Prolog

57 3 0
                                    

Tiga tahun berlalu, semenjak kejadian itu dimulai. Kejadian yang sedikit banyak telah mengubah kami semua. Tidak, mengubah negeri ini. Kejadian yang memicu semua ini terjadi. Kekacauan, penderitaan, kerusuhan, dan banyak lagi yang lainnya. Kejadian singkat yang dampaknya sangatlah besar.

Pemerintahan sangat korup saat itu. Semua uang rakyat tak jelas pergi kemana. Sarana sarana umum terbengkalai, harga harga melonjak naik tak terkira, ekonomi negara pun jatuh. Para rakyat beserta mahasiswa membuat demo besar besaran untuk menurunkan presiden yang menjabat saat itu. Karena dianggap tidak becus dalam mengurus pemerintahan.

Pada awalnya, demo berlangsung seperti biasa, tak ada kerusuhan dari pihak demonstran. Namun ternyata pasukan pemerintahan memberikan komando untuk membubarkan demonstran dengan cara paksa, apapun caranya. Disinilah kerusuhan bermula. Pasukan pemerintahan menggunakan cara 'keras' untuk membubarkan massa. Pasukan diberikan izin untuk menembak. Akhirnya senapan dipergunakan. Massa yang kala itu tidak membuat kerusuhan yang berarti, ditembaki secara membabi buta. Mereka dibantai. Beberapa demonstran terlihat tergeletak di tanah berdarah, sebagian berlari berusaha menyelamatkan diri dari timah panas yang mengejar mereka, dan beberapa berusaha melawan seadanya.
Namun sia sia.
Hari itu dikenal sebagai hari kelam oleh para rakyat. Mereka yang meninggal karena menjadi korban kekejaman pasukan pemerintahan dinobatkan sebagai pahlawan. Berita berita mulai tersebar di berbagai media. Mengatakan bahwa rakyat saat itu yang bertindak anarkis dan memulai menyerang anggota pemerintahan. Bahkan media pun korup. Tak habis pikir.

Keesokan harinya, penyisiran dilakukan oleh pasukan pemerintahan ke seluruh penjuru negeri. Rakyat sipil yang terlibat langsung dengan demo, serta yang tidak mau memberikan informasi tentang para demonstran yang tersisa, semua dibunuh.. Pembantaian kembali terjadi. 2 hari itu dikenang sebagai masa masa paling kelam sepanjang sejarah negeri ini.

Pada hari ketiga, rakyat menyadari bahwa tidak bisa menurunkan presiden dengan cara yang biasa. Lalu akhirnya memutuskan untuk melawan. Kecintaan rakyat terhadap negeri ini yang membuat mereka berani untuk melawan. Berusaha mengusir penjajah yang nyata yang berada di kursi kepemimpinan mereka. Rakyat mulai mendirikan sebuah pasukan yang terdiri dari rakyat dengan berbagai latar belakang, tak peduli siapapun mereka. Kaya, miskin, tua, muda saling bahu membahu untuk membuat pasukan itu besar. Pasukan itu berdiri dengan nama Pasukan Sukarela dengan jumlah anggota 300an dan terus bertambah.

Pada awalnya mereka bertarung dengan senjata seadanya, parang, pisau, tombak, apapun itu yang bisa membunuh. Namun seberapa besarpun kekuatan mereka, tak mampu menandingi senapan para pasukan pemerintahan. Akhirnya, kekalahan telak menghantui pasukan sukarela. Lalu mereka mengubah rencana mereka, dari menyerang pasukan pemerintahan menjadi mengambil alih persenjataan mereka. Setiap pasukan yang mereka bunuh, diambil perlengkapannya. Senapan, klip peluru, granat, apapun yang berguna. Fokus serangan mereka bukan lagi kepada kantor kantor pemerintahan, tapi gudang gudang senjata. Mereka mengambil alih satu persatu gudang senjata yang ada. Dengan harapan bahwa senjata senjata itu akan bisa membantu mereka dalam mengalahkan pasukan pemerintahan.

H+7, rakyat telah dipersenjatai dengan senapan senapan hasil 'curian' dari pasukan pemerintahan. Mereka mulai menyerang kantor pemerintah. Tapi apa daya, pasukan pemerintahan lebih terlatih dalam hal menggunakan senapan senapan itu. Pasukan sukarela yang kala itu belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menggunakan senjata, terpaksa harus menerima kekalahan lagi. Beberapa dari mereka yang selamat, mulai putus asa dan meninggalkan pasukan Sukarela. Beberapa justru mau menjadi penghianat hanya agar bisa dibiarkan tetap hidup.

Beberapa bulan berlalu, sudah tak terhitung korban dari kejadian tersebut. Pasukan sukarela terpaksa harus dipukul mundur dan pergi dari ibu kota. Mereka lari ke kota Bernus. Kota yang berada di barat laut ibukota ini tertutup hutan yang mengelilinginya. Kota yang tidak terlalu besar, namun dianggap cukup untuk menampung mereka semua yang kini hanya berjumlah tak lebih dari 50 orang.

Di kota Bernus, kedatangan mereka disambut dengan hangat. Kabar telah sampai ke kota yang berjarak sekitar 50km dari ibu kota ini. Kabar bahwa ada pasukan yang rela membantu rakyat dari kesengsaraannya. Dan sedang menuju kota Bernus. Sisa pasukan sukarela itu lalu diberikan jamuan yang telah disediakan. Rupanya penduduk kota ini menyiapkan semuanya untuk menyambut datangnya pahlawan mereka. Mereka diberikan sebuah tempat tinggal yang lumayan besar, sebuah rumah dengan ukuran 15x10 m bertingkat 2 yang telah lama ditinggalkan pemiliknya karena takut pasukan pemerintahan datang dan membunuhnya.

Kota itu sangat menyambut baik pasukan sukarela. Dengan datangnya pasukan ini, mereka merasa aman dan terlindungi. Selain itu kota ini memang tidak terlihat oleh pasukan pemerintahan. Hutan hutan yang mengelilinginya seperti menjadi perisai bagi kota ini. Kota yang sangat cocok untuk menjadi persembunyian pasukan sukarela. Pasukan sukarela bergerak secara bebas disini. Sesekali beraktifitas seperti rakyat biasa karena memang keadaan telah normal. Tapi mereka tetap siaga. Mereka tidak tau kapan dan dimana masalah akan datang. Jadi mereka terus mengawasi setiap pergerakan yang ada.

Perang Sipil - Pasukan SukarelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang