3. The Lost Love [Mikaela X Rio]

9.8K 321 241
                                    

LIHAT VIDEONYA BIKINAN FitriRuki

Oh God. Ini panjang, ya ... siap-siap bosan.

Ada 7000 kata hahahaha! Seriusan saya kayak bikin fanfiction tapi dengan original chara. And I enjoy it sooo much buat hiburan.

Oh iya ... besok kalau saya udah post polling buat menentukan pemenang challenge cover dan fan art di 90 days, minta bantuan teman-teman buat vote, yaaa!

Silakan dinikmati kisah cinta dedek Miki dan dedek Rio. Nggak akan ada Mas Senna di sini. Huhuhu ....

Next mau cerita apa lagi? Tapi kalau bosan saya udah ilang, ya nggak bisa cepat penuhin, sebab saya lagi nulis 90 Days. Kalau kontes udah selesai nanti, saya mulai post 90 days. Pada baca ya, semua ^-^

Vote dan komen yang banyak di sini, yaaa... 

Dah baby ...!

Kincirmainan

***

edit foto HikariAtsuko

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

edit foto HikariAtsuko

Kalau tidak salah hitung, berarti sudah lima kali.

Nah. Enam kali!

Awas kamu. Nanti kutanyai, kenapa kamu terus-menerus curi-curi pandang begitu? Pasti dia bakal mengelak, dan mukanya pasti merah. Sudah beberapa kali ini kuperhatikan. Tiap kali digoda siswa lain, pipinya pasti merah. Ketakutan. Diolok-olok karena selalu nomor bontot di lari keliling lapangan, juga selalu menunduk, kayak habis mengerjakan dosa berat. Seluruh wajahnya merah. Napasnya berat. Antara malu dan kelelahan. Kasihan juga sebetulnya. Dia bukan anak yang senang latihan fisik rupanya. Kadang, aku sengaja tidak berlari terlalu cepat, supaya dia tidak tertinggal terlalu jauh. Ingin sesekali berada di belakangnya, tapi mustahil. Larinya pelaaan sekali, seperti tidak punya motivasi. Kalau aku nekad berlari di belakangnya, bisa-bisa Pak Rumi berpikir aku sedang sakit. Dan anak itu bisa berpikir aku terang-terangan menguntit. Bukannya makin dekat, dia malahan bisa takut sama aku.

Dan usahaku mendekatinya bisa berantakan.

Namanya? Rio. Lengkapnya lupa. Benar-benar tipe-ku. Laki-lakilah. Aku sudah pensiun menerka-nerka. Aku gay, dan titik. Masa-masa menaksir cewek itu sudah berlalu. Permainan sandiwaraku sudah berakhir. Kalaupun bisa suka sama cewek, akhirnya aku tidak punya keinginan untuk mempertahankan hubungan. Buat apa? Aku memang masih muda, tapi kalau kubiarkan, jangan-jangan aku akan jadi orang dewasa yang senang berpura-pura. Seperti ayah. Lebih baik dari sekarang aku mengakui diri, nggak usah ke seluruh dunia, yang penting kepada diriku sendiri dulu.

Tujuh.

Kalau di kelas, mungkin aku ke-GR-an, tapi sekarang kami hanya berdua. Kalau bukan aku yang dia jadikan sasaran, memangnya siapa lagi? Hantu?

The Blissful Sin [Senna-Rio]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang