1.

23 1 1
                                    

Warna jingga menyala dengan indahnya dari ufuk timur, yang dengan bangga menyapa dunia dengan senyuman paling menawan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Warna jingga menyala dengan indahnya dari ufuk timur, yang dengan bangga menyapa dunia dengan senyuman paling menawan. Matahari dengan malu-malu menampakkan kembali wujudnya. Angin dengan mesra menyibak alam. Burung dengan merdu berkicau riang. Dedaunan dari bunga sakura turun dengan lembut, membanjiri ruas jalan yang masih sunyi dari napak tilas manusia. Semua berpadu menyambut hari dengan awal pagi yang indah di musim gugur kali ini.

Namun, aku duduk dengan menundukkan kepala dalam disebuah bangku taman di pinggiran jalan. Membiarkan dedaunan sakura itu jatuh menimpa rambutku yang tergerai panjang. Membiarkan hembusan angin musim gugur yang datang menerpa sekujur tubuhku yang hanya terlapis sebuah cardigan hitam yang tidak begitu tebal beserta sebuah syal merah tebal yang melilit hangat dileherku.

Terlalu lama aku menunduk, kini aku mencoba untuk mendongakkan kepalaku menatap dedaunan yang jatuh kearahku. Saat itu juga, terasa sekali sebuah buliran hangat menyentuh pipiku. Kudapati aku tengah menangis. Hingga isakkanku tak dapat aku tahan lagi, ketika aku mencoba mengambil sebuah kelopak bunga sakura yang jatuh kewajahku.

Tangisanku benar-benar pecah. Ku tundukkan dalam lagi kepalaku. Menangis dengan sendu yang dalam hingga terasa begitu sesak di dadaku. Tak mampu lagi aku bernafas dengan benar.

Tiba-tiba saja, aku merasakan sebuah dekapan hangat yang mengelus kepalaku dengan pelan. Perlahan kudongakkan kembali kepalaku untuk mengintip siapakah orang itu melalui kedua bola mataku yang penglihatannya terhalangi sebuah Kristal cair yang membumbung.

Kudapati seorang wanita bermantel hitam dengan rambut panjang yang tersenyum padaku dengan indahnya.

Aku menatapnya sekilas dengan datar. Hingga aku kembali memecahkan tangisku dihadapnnya. Dia mendekapku dengan hangat, dan membiarkan aku melingkar dalam pelukkannya dan membasahi pundaknya dengan air mataku.

"tananglah. Dia tak akan suka melihatmu menangis" itulah kalimat yang dia utarakan padaku sembari mengelus pelan punggungku.

Kalimatnya itu membawaku kembali dalam sebuah kenangan. Kenangan dimana semuanya bermula yang entah karena takdir atau apa yang aku tak pernah menyangka akan seperti ini jadinya.

Siang itu benar-benar panas. Aku yang sedang berjalan dengan sebuah berkas di tangan yang sedang ku bolak-balikkan itu menabrak seseorang hingga menjatuhkan apa yang sedang aku genggam dan yang sedang dibawa orang itu.

Refleksku memerintahkan untuk segera mengucapkan maaf sambil mengumpulkan apa yang disebabkan oleh kecerobohanku.

Layaknya sebuah drama, tanganku dan tangannya saling bersentuhan pada sebuah buku yang sedang aku pungut. Aku mengangkat kepala untuk menatap siapa yang telah ku tabrak sebenarnya.

Tatapanku datar. Menyelidik wajah yang ada di hadapanku dengan serius. Seseorang dengan mata sipit segaris dan memiliki bibir kecil ini sepertinya belum pernah aku lihat sebelumnya di sini. Apakah dia detektiv baru? Polisi? Saksi? Sepertinya bukan. Karena jika aku melihat cara berpakaianya terlau formal untuk pekerjaan sebagai detektiv maupun polisi.

Atau mungkin tersangka? Ya. Bisa saja. Penjahat tak harus dalam pakaian compang-camping sepertiseorang preman kan. Terlebih lagi jika di golongkan kedalam kelas kakap.

Ah. Untuk apa aku ambil pusing dengannya? Segera ku buyarkan lamunanku yang tak karuan itu dan langsung berdiri.

"maaf" ujarnya singkat kemudian berlalu dari hadapanku. Aku menatapnya yang terus berjalan melewatiku dengan alis yang mengernyit heran dan raut wajah yang penuh tanya.

Tak ingin menghabiskan waktu bertanya 'siapa-dia', aku lanjutkan langkah kakiku menuju meja yang ada di sudut ruangan dengan tumpukan kertas diatasnya.

Esoknya aku melakukan aktifitas seperti biasanya. Menyelidiki segudang berkas kasus yang sudah menumpuk dimeja kerjaku. Yap! Aku seorang polisi. Divisi yang menangani kasus pembunuhan.

"Hikari" terdengar seseorang memanggil namaku. Aku menoleh sumber suara tanpa menjawab panggilannya.

"oh!" wajah yang sedikit terkejut aku nampakkan saat melihat seseorang disamping sumber suara yang memanggilku.

"Selamat Pagi. Perkenalkan, aku detektiv yang dipindahkan dari kantor pusat. Koyizumi Ryu." Ujarnya sambil melayangkan senyuman yang mampu membuat matanya benar-benar nampak segaris.

"ahh, iya. Hikari. Kitagawa Hikari. Mohon kerja samanya"

Itulah awal takdir yang aku tak percaya ini. Singkat. Klise. Dan tak dapat dikatakan takdir karena aku menganggap dia memang direncanakan untuk datang kearahku.

Oh sebentar. Bukan dia yang datang kepadaku, melainkan aku  yang sudah berjalan kerahnya akibat tatapan hangat dan menawanitu.

====

The first part going ^^

Tak ingin banyak bercuap-cuap. Untuk part selanjutnya silhakan dinanti. Terimaksih *bighugandkiss*

voment_



Gone (Memory)Where stories live. Discover now