"Ayah udah pulang?!" Sungguh senang rasanya melihat ayah pulang kerja sebelum aku tertidur,biasanya ayah selalu pulang larut malam hingga aku selalu dimarahi ibu jika berniat untuk menunggu ayah pulang kerja.
"Iya tadi pekerjaan ayah sedikit jadi ayah bisa pulang cepat,oh iya! Ini ayah beliin fea ayam goreng kesukaan fea." Dengan wajah yang terlihat lelah,ayah tersenyum melihat aku yang kegirangan karena memang ayam goreng itu adalah makanan kesukaanku.
"Uuaaahhh...mmm,pasti rasanya enak! Buuu...ayah udah pulang! Oiya,ayah bawa ayam goreng kita makan sekalian ya bu..." Aku meninggikan sedikit nada suaraku karena ibu sedang ada didapur yang lumayan jauh dari ruang keluarga.
"Iya! Tunggu sebentar ya fe,ibu beresin piring dulu!" Jawab ibu dengan suara yang sama kencang nya dengan suaraku.
Setelah menunggu ibu membereskan piring serta ayah mengganti baju,kami pun makan di depan televisi di ruang keluarga. Kami jarang makan diruang makan alasannya membosankan makan dalam diam tanpa interaksi sedikitpun jadi...beginilah...Kami selalu makan didepan tv di ruang keluarga. Kami menonton,berbicara tentang hari yang telah dilewati,bercanda ria semua itu kami lakukan sambil menyantap makanan malam. Kami merasa bahwa hal itu akan membuat kita lebih dekat lagi sebagai keluarga. Setelah makan malam kami pun tidur,mempersiapkan diri untuk menjalani hari esok yang mungkin akan melelahkan.
Matahari menyapa dibalik tirai kamar yang terbuka. Aku mengerjapkan kedua mataku menyesuaikan sinar yang masuk kedalam mataku yang baru saja terbuka setelah sepuluh jam tertutup diatas bantal,ya...aku memang terbiasa tidur telungkup,alhasil setiap pagi aku kesulitan membuka mata setelah tidur. Tapi,tunggu....matahari sudah bersinar?aku segera melihat jam dan hampir terjatuh dari atas kasur...jam 06.00! Aku turun dari kasur dan berlari ke ruang keluarga yang berhubungan langsung dengan pintu keluar rumah,aku mencari sosok yang selalu memberikan segalanya untukku namun tidak ada di manapun. Ibu! Ibu pasti tau dimana ayah,semoga kali ini aku belum terlambat.
"Buu!! Ayah mana?"seperti biasa,suaraku yang jauh dari kata lembut dicampur nafas yang terpotong-potong sehabis berlari mengalun indah dikedua telinga ibu.
"Ya ampuunnn,fea...masih pagi kok udah teriak-teriak gitu sih?" Ibu yang sedang memotong sayuran menoleh dengan wajah kesalnya.
"Ayah mana?" Tanyaku,masih dengan nafas yang terpotong-potong.
"Ayah udah berangkat tadi subuh,tadinya ibu mau bangunin kamu tapi kata ayah 'jangan,kasian lagi tidur' gitu kata ayah...udah deh akhirnya ibu ga bangunin fea"
Tanpa bertanya lagi aku langsung menangis. Mengapa aku selalu masih tidur ketika ayah berangkat kerja? Sepertinya aku anak durhaka yang selalu meninggalkan kewajibannya untuk salam kepada orang tua sebelum pergi berjuang membanting tulang demi aku anaknya.
------------------------------------------------------------Setelah selesai menangisi kebiasan burukku yang selalu tertidur saat ayah berangkat kerja. Aku segera mandi bersiap untuk bersekolah. Aku, Fibranti Defealis...murid di TPA/TPQ Al-huda,umur 4 tahun. Ya,aku mulai belajar di usia 4 tahun di TPA/TPQ al-huda. Disana aku belajar mengaji,menghafal doa sehari-hari dan lain-lain. Entah aku mewarisi sifat ayah atau ibu,tapi saat aku berumur 4 tahun aku suka sekali belajar,aku juga memiliki pola fikir diatas teman-teman seusiaku. Buktinya disaat anak-anak lain menangis saat permintaannya tidak dituruti,aku hanya diam dan berfikir mungkin ibu tidak ada uang lebih untuk dipakai membeli barang yang tidak dibutuhkan toh kalau ibu ada uang lebih tanpa harus aku pinta ibu pasti menawarkan aku untuk jajan. Tapi jika sudah ingiiiin sekali jajan aku mencari-cari di sekitar rumah dibawah karpet,dibawah meja tv ditempat manapun yang mungkin ada uang terselip disitu. Pernah suatu hari ingin sekali aku membeli permen kesukaanku,tapi melihat ibu yang seharian itu tidak memasak ataupun membeli sesuatu kewarung aku pun tahu kalau ibu sedang tidak ada uang. Akhirnya aku mencari-cari disetiap celah hingga terkumpulah Rp.100,00. Cukup! Ya itu cukup untuk membeli sebuah permen yang aku suka saat aku masih kecil dulu,dengan uang itu akhirnya aku bisa membeli permen manis itu. Sungguh manis ingatan disaat keadaan sulit dulu,memberikan ku semangat untuk menjalani hidup yang jauuuh lebih baik dari masa itu.
