mau ikut. Lelaki itu tidak jua lelah meski sudah duduk di lantai selama hampir setengah jam, hanya demi mendengar kata 'ya' dari Jaejoong.

Si mata doe lebih memilih untuk tetap mengabaikan si mata musang. Biarkan saja terus begitu, lama-lama juga lelaki itu akan capek sendiri, pikirnya. Tapi siapa yang tidak risih jika selama hampir setengah jam terus direcoki soal yang namanya hiking, hiking, dan hiking? Berusaha menulikan telingapun Jaejoong tidak mampu membuat suara manja tapi memelas itu berhenti. Buku yang seharusnya ia baca dengan khidmat kata per kata itupun seakan hanya jadi bergaris-garis tinta yang cukup dibolak-balik halamannya. Padahal isi buku itu mungkin saja akan keluar di ujian semester minggu depan.

"Yeobo?" sejurus panggilan mesra dilayangkan oleh Yunho.

Melirikpun tidak, Jaejoong tetap fokus pada halaman ke 543 dalam buku yang dipegangnya.

"Kalau kau tidak ikut, aku juga tidak ikut." lelaki itu merubah nada bicaranya dari yang sok manja jadi nada biasa. Mungkin dia sudah menyerah. Yunho menaruh sebelah tangannya di sudut meja, ia lelah terlalu lama bersimpuh. Baginya, ratu yang satu itu memang cukup keras kepala.

Jaejoong tertarik dengan pernyataan Yunho barusan. Ia menutup buku bacaannya dan melepas kacamata, lalu menoleh pada kekasihnya yang masih setia bersimpuh –ia tahu kaki lelaki itu pasti sudah kesemutan bukan main.

"Apa untungnya buatku kau ikut atau tidak?" antara untung dan rugi Jaejoong pertimbangkan. Tandanya ia ingin sesuatu dari kekasihnya. Entah apa itu.

Till The Sun RisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang