Mia menatap jalanan dengan hampa. Tujuannya kali ini adalah kota Galicia. Ia akan memulai semuanya dari kota tersebut. Cukup jauh dari Cervera maupun Andorra. Ia tak akan kembali ke Malaga ataupun Cervera karena ia tak mau Marc mencarinya kesana. Ia tak berharap Marc mencarinya, hanya saja ia antisipasi apabila Marc sampai menemukannya. Ia tak mau terikat bersama Marc lagi, bahkan untuk kenal lagi sekalipun.
Sudah cukup ia dikhianati oleh pria yang setiap malam mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Namun kenyataannya ada malam dimana pria itu mengkhianatinya. 2 kali yang ia ketahui Marc sudah tidur dengan wanita lain. Mia takut. Mia takut apabila ada wanita lain lagi yang pernah tidur dengan Marc. Ia sudah tak bisa membayangkannya lagi.
Tahun lalu ia sering Menemaninya tiap seri saat masih sekolah padahal itu tahun akhirnya di SMA, rela absen dan menyusul ujian harian demi memberi pria itu semangat langsung ketika pria itu down dengan hasil racenya.
Ia mempertaruhkan segalanya untuk pria itu. Ia merelakan cita-citanya sebagai guru taman kanak-kanak demi pria itu dan memilih menyelesaikan studinya hanya sampai SMA, ia merelakan waktu weekend yang harusnya ia habiskan bersama teman-temannya demi mengikuti race Marc.
Bukan maksud Mia untuk mengungkit pengorbanannya, namun Mia ingin Marc menghargai seluruh pengorbanannya dengan cara cukup setia dengan Mia. Mia tak meminta lebih.
Mia menyentuh cincin yang pernah Marc berikan padanya. Ia tersenyum perih ketika mengingat cara Marc memberikan cincin tersebut. Ia tak tau bagaimana cara Marc memakaikannya karena ia yakin Marc memakaikan cincin itu saat ia tidur karena paginya ia sudah merasakan cincin itu sudah terpasang manis dijari manisnya. Ketika Mia mencoba melepasnya ia tak bisa. Berbagai cara sudah ia lakukan untuk melepasnya namun tetap tak bisa.
Benarkah cincin ini didesain khusus? Ah bullshit! Batin Mia.
Sebelum ke Galicia, Mia menyempatkan untuk ke perusahaan jasa pengiriman barang dalam jumlah besar di Cervera untuk memindahkan barangnya ke Galicia nanti. Setelah ia memberikan alamat rumahnya di Cervera dan kuncinya ia langsung ke stasiun Cervera dan menuju Galicia.
Mia mendesah lelah. Perjalanan dari stasiun Cervera ke stasiun Galicia masih sangat lama walau ditempuh dengan kereta api. Ia sangat lelah dan memilih untuk tidur. Harapannya kini hanya satu.
Semoga ia baik-baik saja tanpa Marc dan Marc pun begitu.
~•~•~•~•~•~•~
Marc memasuki ruangan closet dan mencari jaket yang ingin ia pakai. Ia akan pulang ke cervera. Entahlah ia tak tau harus bagaimana menghadapi Ibunya nantinya ketika ibunya tau ia sudah berakhir bersama Mia.
Ibunya sangat menyangi Mia layaknya anak perempuannya. Tak bisa dipungkiri, ibunya memang sangat menyukai anak perempuan. Ibunya sangat menyukai Mia saat pertama kali Marc membawa pulang wanita itu.
Entah bagaimana ekspresi Ibunya nanti ketika tau Mia pergi dan penikahan yang Ibu Marc susun sudah mencapai tahap 70% batal begitu saja. Marc akan fikirkan nanti.
Ketika Marc sudah mendapatkan jaket yang ia mau lalu ia berjalan kearah rak sepatu. Ia memilih sepatu Vans kesayangannya yang bewarna perpaduan biru putih dan hitam. Tiba-tiba Marc melirik kearah lemari rak sepatu milik Mia.
Marc membukannya dan mengeceknya. Masih tersusun rapi.
Tiba-tiba Marc melihat sebuah kotak kecil aneh di sudut rak. Lalu Marc mengambilnya dan matanya langsung membulat.
"Pil kontrasepsi?" lirihnya. Marc membukanya dan terkejut pil tersebut sudah berkurang 1.
Amarah Marc memuncak. Marc marah sangat marah karena Wanita itu menolak benihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marc Marquez Baby (PREPOST N REVISI)
FanfictionMarc jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis 15 tahun yang ia temui di pusat kota Cervera, gadis itu tersesat dan Marc menolongnya. Mereka bertetangga, namun Marc marah ketika tau gadis itu menyukai adiknya hingga ia mengancam akan memperkosan...