Part of Niall Horan
“Kata-kata tua itu berlaku bukan? Semua penyesalan selalu terjadi belakangan. Itu memang kata-kata yang sudah memuakkkan untuk di dengar tapi nyatanya itu selalu benarkan?” Ucap lelaki berwajah timur tengah itu padaku.
Dia memang benar. Aku terlalu bodoh untuk tidak mendengarkan kata-katanya pada saat itu. Meski itu adalah kata-kata tua tapi kebenarannya selalu bisa dibuktikan. Aku sangat-sangat menyesal mengabaikan semua peringatan darinya itu, mengabaikan semua kata-katanya dan mengatakan bahwa dia terlalu muda untuk berkata-kata setua itu tapi sekarang aku tahu bahwa semuanya benar.
“Sekarang semua sudah berakhir ,tak ada yang bisa kau lakukan,kau tidak bisa mengulang waktu terkecuali dalam kenangan”Kata Zayn seraya menepuk pundak ku pelan. “Jangan terlalu memikirkan kesalahan mu. Jangan sampai kau berbuat gila kepada dirimu karena merasa bersalah”
Aku mencerna kata-kata Zayn sebelum dia pergi meninggalkan ku sendiri di apartemen ku yang terlihat begitu mencekam. Di setiap sudut apartemen ini selalu ada kisah ku bersamanya, bersama gadis yang telah pergi itu. Mengingatnya terasa seperti membunuh diriku sendiri secara perlahan, karena di saat aku mengingatnya hatiku terbelah menjadi kepingan-kepingan dan aku tahu sebentar lagi hatiku akan habis dan saat itulah aku akan mati.
Aku beranjak dari sofa melihat ke arah langit dari dinding kaca ku, langit terlihat begitu mencekam, sangat bersahabat dengan keadaan ku yang sekarang. Tampaknya tak lama lagi hujan akan turun dengan petir-petir mengerikan yang mengiringinya. Aku menarik tirai berwarna hitam itu hingga dinding yang sepenuhnya adalah kaca itu tertutup dengan rapat dan tidak sedikit pun menyisakan cela.
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil sebuah ceret lalu mengisinya dengan air lalu setelahnya meletakkannya di atas kompor yang sudah aku hidupkan apinya. Aku mengambil sebuah mug indah dari lemari, sebuah mug dengan gambar cookie monster, mug pemberian darinya yang membuat ku lemas saat memegang mug itu. Aku mengambil teh dan gula. Setelah air masak aku memasukkan air ke dalam mug.
Aku membawa teh ku ke dalam kamar dan meletakkannya di atas meja di dekat laptop. Aku membuka laptop ku mengaktifkan internet dan kemudian dengan segera membuka akun twitter ku. Aku langsung mencari akun twitternya. Tak ada kemajuan, dia belum ada mengepost apapun di akun-ya-mungkin sesuatu seperti yang bisa memberitahu ku keadaannya atau dimana dia saat ini.
Aku menyesap teh ku yang mulai hangat pelan-pelan. Sebuah petir mengejutkan ku dan tak lama hujan turun dengan derasnya dan saat itu pula rajutan-rajutan kenangan masa lalu ku kembali datang bersama buliran-buliran air hujan yang jatuh membasahi bumi.
***
Siang itu hujan turun membasahi bumi dengan lebatnya. Suasana siang ini sungguh mencekam, petir menyambar kemana pun yang dia suka, awan hitam menutupi seluruh langit siang itu dan air hujan membasahi setiap sudut kota. Semua kaca jendela tertutup dengan rapat, hanya lampu-lampu jalan redup saja yang menyisakan cahaya.
Sialnya, disaat seperti ini aku harus berada di luar dan tersesat. Aku baru pindah semalam dan bodohnya aku, aku begitu sok untuk berpergian sendiri tanpa meminta Zayn sepupu ku itu menemani ku atau juga Harry teman lama ku yang berjumpa lagi di kota ini. Atau siapa pun yang bisa aku percayai.
Aku berteduh di halte bus. Tempat ini sangat sepi atau bahkan tak ada satu pun orang disini atau sepertinya aku salah ada seorang gadis yang berdiri di ujung halte dengan tangan yang menjulur untuk merasakan buliran-buliran yang jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Under The Rain (Niall Horan Short story)
FanfictionHujan datang merekam semua cerita. Lalu pada suatu ketika hujan kembali datang untuk mengingatkanmu pada cerita masa lalu, yang indah untuk dikenang dan juga menyakitkan untuk dikenang.