6. THE MOP TOP GUY

292 134 1
                                    

New York, April 2016

"Kamu perlu pindah dari apartemenmu." Di ujung telepon Koster berkata dengan nada yang datar. Nadine sudah bisa menduga bahwa pacarnya itu akan ngambek jika ia membahas soal ide bisnis yang Astrid tawarkan padanya sebulan yang lalu. "Aku khawatir dia memberi pengaruh jelek padamu."

"Ya ampun, sayang, ini event organizer khusus acara ulang tahun anak. Bukan event clubbing atau lainnya yang berbau maksiat."  Nadine menyahut sambil duduk di sofa apartemennya. Buku teks astronomi terbuka dipangkuannya. "Lagi pula aku sangat suka anak-anak."

"Ini bukan soal acara apa yang akan ditangani oleh event organizer itu nantinya. Tapi ini soal prospek. Bisnis event organizer itu marginnya kecil, lebih baik kamu berbisnis supplier kayu, furnitur, besi, atau apa pun yang mendatangkan keuntungan besar sekali proyek." Sahut Koster. Nada suaranya makin tegas, itu tandanya ia tak ingin pendapatnya dibantah.

"Tapi aku tak paham bisnis itu. Seperti bukan duniaku."

Koster berdecak, "Itu bisa dipelajari. Lagi pula ini bukan soal paham atau tidak. Ini soal kemauan."

"Oke, itu soal kemauan, tapi gimana soal modal. Bisnis seperti yang kamu katakan itu modalnya besar, sedangkan yang Astrid tawarkan kecil. Menjalankannya juga mudah dan aku juga senang. Bukannya kamu seharusnya-"

"Kamu semakin sulit diatur. Aku yakin ini pengaruh Astrid." Potong Koster.

"Stop berprasangka buruk pada sahabatku!" Bentak Nadine dan ia langsung menutup mulutnya begitu sadar apa yang dilakukannya.
Koster diam.

"Koster?"

"Terserah kamu saja." Koster menjawab pendek. Sambungan langsung diputusnya saat itu juga. Nadine berkali-kali berusaha meneleponnya lagi tapi tak diangkat.
Nadine lantas melempar ponselnya ke karpet setelah panggilan ketujuhnya tidak juga diangkat. Ia tak habis pikir kenapa Koster melarangnya. Demi Tuhan ini cuma bisnis event organizer ulang tahun anak, bukan bisnis narkoba! Pikir Nadine. Ia menutup bukunya, melempar ke sebelah ponselnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa, memandangi langit-langit apartemennya. Ia merasa Koster sudah seperti ayahnya yang selalu mendikte dan menentukan apa pun yang akan dijalankannya.

Astrid masuk beberapa menit kemudian. "Party at Omega Phi tonight. You down?"

"Hah?" Nadine baru tersadar dari lamunannya dan tidak sepenuhnya mendengar ucapan Astrid barusan.

Astrid mengulangi pertanyaannya. Malam itu Astrid mengenakan T-Shirt hitam longgar dan panjang hingga menyembunyikan hot pants-nya. Rambutnya diikat ekor kuda pony. Wajahnya mengingatkan Nadine pada Jewel Kilcher, penyanyi pop yang tenar di era 90an.

"Ayolah, kamu sudah janji akan datang."

Nadine bangkit dengan cepat lalu duduk. Memikirkan soal Koster yang sedang ngambek membuatnya pusing. And going to party is a fantastic idea right about now! Pikir Nadine. Persetan, ia tak peduli dengan aturan, ia mulai muak dengan itu.

"Apakah di sana ada psikopat yang suka merayu cewek, mengajaknya keluar lalu membunuhnya?"

Astrid mengernyit, "Tidak ada, kuharap."

"Pemerkosa?"

"Tidak ada!"

"Ted Bundy?"
Astrid menjawab dengan gemas, "Tidak a... Wait, who's Ted Bundy?"

Nadine terkekeh, "Nevermind... Hell yeah, I'm coming." Nadine lalu bangkit dari sofa.

Mata Astrid melebar dan senyumnya mengembang, "Nah begitu dong. Aku akan menunggu di bawah bersama Kenze."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Summer Solstice and Strawberry Moon (Bahasa Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang