Uncle George

313 27 77
                                    

Jill sedang memasukkan satu gigitan besar apel ke dalam mulutnya ketika ia melihat adiknya, yang berada di kandang babi, terpeleset dan jatuh. Setengah badannya terendam lumpur dengan satu tangan yang memegang ember pakan terangkat, berusaha menjaganya agar tidak tumpah. Para babi yang terkejut menguik di pinggir kandang. Jill terkikik geli hingga terbatuk-batuk karena hampir tersedak. Mengingat kejadian sebelumnya, kini adiknya malah harus berurusan dengan babi-babi itu.

Saat sedang asyik mengamati Jack, tiba-tiba dari balik punggungnya terdengar suara berdeham yang berat menegur. Jill berbalik dan mendapati Uncle George sedang berdiri dengan satu tangannya di saku dan tangan lainnya memegang pipa tembakau. Matanya yang gelap memandangnya dengan tajam.

"Pekerjaanmu tak akan selesai hanya dengan berdiam diri, Nona," kata Uncle George dengan suara seraknya. Ia menunjuk ke arah keranjang yang baru separuh terisi dengan tangannya yang memegang pipa.

Jill dengan enggan kembali melakukan pekerjaannya. Ia memanjat tangga dan memetiki apel-apel merah segar yang bergelantungan. Melihat Jill sudah kembali melakukan pekerjaannya, Uncle George berbalik pergi. Jill langsung menjulurkan lidahnya dengan ekspresi tidak suka di belakang punggung Uncle George.

Uncle George berperawakan gemuk dengan rambut putih yang selalu disisir rapi. Ia selalu memakai padanan kemeja polos, sweater, celana jeans lebar, dan sepatu bot kulit yang tampaknya sudah sangat tua. Orang yang tak mengenal Uncle George mungkin akan mengira ia adalah orang yang ramah dan menyayangi anak-anak. Tapi bagi Jill—dan Jack juga, mungkin—Uncle George adalah orang tua yang galak, sangat tidak ramah, dan penuh dengan rahasia. Rahasia. Itulah mengapa Jill selalu berurusan dengan Uncle George meskipun ia tidak menyukainya. Jill sangat tidak tahan dengan rahasia.

Langit sudah berwarna merah ketika Jill selesai mengisi tiga keranjang besar dengan apel yang dipetiknya. Ia menyeret keranjang-keranjang apel itu dengan troli dan memasukkannya ke dalam gudang makanan. Jill kemudian menyusul adiknya. Jack sedang mengunci kandang ayam ketika Jill sampai di sana.

"Kau benar-benar harus mandi," kata Jill mengernyitkan hidungnya.

"Aku tidak mau melakukan ini lagi. Aku benar-benar tidak mau melakukan ini lagi!" keluh Jack lelah. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian berjalan mendahului kakaknya. Jill segera menyusul dan berjalan di sampingnya.

"Hey, kau beruntung hanya mengurus kandang-kandang itu. Aku harus memanjat tangga dan memetiki apel-apel di pohon. Kau tak tahu seberapa pegal tanganku sekarang," kata Jill setengah merengek. Ia meregang-regangkan tangannya menunjukkan betapa pegal ia. Jack melirik kakaknya dengan kesal.

"Aku lebih suka tanganku pegal dari pada harus berkubang dalam lumpur dan kandang yang bau," kata Jack ketus.

"Oh, ayolah, jangan kesal begitu," bujuk Jill. "Besok aku akan membawakanmu beberapa apel. Kita bisa merendamnya di sungai dan memakannya saat piknik besok lusa," katanya lagi. Jill memamerkan seringainya, membuat Jack mengernyit.

"Kalau Uncle George tahu kau mengambil apelnya tanpa izin, hukuman kita akan ditambah. Dan selamat tinggal piknik besok lusa," kata Jack nyinyir. Jill cemberut mendengar perkataan adiknya.

"Uncle George tidak akan tahu. Lagipula itu hanya beberapa apel," ujar Jill sambil mengangkat bahunya. Jack berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, menyerah dengan sikap kakaknya. Ia membayangkan hukuman apa lagi yang akan mereka peroleh nanti.

Jill & JackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang