Part 1

107K 3.6K 60
                                    

Yudha membetulkan letak kacamata-nya sambil melirik 2D Seismic paper yang tergeletak di meja kerja. Berusaha untuk tetap konsentrasi menatap dua layar monitor HP 29 inci yang tengah menampilkan Fitur stratigrafi pada bagian seismik sementara jemari-nya aktif menggerakkan mouse dan telinga-nya sibuk mendengarkan suara gelombang seismik.

Menyandarkan punggung di sandaran kursi sambil mendesah pelan. Memijat kening dengan gerakan memutar agar pening-nya berangsur-angsur membaik. Sudah sepuluh menit berlalu sejak Mario mengajaknya makan siang di foodcourt.

Yudha bangkit perlahan sambil meraih ponsel dan dompet kulit-nya, melangkah keluar dari cubicle menuju lift. Turun ke lobby gedung yang mengarah ke foodcourt yang terletak di basement.

Setelah Yudha memesan menu Bento, ia mengedarkan pandangan ke arah foodcourt yang telah ramai mencari keberadaan sahabat mesum-nya, Mario.

Mario melambai genit pada Yudha yang tengah mencarinya dari sekian banyak meja di foodcourt. Dengan langkah pelan menuju meja Mario yang telah terisi oleh Mita, Ardhita dan Mel.

Mereka ber-lima telah berteman selama empat tahun, dan mereka pun bekerja di sebuah perusahaan Oil and Gas swasta yang cukup terkemuka di tanah air. Meski mereka beda divisi, grup kecil ini selalu bersama setiap jam makan siang bahkan tak jarang mereka selalu hang out ke berbagai hiburan Ibukota saat Jum'at sore.

Mario dan ketiga wanita itu melambai pada Yudha ketika pria itu tiba di meja mereka dan tanpa basa-basi langsung menyantap makan siang-nya dengan lahap.

Mita dan Mel yang berada di divisi Finance tengah terlibat diskusi seru mengenai tax invoice yang menggunung di awal bulan dan mengeluh karena-nya. Sementara Dita dan Mario membahas prospek jangka panjang mengenai project monthly meeting yang akan mereka hadiri usai makan siang.

Yudha menyingkirkan piring makan-nya yang telah kosong ke samping dan berdiam diri dengan ponsel selama beberapa menit.

Ketika ketiga wanita di depannya tengah sibuk membuka majalah cosmo dan histeris menatap promo tas Branded, Mario menyenggol siku Yudha dan menatap penuh tanya pada pria itu yang tengah larut dalam dunia-nya.

"Nggak apa-apa, Yo," kilah Yudha, kembali mengutak-atik ponsel pintar-nya.

"Cerita Yud, ya kali aja kita bisa bantu lo," kata Mario sambil merampas ponsel Yudha dan menaruhnya di atas majalah yang tengah di lihat oleh ketiga wanita itu.

Ketiga-nya menatap Mario sangar, tapi Mario dengan cepat meng-kode para wanita dengan mata sipit-nya ke arah Yudha yang selalu terdiam selama makan siang.

"Ada apa Yud, tumben banget lo diam aja, biasanya juga ikutan nimbrung sama kita-kita." Dita menatap Yudha intens, wanita yang tengah hamil enam bulan itu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi sambil membelai perutnya yang membesar.

Terdengar helaan nafas Yudha yang terasa berat dan lelah.

"Apa diantara kalian ada yang mau bantu gue?" tanya Yudha ragu.

"Wah, ini pasti serius?" terka Mita sambil bersidekap. Mel mencebikkan bibir mencemooh.

"Sok serius lo, Ta," ejek Mel, wanita itu kembali menyuap sisa-sisa makan siangnya yang belum habis.

Cengiran geli Mario tertahan ketika ia mendengar helaan nafas lelah Yudha kembali terdengar.

"Ada masalah apa sih, Yud, sumpah gue kepo banget." Mario berbalik setengah badan ke arah Yudha.

"Jadi gini, perempuan yang orangtua gue kenalin dua tahun yang lalu ke gue itu mau ke Jakarta bersama orangtua-nya, kemungkinan akan adanya pernikahan antara gue sama dia. Jadi, gue mau minta saran sama kalian, bagaimana cara-nya menolak perjodohan terselubung itu tanpa harus menyakiti kedua keluarga," tutur Yudha se-pelan mungkin.

Sweet  MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang