Saving Melody (Part 1)

126 2 2
                                    

Bryan Suryanto adalah seorang penggemar anime dan film yang hampir tak pernah melewatkan satu pun penayangannya di bioskop. Sore ini dia sedang menemui Ismu Syifa (lelaki), teman dunia mayanya dari Kalimantan yang mengajaknya untuk menyaksikan film superhero terbaru di Jakarta. Rencananya mereka akan menyaksikan Civil War yang mempertontonkan aksi hebat dari Captain America melawan IronMan. Tapi sialnya, ketika mereka membeli tiket, tiketnya sudah sold out. Mereka pun akhirnya menghabiskan waktu untuk berjalan kaki dengan lesu, menyusuri jalanan Ibu Kota.

"Sial banget," keluh Ismu, sambil mengacak-acak rambutnya. "Aku sudah menunggu tayang perdananya sejak tahun lalu!"

"Yeah, sama bro," kata Bryan menyetujui. "Kayaknya malam ini aku bakal sulit tidur nih."

Setelah cukup lama berjalan-jalan tak jelas ditengah cuaca panas Jakarta, mereka akhirnya kelelahan. Mereka menyempatkan diri untuk mampir ke kedai es krim di samping pusat perbelanjaan agar bisa beristirahat sejenak. Ketika pesanan es krim mereka telah tiba, rasa lelah itu seketika sirna.

"Habis ini mau jalan kemana, bro?" tanya Bryan, sambil menikmati es krimnya.

"Entahlah," jawab Ismu, sembari mengaduk-aduk esnya tanpa semangat. "Kamu ada ide?"

Tiba-tiba sekelompok orang berbaju merah yang membawa lightstick datang dan duduk tak jauh dari mereka. Orang-orang itu bersemangat memesan es krim, sambil asyik mendiskusikan sesuatu. "Eh, kalian nanti handshake sama siapa?" tanya salah seorang-yang kelihatannya paling tua-kepada kelompoknya.

"Achan dong," jawab salah satu dari mereka. "Dia imut, cantik, gesrek, pokoknya idaman banget!"

"Halah, mendingan juga Shinta Naomi," sela salah seorang lainnya. "Dia punya karisma, cocok beud jadi kapten di masa depan, kalau Teh Imel graduated."

Mereka tak henti-hentinya mendiskusikan hal itu dan saling menyela satu sama lain hingga di meja mereka telah bertumpuk mangkuk-mangkuk es krim yang kosong, dan mereka pun pergi meninggalkan kedai es krim setelahnya.

"Bry, kamu dengar kan apa yang mereka bicarakan?" tanya Ismu yang sedari tadi mendengarkan hingga tak sadar es krimnya telah mencair.

"Yeah," jawabnya. "Mungkin ada event handshake di sekitar sini. Kita kesana yuk?"

Ismu menyetujuinya, dan mereka pun segera keluar dari kedai. Selama beberapa menit kemudian mereka mencari tanda-tanda keberadaan event handshake, dan mereka melihat banner JKT48 berkibar di depan pusat perbelanjaan yang sedang mereka pandangi. Mereka pun bersemangat memasukinya.

Sesampainya di lokasi, mereka memandang kagum theater yang menjadi lokasi event handshake itu. Ini adalah pertama kalinya mereka bisa melihat langsung theater JKT48. Tanpa ragu ia memasuki theater. Namun ketika sampai di pintu theater, mereka dihalangi oleh dua orang security yang menanyakan tiket mereka. Dengan jujur Bryan dan Ismu menjelaskan bahwa mereka tak punya tiket, tapi mereka berjanji akan membelinya.

"Maaf, tiket sudah sold out!" kata salah satu security-nya.

Hati mereka langsung mencelos setelah mendengar jawaban sang security. Namun, Bryan tetap berusaha, "Tolong pak," pinta Bryan. "Saya akan berikan bapak uang berapapun asalkan kami diizinkan masuk!"

Ucapan itu ternyata menuai masalah yang serius, Bryan dan Ismu diperlakukan bagai kriminal dan dibawa menjauh dari theater dengan peringatan keras dari sang security. "Maaf, kami tidak bisa disogok walau semahal apapun!" Mereka pun berjalan keluar dari pusat perbelanjaan sambil menahan malu.

Ketika sudah diluar, Bryan berkata penuh penyesalan. "Aku memang benci aparat yang gampang disogok, tapi untuk satu hal ini aku sempat berharap mereka adalah security yang korup dan gampang disogok."

Saving MelodyWhere stories live. Discover now