Gea

30 5 0
                                    


"Gea bangun pea"

"Gea ya ampuun gue hamil anak lo"

"Gea masa tadi gue muntah lintah"

"Geaaa"

Aku mendesah, mataku mengerjap menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk. Arius duduk tepat di sampingku dengan tas berwarna hitam yang ia sampirkan asal.

"Apa sih lo gangu tidur cantik gue aja"

"Liat nih" jam weker berbentuk hello kitty langsung memenuhi penglihatanku.

"Apaan baru juga jam lima lebih empat puluh" aku menangkis tangan Arius yang masih memegang jam weker milikku.

"Bego di pelihara, kalo mau berangkat bareng sama gue cepetan mandi kalo ga yaudah gue tingal" ia berjalan ke arah pintu setelah mengembalikan jam wekerku pada tempat semula.

Tanganku meraih iPhone milikku yang tergeletak di atas meja, memastikan bahwa sekarang memang masih pukul lima lebih.

06.42. Dengan gerakan perlahan aku melihat kembali jam weker di sampingku.

06.42. Mampus!

🐹🐹🐹

Aku dan Arius berjalan beriringan menuju kantin, masabodo dengan bell yang terus berbunyi nyaring karena menurut kami mengisi perut adalah kewajiban sebelum belajar.

Aku memilih kursi paling pojok, sementara Arius memesankan makanan untuk kami berdua. Harum bubur ayam memaksa ku menoleh ke samping kanan, ada Arius yang di susul oleh Mang ujang dengan membawa nampan yang berisi 2 mangkuk bubur ayam dan 2 gelas teh manis hangat.

"Wissshh langsung di anterin sama Mang ujang nih, bisanya juga sama anak buahnya"

"Ah si eneng mah bisa aja Mamang teh kan jadi malu, yaudah atuh ya neng di makan aja ini buburnya"

"Siip Mang"

"Pulangnya temenin gue main basket dulu" aku mendongak, menatap Arius yang sibuk mengaduk bubur miliknya.

"Ngapain? Biasanya juga sendirian"

"Ada yang mau gue kenalin ke lo" aku mengerutkan alis, tumben Arius mau mengenalkan temannya padaku biasanya ia cuek bebek. "Ah gue tau, mau ngenalin pacar lo? "

Arius terbatuk, ia langsung meminum teh hangatnya dengan rakus. "Bukan bego! Ini sodara gue"

"Sejak kapan lo punya sodara? " tanyaku.

"Sejak Negara api menyerang" aku memukul lengannya, ia meringis mendapatkan pukulan dariku.

"Sakit bego"

"Gue serius bego"

Arius memutar bola mata jengah, ia mendorong mangkuk kosong ke samping kanannya.

"Pokonya pulang sekolah jangan ke mana mana" aku mendecak, aku bukan tipe cewek yang rela nungguin cowonya main basket apalagi Arius kan bukan pacarku. Aku lebih memilih tidur di ranjang pinkku yang empuk dari pada di suruh nunggu berjam-jam di lapangan basket sendirian meskipun well suka ada anak-anak cheers yang memeriahkan lapangan.

"Punya berapa duit lo sampe berani ngboking gue?" aku menaikkan sebelah alisku, menatap Arius dengan tatapan menantang.

"Maunya berapa lo?" Arius balik menantangku.

"Alah tampang kaya lo mah mana punya duit gede, buat bayar bubur ini aja ga tau dari mana" aku tersenyum miring mengejeknya.

Arius tak mengindahkan ejekanku, ia hanya mengeluarkan dompet dari saku celananya. Ah aku yakin isinya pasti hanya lembaran uang dua ribuan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coulnd'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang