Part 2 : Kapten Yovi Agustin

22 0 0
                                    

24 Maret 2003
11.26 PM

DAR DAR DAR

Suara gemuruh tembakan terdengar dari setiap sisi, suara granat dan teriakan teriakan manusia juga ikut menyatu dengan suara tembakan tadi. Peluru bersedesingan kesana kemari, mencari mangsa. Mayat mayat bergelimpangan. Suasana perang, dan bila dilihat dari situasinya, kami terdesak.

"Kapan bantuan datang?" Tanya salah satu prajurit sambil tetap menembakan senjatanya.

"Sekitar 15 menit lagi, bertahanlah" jawab salah satu prajurit

Kami dikepung, dari segala arah. Ini gawat, jumlah musuh pun tidak main main. Kami melakukan perlawanan sejak setengah jam yang lalu, tapi belum ada tanda tanda mereka akan habis. Dan sebaliknya, amunisi kami yang mulai habis. Aku melihat sekitar, 14 orang yang terbagi disetiap sisi mengeliligi sebuah gudang. Lalu perlahan, pasukan musuh mulai maju dan menembus sisi pertahanan kami. Perlahan, satu per satu pasukan kami gugur, formasi kami berantakan. Kami telah dikalahkan, kami dibantai. Semua pasukanku telah terbujur kaku dengan banyak luka tembak dan darah yang membasahi seragam biru tua yang mereka kenakan. orang terakhir yang kulihat masih bertahan adalah Rama, dengan posisi telungkup dengan banyak luka tembak disekitar tubuhnya, mencoba menggapaiku dengan tangan kirinya. Lalu dibelakangnya, salah satu pasukan musuh menghampirinya dan mengarahkan senapannya kearah kepala Rama.

"Bertahan kapt" kata Rama dengan suara lirih, yang lalu disambut dengan tembakan ke kepalanya.

"TIDAAAK"

Aku terbangun, keringat dingin mengalir deras dikepalaku, nafasku terengah engah seperti orang habis lari maraton. Aku bermimpi? Aku menepuk kedua pipiku dengan keras, sakit. Tandanya tadi aku bermimpi. Aku melihat sekeliling, sebuah tenda, dengan banyak kasur khas tentara dan meja tidur kecil yang diletakkan disetiap sisi tenda ini. Masing masing orang masih tertidur lelap, kecuali satu orang. Orang yang sama yang tadi ada di mimpiku, orang yang berparas tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu kurus, dengan wajah masih muda, rambut hitam pendek serta kulit putih. dia menatapku sambil memegang sebuah buku.

Rama

Aku menarik nafas panjang, lega, dia masih hidup.

"Mimpi buruk kapt?" Tanyanya

"Kurasa begitu ram". Jawabku. "Kenapa kau tidak tidur? Besok kita punya tugas kan?" Lanjutku

"Ya, aku tau" katanya tanpa menengok ke arahku, tatapannya mengarah kepada buku yang dia pegang. "Kau memikirkannya kan?"

Aku tertunduk, dia benar. Aku memang memikirkan tugas itu. Atau lebih tepatnya, memikirkan anggotaku saat tugas itu dilaksanakan. Kejadian 5 bulan lalu sedikit banyak telah membuatku trauma menjadi pemimpin pasukan. Tapi perasaan itu harus ditepis.

"Santai saja kapt." Kata rama, matanya masih tertuju pada buku itu. "Anak buahmu orang yang tangguh. Lagipula, kami tak akan terjebak pada jebakan yang sama"

"Kurasa kau benar ram. Mungkin aku terlalu takut kehilangan kalian"

"Kehilangan pasti terjadi dalam perang kapt. Baik nyawa maupun harta. Itu sudah resiko dalam perang."

"Kau terdengar seperti punya banyak pengalaman dengan perang"

Rama menutup bukunya, Lalu menghela nafas panjang. "Sebaiknya kita tidur kapt" dia lalu meletakkan bukunya diatas meja tidurnya dan berbaring di kasurnya.

Aku yang merasa tidak nyaman karena mimpi buruk itu, enggan untuk tidur lagi. Lalu aku memutuskan untuk pergi keluar. Setidaknya mungkin banyak bar yang masih buka sekarang. Kurasa aku bisa menghilangkan kegelisahanku disana. Aku memasuki bar yang biasa kudatangi saat selesai menjalankan tugas.

Perang Sipil - Pasukan SukarelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang