#11 Pernyataan Cinta Baru

9.5K 1K 65
                                    

Cuma mau bilang, selamat membaca :)



"Saya cinta kamu."

"Cinta? Kamu serius? Kita tidak pernah dekat, jadi bagaimana bisa?"

"Apa harus dekat dulu baru boleh mencintai seseorang? Mencintai dan menjatuhkan pilihan pada seseorang itu urusan hati, Bilal. Dan hati saya yang menginginkan kamu."

"Terima kasih sudah mencintai saya, Edda. Tetapi, maaf, hati saya sejak dulu sampai saat ini milik Kia, istri saya."

"Saya mengerti. Setidaknya setelah ini tidak akan ada lagi penyesalan dalam diri saya karena sudah menyatakan perasaan saya pada kamu. Selamat tinggal, Bilal."

***


"Arkha, saya harus bagaimana sekarang?"

Gue menghela napas dalam-dalam sambil mengusap rambut Edda. Gue lagi berusaha menenangkan cewek yang ada di dalam pelukan gue ini sekarang.

Nggak tahu kenapa, hal yang paling gue benci adalah lihat cewek menangis. Mereka nggak sadar apa ya, kalo pas menangis itu wajah mereka jadi jelek? Mata merah, bibir mengerucut, hidung penuh ingus. Cantikan juga pas senyum.

"Arkha, saya tidak peduli kamu mengatakan saya jelek."

Nah! Susah memang kalo dekat-dekat cewek yang bisa baca pikiran, jadi nggak bebas. Untung sekarang dia lagi menangis, jadi gue nggak bakal digampar.

"Arkha...."

Suara dengan nada merajuk itu sungguh mengganggu gue. Gue sih suka-suka aja sama cewek manja, tapi cewek yang satu ini pengecualian buat gue. Lagi pula dia menangis dan bersikap sok manja begini karena cowok lain. Kenapa jadi gue yang harus tanggung jawab sekarang buat menenangkan dia?

"Kamu harusnya nangis pas ada Bilal tadi."

"Arkha, jangan begitu. Memangnya saya tidak boleh sedih setelah ditolak?"

Gue mengembuskan napas keras-keras. "Sekarang apa masalahnya? Kamu udah nyatain cinta, kelar kan masalahnya? Ditolak atau diterima itu resiko dalam percintaan, nona cantik. Tinggal masalahku aja yang belum kelar."

Tunggu sebentar... kenapa sekarang gue jadi ber-aku-kamu sama Edda? Aneh.

"Lalu, Arkha, kapan kamu akan menyatakan cinta pada Friska?"

Gue langsung mengurai pelukan begitu mendengar ucapan Edda. Benar, gue harus segera menuntaskan masalah perasaan gue ini.

"Arkha...."

Edda menatap gue, tatapan matanya benar-benar meneduhkan dan berisiko bikin gue salah tingkah. Gue cepat-cepat memalingkan wajah.

"Waktu saya tidak banyak lagi. Kamu harus segera menyelesaikan masalah kamu, supaya kita bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang."

Meninggalkan dunia ini? Seketika itu rasa sedih menggelayuti hati dan pikiran gue. Meninggalkan dunia ini berarti banyak hal buat gue, salah satunya berpisah dengan Edda.

Gue barengan sama dia memang baru tiga minggu ini, tapi banyak banget hal yang udah kita alami berdua. Dan itu sedikit banyak bikin gue nggak rela kalo abis ini harus berjauhan dengan Edda.

Gue mengambil kedua tangan Edda, menggenggamnya erat. Dari pancaran matanya, gue bisa menebak kalo dia kaget dengan pergerakan gue yang tiba-tiba ini.

"Arkha, ada apa?"

Gue tersenyum sambil menatap matanya. Gue yakin sebelum gue ngomong, dia bahkan udah bisa nebak isi hati gue.

"Arkha, kamu—" Matanya membelalak. Kaget. Terkejut.

"Iya Edda, sepertinya aku jatuh cinta sama kamu."

***

Langit Kedua untuk ArkhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang