너 밖에 몰라

16K 846 51
                                    

KookV

Jeon Jungkook

Kim Taehyung

______________________________________

Permintaan yang sama setiap dia akan menutup mata untuk tidur di malam hari.

Biarkan malam berlalu lebih panjang. Biarkan waktu berhenti, biarkan matahari tertidur lebih lama. Karena setiap kali hari berganti, bebannya akan semakin menumpuk, menantangnya untuk menyerah pada kehidupan atau melaluinya dengan penuh darah di sekujur luka yang dia terima.

Matanya bahkan terbias keputusasaan, menunggu lebih pasti kapan kematian atau kehidupan baru menjemputnya. Kerapuhan itu semakin jelas tiap harinya dan bukan tidak mungkin dia akan menyerah.

Mata indah yang selalu ternoda dengan air mata, berkabut dan bengkak. Mata yang seharusnya memilki sejuta pesona redup.

Dengan segelas susu putih di tangannya, lelaki berambut coklat halus itu menggerakkan kedua tungkai lemasnya untuk menuju lantai dua rumah besar dimana dia tinggal. Sebuah kamar yang selalu memulai mimpi buruknya kini terbuka.

"Lamban." Sambut seorang perempuan berwajah menawan dan dingin begitu lelaki kurus tadi masuk ke dalam kamarnya.

"Maafkan aku Yonghee."

"Yah, ya.. selalu saja minta maaf."

Lelaki itu menaruh susu hangat di atas meja tidak jauh dari Yonghee,
Dia membungkuk dan bergegas pergi untuk sekolah. Tapi genggaman tangan Yonghee menghentikan langkahnya.

"Sampai mana kau masih bertahan hm? Katakan, satu sampai sepuluh, sampai mana rasa sakitmu sekarang Kim Taehyung?" Perempuan itu menahan senyumnya, melihat semakin hitam kantung mata lelaki kurus itu, tubuhnya pun sangat kurus dan wajahnya pucat. Pemandangan ini adalah hiburan baginya.

"Sembilan." Yonghee mencibir pelan, dia tahu Taehyung sedang menahan tangis. Dia mengusap perutnya.

"Karena ini?" Sentak tangannya yang masih menggenggam tangan Taehyung. Dan memaksanya untuk menyentuh perutnya.

"Ini kah yang membuatmu terlihat seperti mayat hidup? Kalau begitu, aku tidak menyesal sudah melakukannya." Taehyung merasa hancur, hatinya, perasaannya, dan kepercayaannya. Dia terlalu lelah bahkan untuk merasakan emosi itu kembali, bahkan dia ragu masih ada setetes air mata yang tersisa. Tangannya bergetar.

"Benih di dalam kandunganku ini ada dalam tanggung jawabmu. Kau harus melayaniku. Kau tahu kan ibu hamil itu lemah?" Taehyung mengangguk tak lepas dari pengawasan Yonghee, perempuan itu tertawa melihat Taehyunng menggigit bibir bawahnya keras hingga memerah.

"Ya sudah, aku sudah puas menyiksamu. Pergilah, aku benci melihatmu." Taehyung menyeret langkahnya menjauh. Rasanya ingin berlari, namun lelah kembali menghalanginya. Matanya sedikit tidak fokus.

"Air mata brengsek, kenapa tidak berhenti juga?" Lirihnya.

______________________________________

Yonghee adalah anak asli dari pasangan keluarga Kim, dan Kim Taehyung adalah anak yang dipungut oleh Nyonya Kim sebelum akhirnya dia meninggal dan Tuan Kim menikah kembali. Itu sebabnya perlakuan yang dia terima berbeda. Dan Yonghee membenci Taehyung, sangat menbencinya.

Taehyung adalah anak pembawa sial yang membuat ibunya meninggal, membuat ayahnya menikah lagi dan dia pantas mendapat perlakuan kasar dari dia dan ayahnya. Begitulah menurut Yonghee. Masa sulit itu masih berlangsung dan selalu saja Yonghee menambahnya menjadi lebih sulit.

Seluruh siswa seperti biasa menatapnya kasihan. Menaruhnya di tempat gelap dengan hanya satu pencahayaan dimana tidak ada seorangpun yang ingin menemaninya. Berjalan sendirian, dengan kepala menunduk.

Taehyung terdiam saat dia bertemu dengan lelaki berambut hitam yang sangat dia kenal, terlalu mengenalnya. Hingga membuatnya sesak.

