Bab 1 serius?

25.7K 2.2K 44
                                    

BAB 02

SERIUS?

Sabrina merasa sedikit bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabrina merasa sedikit bingung. Bukannya tak mengerti apa yang dikatakan Brian, kemarin saat istirahat makan siang itu. Tapi hanya begitu, pria itu tak meliriknya lagi. Atau katakanlah dia menggoda Brina ketika berpapasan di kantor. Bahkan saat Sabrina tak sengaja melewati kubikel pria itu. Sabrina sempat di buat jengkel, karena Brian bisa-bisanya tak melihat sedikitpun kepadanya. Brian asyik berbincang-boncang dengan Doni dan juga Arya, salah satu timnya.

Sudah 3 hari berlalu sejak lamaran konyol itu. Dan Sabrina merasa pria itu hanya main-main dengannya. Atau mungkin dia hanya di jadikan bahan taruhan, mungkin. Mengingat dirinya memang sering menjadi sasaran empuk para pria. Yang menganggapnya perawan tua, suka pilih-pilih dan lain-lainnya. Karena dia sendiri memang tak memungkiri kalau di usianya yang tak bisa di bilang muda lagi itu, masih melajang.

"Bri, pulang aku nebeng ya. Si Bima mobilnya mogok. Aku harus ulang naik busway, maleslah." Brina mengangkat wajahnya dari layar computer yang ada di depannya. Sore ini dia memang seharian berada di dalam ruangannya. Karena sudah akhir bulan dan hal itu membuatnya terlalu sibuk untuk mengerjakan semuanya.

Wajah Ayu, sahabatnya sekaligus asistennya kini sudah ada di balik pintu. Dan wanita itu memamerkan senyum rayuannya kepadanya.

"Ehm gitu ya, kalau Bima tak menjemput larinya ke aku. Coba aja kalau pangeranmu itu bisa pasti kamu udah lupa sama aku." Brina mencibir dan kini memberesi semuanya. Sore ini dia ingin pulang cepat. Ingin segera menenggelamkan tubuhnya yang begitu lelah di atas kasur.

"Aih ibu bos gitu deh ya. Tak boleh dendam loh Brin. Pokoknya aku nebeng mobilmu. Titik. Awas kalau aku ditinggal, tungguin di tempat parkir ya." Sebelum Brina menjawab, Ayu sudah menghilang dari balik pintu dan menutup pintu dengan keras. Brina hanya bisa menghela nafasnya. Tapi kemudian tersenyum tipis. Bagaimanapun Ayu-lah sahabat yang paling mengerti dengannya. Sabrina segera membereskan semuanya, memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya. Mematikan computer, dan kini beranjak dari kursinya. Mengambil sweater warna marun yang di sampirkannya di sandaran kursi putarnya itu. Lalu segera memakainya.

Tapi saat sweater itu sudah masuk ke dalam tubuhnya, dan Brina mulai merapikannya. Dia hampir memekik saat melihat Brian sudah berdiri dengan tenang di hadapannya. Tepatnya Brian sudah berada di depannya di dalam ruangannya. Dan mereka hanya di batasi oleh meja yang ada di tengah mereka.

"Astaga!" Brina mengusap dadanya dan kini melihat Brian tersenyum minta maaf.

"Maaf aku mengejutkanmu." Brina langsung mengernyitkan keningnya mendengar nada tak sopan dari Brian. Pria itu masih karyawannya, dan dia tak mau mendengar nada tak sopan pria itu.

"Maaf Bu Brina, tapi saya rasa ini sudah waktunya jam pulang. Jadi saya tak perlu formal lagi kan?" Brina ingin memukul wajah angkuh itu. Sungguh, baru kali ini dia menemui pria yang begitu sombongnya.

"Jadi apa maumu?" Brina kini menarik tasnya dari atas meja dan segera menyelempangkannya. Brian tampak terdiam, tapi kali ini menatapnya dengan tatapan melembut. Tak lagi memberikan tatapan angkuh kepadanya.

"Ehem, mau mengajakmu untuk pergi bersamaku." Suara Brian yang begitu tegas dan tanpa malu itu membuat Brina sekali lagi mengerutkan keningnya. Tapi sebelum Brina menjawab, pria itu sudah mengambil sesuatu dari dalam saku kemejanya.

"Please, aku sudah memesan tiket ini sejak satu bulan yang lalu." Kali ini Brina tak bisa berkutik. Melihat wajah Brian yang seperti anak kecil meminta permen.

****

Brina kini merasa berada di tengah orang-orang asing. Tepatnya mereka atau katakanlah dia dan Brian. Dan teman-teman yang baru di kenalkan pria itu kepadanya. Di sebuah café, dan sedang menonton live show music jazz. Dia memang suka dengan jazz, dan bagaimana pria di sampingnya itu bisa tahu kalau tentang selera musiknya?

"Brina dan Brian. Keren deh ya. Kenapa bisa serasi begitu? Lu sih Yan, nyembunyiin calon bini."

Sabrina tersedak cappucinonya saat mendengar celetukan teman Brian yang kini duduk di depannya.

"Enggak. Bini itu bukan untuk di pamer-pamerin." Suara Brian yang tegas sekali lagi membuat Brina kini menoleh kepada Brian yang tengah duduk di sebelahnya. Pria itu tampak berbeda kali ini. Dengan lengan kemeja yang sudah di gulung sampai siku, dan juga rambut yang sudah acak-acakan itu., Membuat wajah yang biasanya serius itu tampak berbeda.

"Kamu tak usah dengerin ocehan mereka." Brian seketika menoleh kepadanya dan kini membuat Brina kembali tersedak. Tapi pria itu langsung menepuk-nepuk punggungnya. Merasakan tepukan tangan yang mengirimkan gelenyar panas pada tubuhnya. Membuat Brina merona merah.

"Pokoknya ni ya Yan, kamu harus segera nyebarin undangan. Jangan kalah ama si Ubay kucay itu." Salah satu temannya yang lain membuat Brian kini menyeringai lebar. Lalu Brina merasakan lagi tangannya di genggam oleh Brian. Pria itu mengerlingkan matanya saat dia akan memprotes.

"Iya segera halal."

*****

"Aku antar sampai rumah saja ya? Mobil kamu aman kok di parkir basement kantor. Besok pagi aku jemput." Brian mengucapkan itu saat mereka baru saja masuk ke dalam mobil. Brina melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah pukul 11 malam, dan itu memang tak mungkin lagi untuk kembali ke kantor dan membawa mobilnya. Dia akhirnya mengangguk mengiyakan.

Dan Brian langsung kembali tersenyum lebar. " Ehm be ready sabtu sore ya kalau begitu."

Brina menoleh kepada Brian yang kini mulai melajukan mobilnya itu.

Brina tak suka dengan sikap perintah Brian. Dia merasa baru mengenal Brian dan pria itu sudah seenaknya sendiri ingin memerintahkannya.

"Sudah aku perjelas kalau aku tak mau menerima lamaranmu. Kita hanya teman." Brina mengucapkan itu dengan penegasan. Tapi Brian sepertinya tak mau mengerti karena pria itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Sabrina sayang, sudah saatnya kamu menikah. Kamu perlu teman seumur hidup. Dan aku bersedia menjadi temanmu dan menghabiskan sisa hidupku denganmu. Be my wife!"

BERSAMBUNG

HULLO BERONDONG JAGUNG HADIR LAGI HOHOHO YUK MERAPAT YAK

BRINA &BRIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang