Prolog

512 45 23
                                    

Hari ini adalah hari kedua liburan musim panas, walaupun semakin siang, udara disini tetap sejuk, mungkin itu adalah faktor dari desa ini yang berada di bukit yang masih memiliki banyak pohon-pohonan yang rindang.

"Hinata, ayah sama ibu pulang dulu yaa" Ucap seorang lelaki yang diperkirakan berumur 35 tahun.
"Apa ayah sama ibu benar-benar akan pulang sekarang?" Tanya seorang gadis kecil yang berusia 7 tahun. Sesekali anak kecil tersebut menarik-narik tangan ibunya.

"Iya Hinata, kami akan pulang hari ini" jawab ibu gadis kecil -Hinata- sambil mengelus kepala Hinata lembut.

"Ya sudah, ayah sama ibu pulang dulu ya Hinata. Tou-sama, saya dan Hiashi titip Hinata disini ya selama liburan musim panas." ibu Hinata izin pamit kepada kakek Hinata. Sebelum masuk kedalam mobil, ibu Hinata menyempatkan diri untuk mencium pipi tembem Hinata.

"Hinata jangan ngerepotin kakek ya..." Hiashi -ayah Hinata- berkata demikian sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.

"Tou-sama, Hinata. Kami pulang dulu" Ucap ibu Hinata dari dalam mobil sambil melambaikan tangannya ke arah Hinata dan kakek Hinata.

Hinata membalas lambaian tangan ibunya. "Hati-hati di jalan Ibu, Ayah" teriak Hinata sebelum mobil tersebut benar-benar hilang dari pandangannya.

"Nah Hinata, ayo masuk. Bentar lagi kita akan makan siang" ajak Kakek Hinata yang masih menunggu respon dari Hinata.

Hinata masih diam sambil terus menatap jalanan yang ada di depannya.

"Apa cucu kakek ini masih mau disini sampai malam tiba?" gurau kakek Hinata.

Hinata yang mendengar gurauan dari kakeknya mulai mengalihkan pandangannya dari jalan ke arah kakeknya yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Hihihi... Tentu saja tidak kek" canda hinata balik. Hinata berjalan mengejar kakeknya yang sudah ada di depannya.

Mereka pun saling bergurau.

Saat sudah selesai makan siang, Hinata dan kakeknya duduk di halaman belakang rumah.

"Kakek masih punya hutang sama Hinata" ucap hinata yang sekarang sudah ada di pangkuan kakeknya.

"Hutang? Hutang apa?"

"Kakek jangan pura-pura lupa yaa" Hinata berkata sambil menggembungkan kedua pipinya.

"Tentu saja kakek tidak lupa sayang..." kakek Hinata mencubit gemas kedua pipi Hinata.

"Memang cucu kakek ini mau jalan-jalan kemana?" tanya kakek yang sekarang sedang menatap bunga-bunga yang bermekaran di halaman belakang.

"Hinata mau keliling desa" jawab hinata. Sesekali Hinata mencubit kecil jari keriput milik kakeknya.

"Boleh, tapi bisakah cucu ku yang cantik dan imut ini berhenti mencubit jari kakek hmm?" Gurau kakek Hinata lagi.

Mereka berdua pun larut dalam perbincangan. Dengan Hinata yang bertanya banyak hal yang bisa ia lakukan di desa den dengan kakek yang menjawab pertanyaan dari Hinata, walaupun ada beberapa pertanyaan dari Hinata yang tidak penting seperti 'Kakek, apakah disini kalau pagi ada ayam yang berkokok?' .

Setelah lebih dari 1 jam mereka berbincang, sekarang Hinata sudah tidur di atas pangkuan kakeknya yang sedang mengelus lembut surai indigo milik Hinata.

Karena tidak ingin Hinata pegal-pegal habis bangun tidur karena posisi tidur yang tidak pas. Akhirnya Hinata dipindahkan kakeknya kedalam kamar.

Sedangkan dilain tempat, didalam hutan yang sangat rindang terlihat seorang pria yang mengenakan topeng sedang berbicara dengan seekor kuda. Pria berambut raven tersebut berbicara dengan kuda putih tersebut sambil sesekali mengelus punggung kuda putih tersebut.
Tiba-tiba kuda putih tersebut mengeluarkan cahaya hijau dari dalam tubuhnya. Secara perlahan, kuda putih tersebut berubah menjadi seorang gadis cantik yang berusia sekitar 16 tahun.
"Kau lama sekali datangnya Sasuke" Omel gadis bersurai pink yang sekarang menatap pria bertopeng -Sasuke-.

