Kindly vote after you read this one. I hope you enjoyed this story!
[BAB 1]
Raisa menempelkan kartu tanda bahwa ia adalah bagian dari kantor pajak di Jakarta Pusat ini pada mesin cardlock yang menempel di sebelah pintu lift.
Jam digital yang terpasang tepat di atas cardlock menunjukkan pukul 07.58 WIB dan itu artinya dirinya hampir saja terlambat masuk kerja di dua menit terkahirnya.
Memang bukan hal yang langka mengapa ia bisa telat sampai sedemikian rupa mengingat Jakarta memang tak pernah begitu baik, bukan?
Rai begitu ia biasa dipanggil mencoba pergi ke toilet sebelum menuju kubikelnya, bukan apa-apa dirinya hanya ingin memastikan bahwa make-up kilat yang ia lakukan di mobil masih mendapat hasil yang bagus. Ia sering sekali make-up di sela-sela kemacetan daripada semakin telat bukan?
Sesampainya di toilet wajahnya sudah terpantri di cermin panjang besar yang ada di wastafel berjajar. Raisa merapikan posisi hijabnya yang agak terkoyak, pagi ini ia menggunakan pashmina warna biru tua sesuai dengan seragam kerja.
Raisa membuka tas kerja untuk mengambil tissue di dalamnya dan mengusap ujung bibirnya yang agak tercoret lipstick, lalu menutupi bekas coretan itu dengan polesan bedak tipis.
Usai sudah kegiatan memperbaiki dirinya, sekarang Raisa sudah siap memulai pekerjaannya. Baru beberapa langkah hendak pergi dari toilet namun ia disapa oleh seseorang yang ia kenal baik, Syifa.
Syifa memandangnya dengan senyum cerah, dia adalah teman mainnya sejak kecil yang sampai sekarangpun kami selalu bersama, mungkin kami bisa disebut sahabat.
"Rai kamu kemana aja sih! Aku jarang liat kamu tau nggak!" Sudah kuduga suara khas milik Syifa akan memenuhi toilet ini. Ia tersenyum melihat Syifa yang selalu ekspresif.
"Aku lagi dapat banyak laporan pajak yang aku urus nih jadi sibuk, paling juga hari minggu aku free," Jawabnya sambil tersenyum tak enak.
"Aduh kasian banget, tapi kan emang bagian kita beda makanya kamu lebih ribet. Kalo aku sih masih juniormu Rai!"
"Kamu itu loh kok pake senior-junior kayak anak remaja aja Syif," Tawa ringan keluar dari bibir Raisa.
Syifa tertawa lalu ponselnya berdering, Raisa pun mengangguk ketika sahabatnya itu meminta ijin untuk mengangkat ponsel dengan gerakan tangan.
Raisa menatap resah jam Daniel Wellington di pergelangan tangannya karena sudah harus kembali ke kubikel dan akhirnya tak berapa menit kemudian Syifa menyudahi acara telfonnya dengan entahlah siapa itu.
"Syif, sorry banget ya aku mesti balik nih waktunya kerja," Ucapnya sungkan, tak enak karena kami sedang mengobrol dengan asyiknya.
"Yah... Padahal aku mau bahas sesuatu sama kamu loh Rai," Keluh Syifa. Raisa makin tak enak hati jadinya.
"Gimana kalo nanti pas lunch?" Ia ingat jika nanti saat jam makan siang dirinya sedang bebas dari tugas luar jadi bisa stay di kantor.
"Pas makan siang nanti aku sama team ku lagi sosialisasi di luar, gimana dong?"
Raisa tau kalau Syifa ada di bagian marketing promotion mengingat sekarang pajak sudah mulai sosialisasi untuk pajak online jadi harus dilakukan sosialisasi besar-besaran agar seluruh masyarakat Indonesia mengetahui progam baru tersebut. Raisa memutar otak mencari solusi terbaik untuk mereka berdua.
"Kamu bisa ke rumahku pulang kerja? Kita ketemu di rumahku atau kalo kamu lagi di tempat yang deket sini kita ketemuan disana aja, gimana Syif?" Usulnya.