Dan semakin sesak saat benar-benar mengenalnya.

Jeon Jungkook

"Ikut aku." Perintahnya dingin, dan berjalan tanpa menoleh lagi. Dia tahu sekali bahwa Taehyung tidak akan sanggup menolak. Taehyung hanya tersenyum tipis mengingat suara itu pernah terdengar sangat manis padanya.

Dia masih ingat saat mereka berjalan beriringan tidak berjauhan seperti ini, bergenggaman tangan dan saling melempar senyuman.

Di terpa angin sejuk, Taehyung tahu dan sadar bahwa semua itu sekarangpun sama dengan angin, semuanya sudah berlalu. Berakhir.

Kini mereka berhadapan dengan jarak yanh cukup jauh. Taehyung hanya memandang lurus dan tidak menatap wajah lelaki yang sebenarnya sangat dia rindukan, meski semakin dia rindukan maka kehancuran semakin memeluk dan menahan langkahnya.

"Aku minta maaf."

Dia memulai, kemudian menarik nafas dan masih fokus pada Taehyung yang kapan saja bisa pecah jika dia salah memilih kata. Tapi mengingat fakta bahwa dia ikut ambil alih dalam penderitaan itu, dia tidak mungkin bersikap baik seperti dulu.

"Aku dan Yonghee akan segera menikah, mengingat dia sudah mengandung anakku."

Taehyung memejamkan matanya. Dia siap, dia sudah siap demi apapun, dia siap untuk dicampakkan, tapi kenapa masih sakit juga saat sekarang hal ini benar-benar terjadi?

"Maaf jika kau harus aku seret dalam hal ini, aku sudah lama menyukainya, tapi dia tidak menanggapiku. Aku tahu apapun yang kau miliki akan dia rebut dan penderitaanmu adalah hiburan baginya, maka itu aku-"

"...hanya ingin menyakitiku?" Jungkook diam. Bukan, bukan menyakiti. Dia sendiri merasa sangat jahat dengan berpura-pura suka pada Taehyung hanya untuk mendapatkan Yonghee, dan sekarang dia mencampakkan Taehyung.

Ya, dia salah. Semua ini salahnya. Dia bersalah atas semua ini dan hal yang mungkin saja terjadi pada Taehyung ke depannya. Taehyung menghela nafas karena tenggorokannya berat, sangat berat dan sakit.

"Tinggalkan saja aku, tidak usah membuat perpisahan begini." Suara itu lolos dalam satu tarikan nafas, membuat kedua belah bibirnya bergetar, mata sayunya menatap manik tajam Jungkook, lelaki yang dia fikir akan jadi kekuatannya. Lelaki yang sangat cintai dimana dia menaruh harapan yang sekarang dia jugalah yang menghancurkannya.

"Aku mencintaimu, Jungkook. Dan itu tulus. Aku tidak peduli dengan siapa kau bersama nantinya, yang aku yakini adalah aku mencintaimu."

Jungkook diam. Matanya kini bertemu dengan Taehyung, tatapan sedih yang entah kenapa menepuk perasaannya, membuatnya semakin bersalah melihat Taehyung serapuh itu.

"Jangan merasa bersalah atas apapun, itu hidupmu, dan sekarang.. ini adalah hidupku. Kini kembali menjadi orang asing."

Jika Taehyung bisa, dia hanya ingin Jungkook, jika dia boleh meminta, dia hanya ingin Jungkook. Dia tidak bisa berdiri sendiri.

Jungkook masih diam, dia mangangkat sebuah benda dan mengarahkannya pada Taehyung.

"Yonghee ingin kau mati, ditanganku." Taehyung tersentak melihat dengan jelas sebuah pistol mengarah padanya. Terakhir yang bisa Taehyung lihat adalah tatapan mata Jungkook.

Ada keraguan disana. Dan Taehyung akhirnya bisa tersenyum, ini pertama kalinya dia bisa menyentuh perasaan lelaki itu. Ini pertama kalinya dia bisa melihat lelaki itu jujur akan perasaannya meski hanya dari mata.

"Lakukan."

"Kenapa?" Desis Jungkook tidak menemukan ketakutan dari raut wajah Taehyung. "Jika kau lari, aku akan pura-pura menembak arah lain, jadi kenapa?"

"Karena aku mencintaimu."

______________________________________

END

Or

TBC

?

One Way LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang