prolog

43.5K 2.5K 41
                                    

PROLOG

"Maukah menjadi temanku seumur hidup?"

Lamaran itu tentu saja membuat Sabrina Azzahra terdiam. Pria yang berdiri di depannya ini adalah seorang karyawannya. Dan tentu saja makin membuat Sabrina bingung dengannya. Menatap sekeliling ruangan tempat dia duduk saat ini, dia tak menyangka akan di lamar oleh seorang pria yang tak begitu di kenalnya. Setaunya, Febriano Andromeda, atau yang lebih akrab di sapa Brian itu adalah seorang karyawan bagian administrasi di divisinya. Sedangkan Sabrina sendiri adalah seorang General Affair,atau bisa disebut Manajer bagian umum yang membawahi, staf administrasi, front office, office boy, bagian keamanan, cleaning service, dan supir.

Dalam usianya yang menginjak 30 tahun, Sabrina memang masih lajang. Dia sudah mengambil langkah yang tepat untuk tak menikah secepatnya. Terlalu lama hidup mandiri, membuat dirinya memang tak bisa menerima setiap pria yang menyatakan cinta kepadanya. Padahal dia tahu kalau itu salah, kedua orang tuanya sudah terus mendesaknya untuk menikah, sebagai anak tunggal keturunannya memang sangat di harapkan. Tapi Sekali lagi, Sabrina sudah tak mempercayai pria sebagai seorang yang bisa setia mendampingi hidupnya. Berkali-kali patah hati karena pernah di selingkuhim bahkan calon suaminya 1 tahun yang lalu tega meninggalkannya demi mengejar gadis yang lebih muda dari usianya. Dan itu sudah cukup bagi Sabrina untuk merasakan rasa sakit itu.

Sabrina mengangkat alisnya, dan kini menatap pria yang baru saja meletakkan sebuah cincin di depannya. Brian memang tak menonjol, bahkan Sabrina tak akan pernah mengenalnya kalau kemarin waktu meeting membahas keuangan perusahaan, Brian maju untuk menjelaskan di depan semuanya. Harusnya itu tugas Pak Haris sebagai kepala bagian administrasi. Tapi saat itu Pak Haris berhalangan hadir dan digantikan oleh Brian. Pria dengan kacamata minus itu kini menatapnya dengan mantap. Dan Brina tahu, kalau pria ini benar-benar melamarnya.

"Ini masih jam kerja, tak bisakah kita membicarakan ini di waktu lain?" Brina kini menatap jam yang bertengger di atas meja kerjanya. Dan kembali menatap pria yang masih duduk ddiam di depannya. Penampilan pria ini memang rapi, dan bersih. Dengan kemeja warna biru lautnya, Brina bisa melihat kalau Brian adalah orang yang teratur. Meski wajahnya juga tak bisa di katakan jelek. Tapi pria ini memliki karismatik tersendiri. Dengan rambut hitamnya dan juga alis tebalnya itu, menegaskan kalau Brian adalah pria yang tegas.

"Ini masih waktu istirahat, dan saya tak melanggar waktu kerja."

Jawaban Brian yang lugas membuat Brina terdiam. Dan sekali lagi menatap pria yang kini masih bergeming di tempat duduknya.

"Jadi maksud kamu apa menanyakan ini kepadaku?" Brina masih dengan sikap dinginnya kini menatap Brian yang tampak masih menunggu jawabannya.

Lalu dia melihat pria itu membenarkan kacamatanya, dan kini menatapnya tepat di wajahnya.

"Karena saya tahu, Ibu Sabrina membutuhkan teman hidup untuk selamanya. Saya bisa menjadi teman ibu atau ehm Sabrina kalau boleh saya panggil begitu. Saya juga butuh istri dan tentu saja menikah lebih baik daripada berpacaran. Jadi, saya Febriano Andromeda menawarkan diri untuk menjadi teman seumur hidup."

yuhuuuu cerita baru lagi dari author. Yang kangen romansa like arose kalian bisa menemukan kisah seperti itu di sini. yukkk votement yaahhh

BRINA &BRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang