Jeju, 16 Januari 1998
10.00 PmDewi Malam menyinari bumi dengan indahnya. Angin seakan bersatu menciptakan pertunjukan indah bersama seruan ombak. Nyiur melambai saat angin melewatinya. Seolah menari dari musik ciptaan ombak dan angin.
Pantai Jung-Mung seakan menjadi panggung besar bagi pertunjukan mereka. Seluruh penghuni alam terlelap akan keharmonisannya. Dan pada malam yang indah ini juga seorang gadis sedang berusaha melawan ganasnya laut Pantai Jung-Mung.
Dia berteriak berharap seseorang mendengar teriakannya. Kakinya terus menendang air, berusaha agar kepalanya tetap berada di permukaan. Sungguh tidak adil. Orang-orang tenggelam akan keindahan orkestra sang Dewi Malam. Sementara gadis ini masih berusaha menyelamatkan nyawanya, sendirian ditengah pertunjukan. Dia mulai berpikir, apakah pertunjukan ini dibuat untuk menyambut kematiannya?
Sang gadis mulai lelah. Kini dia harus merelakan harmoni indah itu mengiringi kematiannya. Gadis itu yakin kematiannya akan menjadi salah satu persembahan terbesar dalam pertunjukan malam ini. Membiarkan air membawa dirinya tenggelam kedalam lautan, dan membiarkan ia menelan tubuhnya. Hingga cahaya terang rembulan pada malam itu, berubah menjadi sebuah titik dalam penglihatannya yang mengabur.
Dia menutup matanya dan berpikir kali ini dia benar-benar tidak akan bisa menghirup udara lagi. Bahkan di saat-saat terakhir, dunia tidak mengizinkan dirinya menyimpan udara dalam paru-parunya. Bahkan gadis itu belum menginjak usia remaja dan dia harus mengalami kematian mengerikannya.
'Kesalahan apa yang sudah ku perbuat? sehingga aku harus pergi seperti ini?'
Pikiran itu terus muncul di benaknya, hingga dia menutup mata menyerah akan nasibnya. Pada saat itu, tiba-tiba tubuhnya kembali ke permukaan. Seakan laut telah selesai menghukum dan membiarkannya bebas. Seseorang menggenggam tangannya dan menarik tubuh sang gadis ke permukaan. Tuhan masih menyayangi dan memberikan kesempatan kedua kepada gadis itu.
Hal pertama yang dia pikirkan saat tahu dirinya telah selamat adalah bernapas. Dadanya terasa remuk saat udara masuk untuk pertama kalinya. Tubuhnya merespon dengan cepat, mengeluarkan air dari paru-paru dan mengisinya kembali dengan udara. Dia bahkan tidak sanggup untuk membuka mata dan melihat wajah sang penyelamat. Yang dia rasakan adalah kelelahan setelah berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri.
Dia mempercayakan hidup dan matinya ditangan orang yang sudah menarik tubuhnya dari lubang kematian yang mengerikan itu. Sampai dia kehilangan kesadaranpun, sosok itu masih merupakan pertanyaan dipikirannya. Berharap ketika sadar dia bisa berterimakasih kepadanya. Namun sampai sang gadis kembali kepada keluarganya, menjalani kembali kehidupan normal sekalipun sang penyelamat tidak pernah muncul dihadapan sang gadis.
Hallo readers, mohon bantuan untuk cerita pertamaku ya. Cerita ini sebenarnya udah pernah aku publikasi sekali di wattpad dengan judul berbeda, dan kali ini aku sudah revisi hampir keseluruhan cerita supaya kalian bisa memiliki pengalaman membaca dengan imajinasi yang lebih real. Aku akan update di hari Senin dan Kamis. Kritik dan saran sangaaaaaattt di butuhkan. Pliss... Saran nya plis *ngemis
Next?? Koment and likenya....Salam hangat, Arissamari <3
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny: Memories in The Sea
RomantikJia memutuskan untuk konseling ke psikiater. Mengingat kembali pengalaman masa lalunya melawan maut yang hampir merenggut jiwanya. Menahan takut dan rasa sakit yang dia alami 14 tahun lalu, demi menemukan orang yang menyelamatkannya di masa lalu. A...