1

9 1 0
                                    

Siapa yang tak terpukau dengan pesona Bara Geovani, lelaki nomor satu di SMA Garuda. Dan siapa yang perduli dengan sosok Nayana Riandini, perempuan dengan gaya kuno yang punya hobi membaca novel teenfiction.

Nayana sosok tak kasat mata di sekolah, mungkin hanya 10% yang mengenal dirinya. Dan dirinya merasa beruntung, beruntung karena lelaki pujaan hatinya itu mengenal dia, walau lewat kebencian~

...

"Bara, liat catetan fisika lo dong. Tadi gue ketinggalan." Bella langsung duduk di sebelah Bara yang tengah fokus mendengarkan lagu dari earphonennya.

"Apa?" Bara melepas earphonennya lalu menatap Bella dengan intens.

"Pinjem buku catetan lo." Bella yang hampir sesak nafas karena di tatap begitu intens oleh Bara hanya bisa menundukkan kepalanya, berpura-pura membenarkan posisi jam tangannya.

"Oh, nih jangan lupa balikin ya." Bara sengaja menggoda Bella dengan kedipan matanya, dan itu sukses membuat pipi Bella memanas seketika.

"Oke oke!!"

Namun, saat Bara menolehkan kepalanya matanya melihat Naya yang menatap tak suka ke arah Bella.

"Kenapa lo? Cemburu?" Bara tertawa jahat meledek Naya.

Naya hanya diam menatap Bara yang tengah mentertawainya, entah apa yang lucu dari dirinya yang tengah di bakar api cemburu.

"Jangan ketinggian kalo mimpi, kalo jatoh sakitnya gak main-main loh." ucap Bara sebelum kembali memakai earphonennya.

"Kenapa sih, kamu selalu baik sama semua orang tapi sama aku enggak?" ucap Naya masih menatap Bara yang memang duduk sebangku dengan dirinya.

Entah Bara mendengar atau tidak atau bahkan pura-pura tidak dengar, yang pasti ucapan Naya sama sekali tidak direspon oleh Bara.

...

Jam pertama dan kedua sudah berlalu dengan amat membosankan, kini tingkat kebosanan bertambah dua kali lipat karena mereka kembali harus berkutat dengan materi biologi yang super rumit melebihi rumus trigonometri matematika ataupun reaksi redoks pada kimia atau mungkin intensitas cahaya pada fisika. Pokoknyo biologi di kategorikan sebagai materi dengan teori yang amat membosankan dan sulit dimengerti.

Tiba-tiba Bara mencoret-coret kertas dan melempar hi-tech nya kelantai dengan kesal.

"Kurang ajar, pake macet segala lagi." ucap Bara lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Ini, pake punyaku dulu." ucap Naya menawarkan.

"Heh, lo pikir gue mau pake bekasan lo. Sorry, najis!!" Bara lalu berdiri dan menghampiri meja Bella yang berada dua meja di depannya.

Naya terpaksa menghentikan jemari tangannya yang tengah mengobrak-abrik isi kotak pensil mencari pena cadangan miliknya, belum juga ketemu Bara malah langsung menolak mentah-mentah, dan malah meminjam ke orang lain.

Lama Bara menyusuri setiap meja teman-temannya ternyata entah kebetulan atau tidak, semuanya sama-sama tidak punya pena cadangan.

Bara kembali duduk dengan wajah kesalnya.

"Nih gak usah gengsi, pakai yang aku aja."

"Gak, makasih!!" Bara lalu melewatkan materi satu papan tulis karena tak punya pena.

"Setelah ini catetan di kumpul!" satu kalimat ini meruntuhkan semuanya, termasuk gengsi Bara.

"Mana pena lo sini!" ucap Bara menengadahkan tangannya tanpa menolehkan wajahnya ke arah Naya.

HopelessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang