Halo :)
Jangan lupa voment ya, selamat membaca...
Ekspresi lega tergambar jelas pada wajah Diana yang kini sedang mengemasi buku- buku dan perlengkapan sekolahnya kedalam tas. Bel pertanda pelajaran untuk hari ini usai terdengar menggema beberapa detik lalu, dan itu artinya ia akan segera terbebas dari pengapnya ruangan karena salah satu AC nya sedang mengalami gangguan. Setelah Bu Ani keluar, ia segera memakai tas punggungnya kemudian mengayunkan kaki untuk melangkah keluar menuju tempat dimana motor yang barunya terparkir. Setelah sampai, cewek itu mengambil jacketnya didalam jok, kemudian segera mulai menaikinya, menghidupkan starter, dan membawa motor itu keluar dari kesesakan area parkir. Kecepatan rendah menjadi pilihannya saat ini, selain karena memang cuaca tidak terlalu panas, ia juga ingin menikmati nyamannya menaiki motor yang baru mendapat service dengan sempurna. Tiba- tiba, matanya memicing kala melihat cowok yang sangat dikenalinya duduk sendiri dan termenung disalah taman kecil yang kebetulan tak jauh dari sekolahnya. Segera, Diana membelokkan motornya dan memarkirkan ditempat yang memang telah disediakan. Setelah motornya sempurna terparkir, Diana melangkah pelan dan ragu mendekati cowok itu dan duduk disampingnya tanpa izin.
"Nggak semua yang terjadi, bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ya, begitulah hidup, semua sudah ditentukan oleh suratan takdir, dan kita harus menjalaninya dengan ikhlas, Zilgy" Diana berucap pelan.
Ucapannya itu tentu menyadarkan Zilgy dari lamunan panjangnya, cowok itu beralih menatap Diana dengan ekspresi datar yang susah untuk diartikan. Gelengan kepala reflex ia lakukan, mungkin hanya itulah yang bisa lakukan saat ini.
"Lo marah sama gue soal kemarin?" tanya Diana hati-hati.
"Gue nggak tau" lirih Zilgy dengan nada suara yang tak bersemangat.
"Maafin gue ya, karena gue kalian jadi put.."
"Jangan ungkit masalah itu lagi, gue capek. Rasanya terlalu sesak kalau harus diinget lagi" Potong Zilgy.
Diana memandangi wajah Zilgy lekat-lekat dan mencoba mencari suatu ungkapan perasaan lewat sorot matanya. Dari situ, terlihat bahwa pria itu sedang tidak baik-baik saja. Wajahnya kusut, mata elangnya berubah menjadi sayu, dan ekspresi tegasnya menjadi gurat kesedihan. Diana menghela nafas panjang, ntah kenapa hatinya kini diserang oleh rasa sesak dan perasaan tidak tega. Padahal, bukankah ia menginginkan hal ini?
"Maafin gue, Gy"
Untuk kedua kalinya, kata itu lolos begitu saja dari mulut Diana. Rasa bersalah menyelimuti hatinya saat ini, belum lagi ia seakan ikut merasakan apa yang zilgy rasakan. Tarikan nafas berat Zilgy, ekspresi kesedihannya, pandangan kosongnya, sungguh mencerminkan luka yang ada dihatinya saat ini. Dalam hati, Diana bertekad akan berusaha dengan cara apapun untuk membuat senyum dan tatapan memikat Zilgy kembali sepenuhnya meski tidak ada imbalan uang yang akan ia dapat jikalau berhasil. Percayalah, apa yang akan Diana lakukan itu tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam.
"Jangan kelamaan nyeseknya, gue yakin masih banyak cewek yang ngejar-ngejar lo"
"Maksudnya?" Tanya Zilgy heran.
"Maksud kata-kata yang mana?" Diana balik bertanya.
"Udahlah, lupain. Gue capek, mau pulang"
Zilgy mulai berdiri dan melangkah menuju ketempat dimana mobilnya berada saat ini. Sementara Diana kembali menghela nafas, pandangannya masih tertuju pada cowok yang kini semakin menjauh darinya dengan langkah tak bersemangat, bahkan kakinya seakan hanya terseret. Diana memejamkan mata, mencoba merasakan hatinya yang saat ini mendadak aneh. Bukan senang akan keberhasilannya memisahkan Zilgy dan Ria dalam waktu singkat, juga uang sejumlah besar sesuai yang Zoni janjikan, namun kini justru perasaannya tidak enak, dalam dadanya diliputi perasaan bersalah, juga rasa tidak tega melihat kesesakan yang dialami oleh Zilgy. Kenapa seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta & Uang
Teen FictionApakah seseorang yang dijuluki sebagai si mata duitan, pengerjar uang, bahkan perusak hubungan orang tak berhak mendapatkan dan merasakan cinta sejati?