Namun dibalik pola pikir ku yang sedikit lebih deawasa dari anak-anak yang lainnya,aku tetap seorang anak kecil yang ingin memiliki teman bermain yang bisa kuajak bermain setiap hari. Bukan teman seperti teman-temanku diluar sana,aku ingin teman yang bisa selalu bersama ku sampai aku besar nanti. Aku ingin....Adik!
"Bu...fea pingin punya adik..."Ucapku dengan nada lembut memohon.
"Fea pingin punya adik?mau perempuan atau laki-laki?"
"Mmmm...laki-laki aja deh,tapi kalau perempuan juga ga apa-apa sih"
"Yaudah gimana nanti ya..kan semua udah Tuhan yang ngatur kalau fea berdoa terus sama Tuhan pasti Tuhan kabulin permintaan fea"
"Yang bener bu?okedeh fea bakal rajin solat,ngaji,sama berdoa biar permintaan fea dikabulin"Setahun kemudian aku mempunyai seorang adik laki-laki. Perbedaan usia kami cukup jauh,5 tahun. Dia lahir saat aku sudah menjadi murid kelas B besar di TK Cinta Asih.
Setelah beberapa bulan adikku lahir,aku merasa telah menjadi kakak yang sebenarnya. Setiap pagi sebelum pergi ke TK,ibu menyuruhku membeli makanan bayi instant di warung. Hal biasa memang tapi tidak untuk hari ini.
Aku kesiangan dan segera mandi secepat mungkin supaya tidak terlambat ke TK. Setelah mandi aku menuju ibuku yang terlihat sedang menggerakan setrika diatas kain yang baru saja diangkat dari tiang jemuran."Bu seragam fea."
"Ini,cepet pake seragam trus beliin ibu makanan bayi buat damy ya!"
"Siap bu"Setelah memakai seragam aku pergi ke warung biasa untuk membeli makanan bayi,tapi ternyata warung itu masih tutup,tadinya aku ingin pulang saja tapi lalu aku berfikir 'nanti damy makan apa?'. Akhirnya aku berlari kepasar yang tidak terlalu jauh dari rumah dan akhirnya membawa sekantong penuh makanan bayi untuk damy.
"Kamu dari mana aja fea? Lama banget,tadi ibu susulin ke warung koh aceng warung nya tutup,terus kamu beli kemana?"
"Beli kepasar bu,kasian kalau nati damy ga makan gara-gara warung koh aceng tutup"
"Yaudah sekarang fea sarapan terus berangkat ke TK tadi ibu udah nyuruh A Budi nganterin kamu"
"Ya,makasih bu"Setelah sarapan aku langsung naik kesepeda A Budi,tetangga samping rumah. Dengan laju yang cepat A Budi mengantarku sampai TK. Aku masuk ke kelas dan tidak menyadari hal yang membuatku terlihat jauh berbeda dengan anak-anak lain.
"Dek,sekarang hari senin,harusnya pake seragam putih kotak-kotak bukan batik. Kamu kesini sama siapa?Mending kamu balik lagi kerumah terus ganti baju dulu abis itu ke TK lagi." Ucap ibu dari salah satu teman sekelasku.
Dengan cepat aku berlari keluar kelas,dan untungnya A Budi belum pulang.
"A Budi!anter fea pulang lagi,ayooo cepetan!!!"
"Lho emangnya kenapa fe?"
"Fea salah pake seragam"
Akhirnya A Budi menggoes sepeda nya untuk kembali kerumahku."Bu!"
"Kok balik lagi fe?libur?"
"Seragamnya salah,ini haris senin bu harusnya pake putih kotak-kotak bukan batik!"
"Oh iya ibu lupa! Ayo cepet ganti"Yaaa...itulah kejadian memalukan yang terjadi setelah aku memiliki adik. Ibu jadi terfokus pada Damy Samies dan terkadang melupakanku Fibranti Defealis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjemput Ayah
Teen FictionBiar duka menyelimuti,kau selalu datang hangatkan hati. Apapun keadaanmu,tak pernah kau berikan janji semu. Seberapa besar luka yang kau punya,kau terima dengan lapang dada. Aku meminta kepadamu,dan kau kabulkan permintaanku. Dengan usaha dan jerih...