"Apa punggung mu masih sakit Sakura" bukannya menjawab Sasuke malah bertanya balik. Sekarang mereka saling tatap.

"Sudah tidak terlalu sakit lagi kok" Sakura menjawab pelan. Sekarang Sakura merasa wajahnya memerah.

"Bagus lah" Jawab Sasuke singkat. Kini sasuke mulai berjalan menjauh dari Sakura.
Sakura yang melihat Sasuke pergi pun akhirnya berjalan mendekati Sasuke.

"Kapan kau melepas topeng mu?" mata emerald sakura menatap wajah Sasuke yang sebenarnya tertutupi oleh topeng yang di kenakannya. Sasuke hanya mengedikkan bahu sebagai jawabannya.
"Bukankah kau sudah pernah melihat wajah ku?" Sasuke menatap wajah sakura. Sakura yang merasa ditatap hanya bisa ber blushing ria.

"Aa,,, iy sudah" jawab Sakura yang kini sudah salah tingkah.
"Tapi itu hanya sekali" sambung Sakura.

Tangan kanan Sakura bergerak perlahan ke arah tangan kiri Sasuke. Saat tangan kanan Sakura hampir memegang tangan kiri Sasuke, dengan cepat Sasuke mengarahkan tangan kiri nya kedepan.
"Kau lihat itu Sakura" tanya Sasuke sambil menunjuk sebuah air terjun menggunakan tangan kiringa. Sebenarnya Sasuke hanya mencoba mengalihkan suasana.

"Ya, sangat indah" jawab Sakura dengan sebuah senyum yang terlihat dipaksakan. Kini tangan Sakura sudah saling menggenggam di depan dada.
Sudah sering kali Sakura mencoba untuk menggenggam tangan Sasuke, tapi sekali pun Sakura tidak pernah berhasil.

Sakura dan Sasuke bertemu sekitar 6 bulan yang lalu. Mereka bertemu pertama kali di pinggir jurang dengan ke adaan kaki kanan dan tulang 3 tulang rusuk Sakura yang patah.

Kemudian Sasuke mengantarkan Sakura pulang kembali ke desa nya dengan cara menggendongnya.

Mengingat hal tersebut, Sakura tertawa pelan. Jika boleh, Sakura ingin kembali kewaktu dimana pertama kali ia bertemu dengan Sasuke. Walaupun dalam keadaan sekarat, tetapi di waktu itulah Sakura bisa berada sedekat itu dengan Sasuke.
Mereka berjalan semakin dekat kearah air terjun. Tidak ada pembicaraan yang terjadi selama mereka berjalan kearah air terjun.

"Apa kau masih sering datang ke desa para manusia itu" tanya Sakura pada akhirnya. Sasuke menghentikan langkah nya sebentar sebelum kembali melangkah. "Ya" jawab Sasuke singkat.

"Kenapa kau masih kesitu?" kini Sakura sudah duduk di atas batu besar yang ada di sekitar air terjun tersebut.
"Memang kenapa?" tanya Sasuke balik. Sebenarnya Sakura sudah sering menanyakan hal itu, tetapi tidak pernah sekalipun Sasuke menjawabnya dengan sungguh2.

"Kau tau, para manusia itu sangat takut dan membenci kita" Sakura berkata dengan nada yang penuh dengan kebencian.

"Tidak juga" jawab Sasuke. "Selama aku disana, tidak pernah ada yang menyakitiku" sambung Sasuke. Memang benar bahwa selama ini Sasuke sangan sering pergi ke desa manusia, tetapi selama dia tidak melakukan hal yang bisa membuat para manusia terancam, maka dia juga tidak akan terancam selama berada di sana.

"Mereka bisa membunuh mu kapanpun Sasuke" Sakura kembali mengingatkan Sasuke.

"Mereka bisa saja dengan sengaja menyentuh kulit mu secara langsung. Itu sangat berbahaya_!!" Sakura kembali mencoba menginginkan Sasuke.

Sasuke sama sekali tidak menjawab perkataan Sakura. Sasuke malah berlalu pergi menjauh dari arah air terjun.

Sakura yang melihat Sasuke pergi menjauh hanya bisa diam ditempat.

"Jangan lupa jam 3 nanti kau disuruh pergi kerumah keluarga Uzumaki" kini Sasuke yang mengingatkan Sakura.

Sakura merutuki dirinya sendiri karena melupakan sebuah pertemuan penting yang diadakan di rumah petinggi desa.

Kini Sasuke sudah tidak terlihat lagi di pandangannya.

Sakura pun mulai berjalan menjauh dari air terjun.

To be continues...

NatsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang