Halo :)
Jangan lupa voment ya, di tunggu masukannya.
Selamat membaca.
Malam dengan kegelapan khasnya kembali datang menyapa. Mega- mega yang semula menghiasi langit dengan cahaya jingga serta bentuknya yang unik telah menghilang dengan sempurna. Diana melangkah santai memasuki sebuah café bernuansa jepang yang tentunya cukup elite. Diana mengedarkan pandangannya kesegala sudut seperti sedang mencari sesuatu.
Dert, getaran ponsel yang ada didalam kantong kemeja yang ia kenakan saat ini bergetar hebat memberi tahu sang empunya kalau ada panggilan masuk. Tanpa basa- basi, Diana mengangkat telfonnya.
"Halo"
"- - - - -"
"Gue udah stay di café tempat mereka ngedate. Gue juga udah nyusun rencana"
"- - - - -"
"Jangan panggil gue Diana Ayundia Pitaloka kalau rencana ini gagal"
Tutu, tut. Diana memutuskan percakapan via telfon dan memasukkan ponsel itu kembali ketempatnya. Kedua kakinya kembali terayun mendekati pasangan Zilgy dan Ria yang terlihat romantis dari balik sakura palsu. Ia mengamati gerak gerik pasangan itu, sampai senyum licik mengembang diwajahnya kala kedua matanya melihat dengan jelas seorang wanita berpakaian khas pelayan menumpahkan sedikit minuman yang dibawanya diatas nampan kebaju Ria seakan tidak sengaja.
"Maaf, saya tidak sengaja" ucap pelayan itu dengan nada gugup.
"Hati- hati donk mbak, bajunya jadi kotor kan?" umpat Zilgy emosi.
"Saya benar- benar tidak sengaja, maaf"
"Udah sayang, nggak usah diperpanjang, lagian nggak banyak kok. Aku bersihin ini dulu ya" ucap Ria lembut, kemudian menunjuk sedikit noda dibajunya.
"Ya udah, jangan lama- lama ya"
Ria menganguk, memberikan senyuman manis meneduhkannya untuk Zilgy, kemudian mulai berdiri meninggalkan kekasihnya yang masih sedikit emosi. Sementara pelayan yang merasa satu tugasnya selesai itu juga ikut melangah menjauh.
'Tepat sasaran' hati Diana berteriak senang dan puas dengan apa yang baru saja terjadi. Ia mengeluarkan kaca kecil dari dalam tasnya untuk melihat bagaimana tatanan rambut serta keadaan wajahnya saat ini. Bukan hanya itu, ia juga sedikit menarik bagian bawah dress dua sentimeter di atas lutut yang ia kenakan saat ini. Jujur saja, Diana merasa risih dan tidak nyaman mengenakannya karena itu membuatnya terlalu feminim. Namun, jikalau dengan memakai dress seperti itu bisa membuatnya mendapatkan banyak uang dengan cara yang tidak terlalu buruk, kenapa tidak?
Setelah dirasa cukup, perlahan namun pasti kedua kaki jenjang Diana mulai terayun. Ia melangkah mendekati Zilgy yang saat ini sedang asyik dengan ponsel ditangannya.
"Em, Zilgy" sapa Diana dengan selembut mungkin.
Kedua mata Zilgy memandang heran, cewek dan tomboy yang dijumpainya ditengah jalan tempo hari berpenampilan beda saat ini. Rambutnya yang kemarin sedikit acakan, kini terurai rapi dengan poni yang semakin mempermanis wajahnya yang saat ini teroles oleh make up tipis.
"Kok malah bengong? Lo lagi nunggu seseorang?" Diana bertanya seolah benar- benar tidak tau dengan apa yang terjadi. Ia masih memasang senyum manis serta taapan teduh untuk Zilgy. Posisinya sekarang bukan lagi berdiri, melainkan duduk menggantikan posisi Ria yang berhadapan langsung dengan Zilgy, namun Zilgy tidak menyadarinya..Ngomong- ngomong soal menempati posisi tempat duduk Ria, Diana sempat berfikir akankah ia juga bisa menempati posisi gadis itu dihati Zilgy dan mendapatkan sepenuhnya cinta darinya? Diana terkekeh mencibir dirinya sendiri, rasanya sungguh mustahil ia bisa mendapatkan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Uang
Подростковая литератураApakah seseorang yang dijuluki sebagai si mata duitan, pengerjar uang, bahkan perusak hubungan orang tak berhak mendapatkan dan merasakan cinta sejati?