Malam minggu 1

35 2 0
                                    

  ‘Tek-tek-tek-tek’ suara jarum detik jam dinding di kamar yang ku gantung tepat di atas meja belajarku terdengar   berdetak begitu membising suasana pada larut malam ini dan mengganggu lamunan pena tentang hari kemarin itu. Tangan ku langsung melepaskan pena dan meraih secangkir yang ada di samping rak buku mini di atas meja belajarku dan aku mulai meneguk kopi pahit.
Ku pejamkan mata dan berusaha mencari panas kopi yang kini sudah mulai hangat karna malam ini cukup dingin sedangkan aku hanya berpakain setengah badan dari kaki.
dalam pejaman itu sejenak terlintas ingatan pada seseorang yang bisa di sapa masa lalu, atau masa kini, atau juga masa depan. Dia membuat perasaan yakin dan ragu terus berlomba di setiap hariku.
” Yah. Basah.” Kataku secara sepontan karna cangkir  yang masih aku pegang miring dan menumpahkan kopi. Langsung  ku letakan kembali cangkir pada tempat semula dan  berusaha membersihkan celanaku dari bercak hitam kopi. Setelah bercak hitam cukup tak terlihat lagi aku mulai ingin kembali ingatan pada dia.
Cukup cemerlang juga ingatanku tentang dia. Jari-jariku mulai berusaha merabah pena yang tadi aku simpan di atas  buku. “kok  gak ada yah.kemana penaku? Kan gak punya kaki. Masa sih hilang?” ucapku dan berusaha bangkit dari kursi dan mencari. ”Di lantai gak ada” mulai menjongkok tubuh dan kepala ke arah samping, sedangkan mataku melotot pada bayangan gelap kolom meja ”di sini juga gak ada. Terus  ke mana yah? kok bisa?”  berdiri lagi sambil kebingungan ”kalau begini, bagaimana aku bisa menulis? Kan itu satu-satunya. Oh iya” bergegas ke arah lemari yang letaknya 2 meter dari tempat tidurku. Langsung saja aku buka pintu lemari dan mencari dus pena dengan wajah tersenyum.      
“He he,ini dia” sambil menggoyang dus itu. Lagi-lagi mengkerut kening “ Oh iya. Kemarinkan sudah aku buang karna tutupan pangkalnya rusak.” Mengarah ke jendela “Dasar dus tak berguna” sambil mengayunkan tangan berusaha membuangnya “selesai…. Tapi bagaimana dengan menulis? Kan gak ada pena. Ah, sudalah” aku kembali menarik kursi untuk duduk dengan lagak seperti orang mabuk.
Kini giliran menarik napas untuk tenang sambil melihat jam dinding ”mendingan aku tidur saja” dan mulai membereskan buku dan kertas yang tadinya agak berantakan ”nah, ini dia yang ku cari. Kemana saja kamu tadi? Kok baru kelihatan. Tapi bukannya tadi di atas buku ini yah? Kenapa sekarang ada di bawah? Kamu mau ngajak main petak umpet yah?” maklum aku orangnya pelupa “otak-otak.hmmm…..tapi tak mengapalah. Sekarang kan saya sudah bisa menulis lagi.
Tapi jika cara menulis saya berkenan di mata pembaca, maka saya akan menulis. Apa penulis harus lanjut menulis? hmmmmm... Kebingungan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MALAM MINGGUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang