Siuman

106 9 1
                                    

*****

AUTHOR POV.

Tak terasa, 5 hari sudah Avriel terbujur lemas di rumah sakit dan belum kunjung sadar. Aku sangat mencemaskan keadaannya, aku rindu suaranya, aku sangat sangat merindukannya.

Meskipun kami semua selalu datang ke rumah sakit untuk menjenguknya, tetap saja rasanya hambar. Tidak ada canda tawa yang biasa Avriel buat.

Tidak ada hal konyol yang terjadi saat kami sedang mengobrol, sebenarnya apa yang sedang Avriel fikirkan? Mungkin benar apa yang di katakan sahabat ku, accident yang di alami Avriel ini karena Vino.

Tetapi, jika memang sudah takdir aku dan yang lainnya hanya bisa membuat kedua orang tua Avriel merasa tenang. Aku harap, saat pulang sekolah aku menjenguknya dia sudah sadar.

BACK TO HOSPITAL.

Ketika aku memasuki lorong rumah sakit, aku bertemu orang tua Avriel dan mereka memberi tahu bahwa Avriel sudah di pindahkan ke ruang biasa di salah satu kamar VIP rumah sakit.

Aku dan yang lainnya turut senang mendengarnya. Tetapi, ketika berjalan menujur ruangan baru Avriel, wajah kedua orangtua Avriel masih terlihat murung.

" om sama tante kenapa? Ko wajah kalian masih keliatan sedih begini? "

" nanti kamu akan tahu jawabannya "

Aku dan yang lainnya hanya terdiam mendengar kalimat yang baru saja di lontarkan ayah Avriel. Membuat aku dan yang lainnya menjadi panik dan terburu buru untuk pergi ke ruangan Avriel.

Setelah kami sudah memasuki ruangan..

Kami semua terdiam lemas, ternyata Avriel belum kunjung sadar. Padahal sudah 5 hari, tetapi dokter bilang keadaan Avriel semakin membaik walaupun belum sadar.

Mungkin besok baru sadar, aku, Maura, Riri, Vino dan juga kedua orang tua Avriel mengelilingi tempat tidur Avriel sambil bersedih melihat keadaan Avriel yang tak kunjung sadar.

Lalu aku duduk di sampingnya sambil mengelus kepalanya dengan lembut. Aku membisikkan

" Vriel.. sadar dong please.. kita semua di sini khawatir Vriel, lo gabisa kayak gini terus."

Hingga tanpa terasa air mataku jatuh terus menerus, karna menahan rindu terhadap Avriel yang amat dalam.

Saat kedua orang tua Avriel pamit keluar untuk membeli makanan, aku dan yang lain memilih untuk tinggal di ruangan sambil menjaga Avriel jika suatu saat dia sadar.

Saatnya bergantian untuk duduk di samping Avriel, kali ini Vino duduk di samping Avriel sambil mengelus tangan kiri Avriel. Ketika Vino mengelus, tiba tiba kami melihat sebuah pergerakan dari jari tangan Avriel.

Tak lama kemudian dia mengerjaperjapkan kedua matanya. Begitu kami melihat Avriel sadar, kami semua langsung histeris dan salah satu dari kami memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.

Saat Avriel menyadari bahwa sedari tadi ada Vino duduk di sampingnya, Avriel terlihat ingin berontak dan tidak mau memandang wajah Vino.

Namun aku, Maura dan Riri berusaha untuk menenangkannya. Dan menyuruh Vino untuk duduk di sofa saja sampai Avriel mengerti semuanya. 

AVRIEL POV.

Begitu gue sadar rasanya semua badan sakit banget, kepala gue pusing pokoknya semua sakit banget. Di tambah lagi wajah pertama yang gue liat saat gue melek itu si Vino bajingan.

Gue benci banget kenapa sih harus ada dia di sini? Rasanya pengen berontak tapi tangan dan kaki gue di perban. Dan sakit banget.

Pas gue sadar dan ngeliat muka dia, gue jadi keinget semua masalah yang udah nimpa gue sampe bikin gue kecelakaan. Bikin kepala gue semakin pusing.

Change For The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang