Part 3 : Petarung Berjubah Hitam

30 1 0
                                    

25 Maret 2003
00.38 PM

"Lihat kan, tidak terjadi apapun. Mungkin hanya perasaanmu saja, ram" kata Rudy

"Semoga saja benar begitu." Jawabku

Syarla mengusap rambutku. "Kau terlalu panik. Tenanglah"

Mungkin benar, mungkin aku terlalu panik. Aku bersandar ke pundak Syarla. Aku butuh istirahat. Lalu terlelap.

Kami mengambil rute memutar lewat tenggara. Meskipun akan memakan waktu lebih lama. Setidaknya lebih baik dari jalur utara yang berarti harus masuk ke wilayah musuh.

Jalur ini terlihat sepi. Hanya ada dedaunan dan hutan di kiri dan kanan kami. Kadang burung berkicau, kicauannya keras dan terdengar berisik namun menenangkan. Lalu kami melewati desa kecil, entah apa nama desa ini. Namun penduduk desa itu terlihat awas dengan kedatangan kami.

Hutan di dekat desa ini lebat sekali. Jika berjalan memutar akan sangat memakan waktu. Jadi kami menerobos masuk, kami akan menghadapi segala resikonya.

Laju kami diperlambat, sengaja diperlambat karena memang harus bersiaga dengan kemungkinan apapun. Hutan ini mencurigakan, banyak gerakan disini. Senapan mesin telah siaga, siap untuk ditembakan jika ada ancaman. Kami mulai merasakan adanya orang lain di hutan ini.

"Berhenti" perintah Kapt. Yovi. Rombongan kami pun berhenti, senapan mesin tetap disiagakan. Lalu para infantri turun dan membentuk formasi bertahan disekitar konvoi truk kami.

"Hey bangun" syarla membangunkanku dengan sedikit tergesa gesa.

"Ada apa? Kita sudah sampai?" Jawabku dengan posisi masih setengah sadar. Syarla menarikku keluar dari truk tanpa menjawab pertanyaannya.

"Siapapun kalian, keluarlah. Kami tau kalian mengawasi kami." Teriak kapten. Tak lama keluar 1 orang laki laki bersenjata. Namun dilihat dari pakaiannya, dia bukan pasukan pemerintah. Laki laki itu kurus tinggi, dengan rambut acak acakan dan kulit kecoklatan, berpakaian seperti orang biasa dengan jaket kulit dan celana jeans. Senapannya terangkat, terlihat siap untuk menembak. Senapan mesin kami mengarah kepadanya.

"Siapa kalian? Kalian tidak terlihat seperti pasukan pemerintah. Dan juga bukan pasukan kami." Tanya kapten. Orang itu tertawa dan menurunkan senapannya.

"Bukan, tidak penting siapa kami. Yang terpenting, jika kalian ingin lewat dengan selamat, tinggalkan senjata kalian." Orang itu mengancam. Senapan para infantri kini mengarah kepadanya. Namun dia tidak terlihat ketakutan.

"Jika kami menolaknya?" Tanya kapten. Orang itu lalu tertawa lagi dan memberikan sinyal sinyal dengan tangan kirinya. Tak lama,  puluhan orang bersenjata yang berpakaian serupa keluar dari berbagai sisi hutan. Aku menghitung sekitar 20 atau lebih jumlah mereka. Senapan AK47 mereka terangkat.

"Kami terpaksa harus mengambilnya dengan paksa." Jawabnya dengan santai. "Jadi bagaimana kapten? Pikirkan nyawa anggotamu."

Rasa kantuk yang kurasakan seakan otomatis menghilang saat aku melihat jumlah mereka. Kami kalah jumlah. Mereka sedikit lebih banyak daripada kami. Dan kami tidak tau apakah mereka terlatih atau tidak. Tapi jika dilihat dari sikap orang yang mengancam kami, sepertinya mereka cukup terlatih menggunakan senapan senapan itu. Aku melirik kapten, terlihat dia sedang memikirkan sesuatu. Menggosok gosok dagunya dan menengok ke arahku. Dia lalu menarik nafas panjang.

"Ini gawat" batinku.

"Kami punya tugas. Dan konvoi ini harus sampai di markas kami lengkap dengan bawaannya. Kami akan menghadapi segala resiko yang ada. Walaupun itu akan mengancam nyawa kami." Katanya.

Kata katanya seakan sebuah perintah untuk bertempur. Kami mengangkat senapan kami pada posisi siaga. Ini buruk. Kami dikepung berbagai arah. Akan berbahaya jika terjadi kontak senjata jika posisi kami seperti ini. Musuh musuh kami terlihat senang. Sepertinya mereka berpikir bahwa mereka sudah menang dan kami akan menyerah. Tapi tidak, aku yakin kapten tidak akan memberi perintah untuk menyerah. Kami mulai panik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perang Sipil - Pasukan SukarelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang