1

462 19 1
                                    

Sepasang kaki mungil itu terus berlari ditengah derasnya hujan.. Hari ini Amira ada les di bimbel dekat rumahnya.. Amira memang bukan anak normal.. Penyakit diseleksia yang dideritanya membuat Amira kesulitan mempelajari soal soal yang diberikan Ibu Deasy.. Amira sudah mengetahui penyakit yang dideritanya saat masuk TK.. Ayah dan Ibunya yang memberi tahunya.. Kini Ayah dan Ibunya lebih memperhatikan Kinanti.. Kakak Amira yang terlahir normal.. Ibunya juga tengah sibuk dengan si bungsu Satrio yang masih berusia 4 bulan.. Sejak TK Kinan selalu membuahkan prestasi disekolahnya..

"Andai aku terlahir seperti Kak Kinan yang selalu membuat Ayah dan Ibu bangga.." Lirih Amira.. Sebenarnya Amira membutuhkan guru les untuk membantunya mengatasi diseleksia yang diidapnya.. Tapi Ayah dan Ibunya tidak mampu memberikan guru les yang harus mengeluarkan biaya mahal.. Ayahnya hanya satpam disebuah kantor.. Sedang Ibunya adalah wanita rumah tangga..

Amira POV

Aku iri dengan perhatian yang Ayah berikan untuk Kak Kinan.. Aku juga iri dengan kecupan dan sentuhan hangat Ibu untuk Satrio.. Aku hanya bertemankan sepi.. Sendiri.. Rasanya malas pergi kesekolah besok.. Semua teman menjauhiku.. Mereka mengatakan jika aku bodoh.. Rasanya sulit sekali memahami tulisan yang ada dipapan tulis.. Membacapun aku masih harus mengeja huruf satu persatu.. Tidak seperti teman teman yang lain yang sudah mampu membaca secara lancar..

Besok akan ada lomba cerdas cermat disekolah.. Ayah pasti datang untuk melihat Kak Kinan tampil diatas podium.. Rasanya enggan masuk sekolah.. Aku ingin bolos saja besok.. Ayah dan Ibu pasti hanya menghampiri Kak Kinan.. Kak Kinan sudah kelas 5.. Sedangkan aku baru kelas 2..

Author POV

Keesokan paginya seluruh keluarga Amira sudah rapi ingin menghadiri lomba disekolah tempat Kinan dan Amira menuntut ilmu.. "Amira.. Kamu berangkat naik angkot saja.. Ayah sama Ibu naik motor berempat dengan Kinan dan Satrio.." Ucap Ayah Amira tegas.. Amira hanya mengangguk pasrah.. Selama ini juga selalu begitu.. Beruntung jarak dari rumah Amira dan sekolahnya tidak terlalu jauh.. Hanya 700m dari rumah.. Namun tetap saja gempor jika berjalan kaki..

Seperti ucapannya kemarin.. Amira membolos sekolah.. Amira menuju toko mainan tempatnya sering melamun.. Kakek pemilik toko mainan itu tersenyum kepada Amira.. "Bukankah harusnya kamu bersekolah nona kecil ?" Tanya si Kakek sambil tersenyum.. Amira menunduk.. "Aku tidak ingin sekolah Kek.. Ayah dan Ibu sedang berada disekolah untuk memberikan dukungan kepada Kak Kinan.." Jawab Amira lesu..

Sang Kakek kemudian mengelus kepala Amira.. "Ya sudah.. Ayo main.. Molly sudah menunggumu didalam.." Ajak si Kakek.. Senyum Amira pun terbit.. "Aku mau Kek.." Ucap Amira berbinar.. Hingga siang Amira masih sibuk bermain dengan Molly.. Sedang Kakek Hans sudah sibuk sedari tadi melayani pembeli.. Molly boneka beruang besar berwarna coklat yang selalu menjadi teman curhat Amira.. "Sudah siang nona kecil.. Ayah dan Ibumu pasti mencarimu.. Pulanglah.." Ucap Kakek Hans.. Amira mengangguk.. Amira tidak mau dimarahi oleh Ayah dan Ibunya.. Ayah dan Ibunya pasti marah jika Amira belum pulang juga..

Begitu sampai dirumah.. Pintu rumah masih dikunci.. Itu artinya semua belum pulang.. Tak berapa lama terdengar suara motor mendekat.. Dilihatnya Kinan sedang memegang piala yang cukup besar dengan kedua tangannya.. Semuanya nampak senang.. Hanya Amira yang terus menitikkan air mata.. "Kapan Ayah dan Ibu akan menganggapku seperti menganggap kak Kinan ?" Bisik hatinya..

----o0o----

Komen "next" atau "lanjut" bakal aku blokir.. 😠😠😠

Lost YouWhere stories live. Discover now