Terima kasih atas apresasinya:)
Happy reading^^***
"Hei Julian! Sayang sekali kita tidak sekelas lagi. Itu artinya aku harus melepaskan kebiasaan burukku." bibir pemuda itu mengkerut,membayangkan apa yang akan ia hadapi nanti.
"Benarkah? Itu bagus iel. Aku tak harus datang pagi-pagi sekali hanya untuk memberikan bukuku"
Daniel melototkan matanya, karena mendengar jawaban sang sahabat. Tangannya bergerak cepat hendak menoyor kepala julian, tapi terhenti karena terdengar pengumuman agar mereka semua -para siswa baru terutama- untuk masuk ke kelas masing-masing.
Setelah 3 hari menjalani PLS yang cukup melelahkan, akhirnya julian dan daniel resmi menjadi siswa sman 54. Merasa senang karena kini celana biru mereka telah berganti warna menjadi abu-abu.
Julian dan Daniel, mereka telah bersahabat dari kecil. Semasa SD sampai SMA mereka selalu satu sekolah dan tak pernah terpisah. Daniel dan julian sudah seperti sepasang sepatu, yang selalu bersama tapi tak bisa bersatu *eeaak. Daniel karena keturunan papanya yang merupakan ras Austronesia memiliki rambut agak ikal, matanya coklat terang dan bersinar hangat kala tersenyum. Hidung mancung dan bibir yang agak tebal dan merah semakin mendukung parasnya tersebut. Daniel lelaki impian masakini yang pelukable karena postur badannya yang tinggi tegap mampu memberikan rasa terlindungi bagi kaum hawa.
Sementara temannya Julian, manusia asli jawa. Memiliki kulit sawo matang, dan hidung yang rata-rata. Mata hitam legamnya ia sembunyikan denga kacamata. Terkadang Julian juga merasa rendah diri jika bersanding bersama Daniel.
Daniel dan Julian memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Daniel adalah sosok yang periang, pandai bergaul, dan sering mengikuti berbagai kegiatan organisasi. Sosok sanguinis yang gemar mencari perhatian.
Sementara Julian, ia adalah kutu buku atau biasa disebut nerd. Temannya juga tak banyak, bisa dibilang hanya beberapa selama eksistensinya di dunia. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di perpus, atau taman kota untuk menghabiskan ratusan buku yang terpajang di dinding. Ayah Julian adalah seorang Arkeolog, otomatis ia mempunyai ratusan buku sejarah dan ensiklopedia yang berbaris rapi di perpustakaan kecilnya di sudut lorong ruangan rumah kecilnya.
"Nanti pulang bersamaku ya juju." Iel mengedipkan matanya, berusaha memamerkan mimik selucu mungkin didepan Julian.
"Sudah berapa kali aku memperingatkanmu ha!" Julian memiting leher iel, karena sebal sahabatnya itu memanggil namanya dengan sebutan yg ia benci. Ia merasa seperti anak perempuan jika di panggil dengan panggilan menjijikan itu.
"Hehe, ampun bos. Kau ini tetap saja tak bisa diajak bercanda. Kita sudah SMA, hentikan kebiasaan memiting leher itu bodoh!" Julian tersenyum kecil memperlihatkan cekungan yang menghiasi pipinya.
***
Daniel memutar pandangan matanya, nampaknya tidak ada bangku tersisa untuknya. Sampai mata coklatnya bersiborok dengan mata hitam legam yang menghanyutkan, dan terlihat masih duduk sendirian di pojok kelas.
"Hallo, apakah kursi ini masih kosong?" Daniel tersenyum kecil melihat gadis di depannya nampak gugup.
"Eh, i iya kursi ini masih kosong. Kau bisa duduk bersamaku jika kau mau." gadis itu berdiri, berpindah di pojok. Membiarkan laki-laki didepannya menduduki tempatnya tadi.
"Namaku Daniel, tapi teman-temanku lebih suka memanggilku Niel. Karena dulu di SMP-ku ada dua orang yang memiliki nama Daniel. Mereka sepakat memanggilku Niel sementara Daniel satunya di panggil Dani. Eh, maaf sepertinya aku terlalu banyak bicara." Daniel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu menjulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.
Gadis itu tersenyum kecil, dan menyambut tangan Daniel yang sempat menggantung di udara "Namaku Briana, tapi panggil saja aku Bee. Jangan Brian." ia terkekeh kecil.
Cantik. Batin Daniel, ia nampak terpesona terhadap gadis di depannya. "Salam kenal ya lebah, semoga kita bisa bisa menjadi teman bangku yang kompak. Saat ulangan terutama, hehe."
"Hei! Namaku Bee, bukan lebah! Seenaknya saja kau merubah nama orang. Dan lagi pula aku juga tidak akan memberimu contekan kalau ulangan." Briana meleletkan lidahnya, bermaksud mengejek teman barunya itu.
Bu Lala selaku guru agama yang merangkap menjadi wali kelas X MIPA 2 mulai mengabsen murid-muridnya setelah masing-masing telah mendapatkan bangku. Setelah itu dilanjut sesi perkenalan yang biasa dilakukan pada murid baru agar mereka saling mengenal satu sama lain.
"Hallo kawan-kawan yang saya cintai dan saya hormati dengan segenap rasa patriotisme yang mendarah daging didiri saya--" Anak yang duduk di bangku baris paling depan, persis di depan meja guru mulai memperkenalkan dirinya.
"Eh! Lo mau pidato apa mau perkenalan diri sih. Panjang banget kalimat pembukanya." anak yang duduk paling belakang menyela pembicaraan. Gayanya sedikit urakan memang. Tipe-tipe berandalan kelas.
"Hehe. Intinya, nama saya Hendri Yudhistira. Tapi panggil saja saya Arjuna. Karena dari dulu saya nge fans sama Arjuna yang main di Mahabarata. Siapa tau nanti kalo saya di panggil Arjuna, bisa diajak ikut casting sama produsernya, hehe." jelasnya panjang lebar.
Seisi kelas menahan tawa karena guyonan receh dari teman baru mereka yang memaksa untuk di panggil Arjuna.
"Sudah sudah. Sekarang giliran kamu yang duduk di pojok dengan cewek. Coba maju perkenalkan diri kamu."
"Saya bu?" tanya Daniel merasa tidak yakin. Karena dari tadi perhatiannya tidak berada di depan kelas melainkan pada seorang dara yang berada disampingnya.
"Iya kamu, siapa lagi memangnya?! Makanya kalo ada guru mbok ya diperhatikan, jangan ngelamun terus!"
Daniel berjalan ke depan kelas dengan tenang. Pandangan matanya mencoba fokus, karena teman sebangkunya itu mencoba untuk selalu masuk ke pikirannya.
"Perkenalkan nama saya Daniel Kamandhanu Wijaya." Daniel tersenyum hangat, agak canggung sebenarnya.
"Mak lo ngidam liat Tutur Tinular ya pas hamil lo?" komentar laki-laki yang duduk di pojok kelas, lagi.
Sontak seisi kelas tertawa mendengar celetukan tersebut. Wajah Daniel terlihat memerah karena malu, tapi tak menghentikannya untuk ikut tertawa bersama temannya. "Kata mama saya, memang dulu pas hamil saya lagi zaman-zamannya film Tutur Tinular. Jadilah nama saya ada Kamandhanunya." ia tersenyum tenang.
"Ih ganteng banget sih, apalagi kalo senyum. Kayaknya aku lumer deh Fi." celetukan perempuan yang diketahui bernama Laura. Seketika itu, teriakan Huuu panjang bergema dari masing-masing penjuru kelas.
"Eh yaudah sih, suka-suka aku. Kalo iri bilang aja, gausah sewot gitu!"
Memang kelas tak akan lengkap kalau tidak ada yang membuat onar, dan seorang drama queen.
Tbc
Love, chocolatosz💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Bee Mine
Teen FictionKenal--suka--sayang--cinta--menyatakan--ditolak. Ya, memang sesimpel itu. Tapi butuh usaha besar untuk melupakannya - Briana Azalea