Suguhkan sebotol susu, maka kau dengan mudah membuatku berhenti menangis
Jadikan dirimu layaknya badut maka aku akan tertawa
Bawalah hewan yang lucu jika kau menginginkanku tersenyum dan gembira
Ketika aku mulai tumbuh dan berkembang
Segala hal aku minta kepadamu
Layaknya apa yang aku minta hanya ada satu di dunia
Saat inilah aku menjadi seorang anak yang bersikap seperti orang dewasa
Menjadi seorang dokter, polisi dan profesi lainnya
Meniru segala sesuatu yang aku tonton di televisi
Dan merasakan masa-masa ketika menulis huruf, ku ganti dengan angka
Hingga kini, aku sudah menginjak masa remaja
Masa-masa dimana mulai mencoba melakukan hal-hal aneh
Pada titik inilah, apapun yang ku pinta harus terlaksana
Dan di masa inilah untuk pertama kalinya aku merasakan yang namanya cinta
Banyak orang beranggapan bahwa cinta pertama adalah cinta monyet
Dimana kau mencintai seseorang karena alasan-alasan yang konyol
Tapi aku tak percaya itu
Aku akan buktikan…Ketika aku telah mendapatkan cinta pertamaku
Tidak akan ku jadikan dia sebagai monyet dalam hidupku
Tetapi akan ku jadikan dia sebagai orang yang beruntung karena telah menjadi cinta pertama sekaligus terakhirku
***
Sudah satu jam ia berkeliling di toko buku ini dan baru menemukan tiga buku dari sepuluh buku yang ada dalam daftar pada secarik kertas di tangannya. Kertas tersebut berisikan daftar judul buku yang telah ia rencanakan untuk dibeli ketika pergi ke toko buku favoritnya ini. Sepertinya kakinya sudah mulai lelah setelah dua belas kali berkeliling. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kasir dan mengabaikan ketujuh judul buku yang belum ia temukan.
“Perasaan 4 hari yang lalu buku-buku yang mau aku beli baru sampai disini. Tapi sekarang buku-bukunya sudah habis?” tanyanya heran entah kepada siapa ia bertanya saat sedang menunggu giliran di depan kasir. “Mungkin buku-buku ini terlalu bagus. Yaa aku tau, seleraku terhadap buku cukup tinggi makanya sering kehabisan. Mungkin aku belum beruntung,” sepertinya dia menjawab pertanyaannya sendiri kali ini. Kali ketiga mulutnya mulai berkomat-kamit di depan kasir dengan satu tarikan nafas ia mengucapkan mantra itu dengan cepat dan mantra itu cukup panjang.
“Totalnya tiga ratus lima puluh ribu mba,” ucapan mba kasir seketika memotong mantra komat-kamitnya.
“Oh i-iya mba sebentar saya ambil uang dulu,” ia kemudian mengeluarkan dompet dari dalam tasnya dan mengecek uang yang ada di dalam dompetnya itu. Aduh, kok uangnya cuman tiga ratus dua ribu sih,waduh gawat. Mana aku gak punya kenalan lagi disini. Mau pinjam ke siapa astaga, ketusnya dalam hati. Dari gerak-geriknya terlihat ia kini sedang panic seperti anak mencari induknya di pasar malam—baiklah lupakan tentang itu.
“Eng…mba, uang tunai saya nggak cukup hehe. Cuma ada tiga ratus dua ribu nih. Kayaknya uang buat beli bukunya ketinggalan di rumah deh,”
“Mba nya ada kartu ATM? Disini pembayaran bisa dengan menggesek kartu apabila tidak membawa uang atau uang tunai yang dimiliki kurang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Wijen
Fiksi Remajacerita ini absurd. saya yakin akan ada rasa bosan ketika membaca cerita ini '-' jika kalian telah mencapai titik jenuh membaca cerita ini, tolong jangan lapor karena saya sudah tau akan hal itu ❤❤❤