Prolog

163K 5K 340
                                    

Maugy berlari kecil turun dari kamarnya yang ada di lantai dua. Sesampainya di bawah, dia melangkah pelan menuju ruang tamu. Kaki mungilnya berhenti tepat di belakang pintu. Matanya yang cantik dihiasi bulu yang lentik,  mengedip bingung saat melihat rumahnya sudah dipenuhi tamu. Dia kenal di antaranya, itu orangtua dari teman-temannya. Ada Tante Gita, Tante Alodia, juga bareng Om ganteng, Danola. Dan dua orang itu siapa? Maugy belum pernah melihatnya.

“Maugy ? Ngapain kamu di situ? Sini, Sayang!” panggil Mamanya yang baru menyadari gadis kecilnya dari tadi menguping dari balik pintu. Maugy nggak menjawab tapi kakinya tetap melangkah mendekati mamanya.

“Ini Maugy?” tanya wanita berambut ikal sebahu itu. Kesan pertama ; Maugy suka dengan senyum orang itu.

Mamanya mengangguk manis. “Iya, Ken. Ini Maugy. Coba deh, lo liat-liat, mirip gue apa Dilo?” tanya Mamanya sambil menempelkan pipinya ke pipi Maugy.

“Cantik banget, sih? Banyakan mirip Dilo deh, kayaknya, hahaha," jawab orang itu.

“Danelo, itu Kak Maugy nya. Sana ajak main Kak Maugy!” kata Alodia sambil menurunkan Danelo dari pangkuannya. Danelo melirik Maugy yang tersenyum ke arahnya. Danelo menggeleng seperti ketakutan.

“Danelo nggak mau pasti karena takut kena gigit lagi!” kata Gita sambil melirik Lupin dengan satu alis terangkat.

“Maugy, sih, jangan gigit Nelo lagi, ya?” bisik mamanya. Maugy menaikkan sebelah alisnya, membuat mereka yang melihatnya melirik Dilo bersamaan.

“Kenapa?” tanya Dilo merasa diintimidasi.

“Dia mirip banget sama kamu, Di," jawab wanita itu.

“Namanya juga buah nggak jatuh jauh dari pohonnya…” kata Dilo dan disambut tawa kecil dari Danola yang duduk di sebelahnya.

“Hai, Sayang? Namanya siapa?” tanya wanita itu pada Maugy yang duduk di pangkuan mamanya.

“Maugy Iskannia. Tante capa?” jawab Maugy dengan kening mengerut.

“Tante Kenny. Ini Om Juna. Kami Mama-Papanya Mario," jawab wanita bernama Kenny itu sekaligus memperkenalkan pria yang duduk di sebelahnya. Pria itu melambaikan tangannya ke arah Maugy.

“Malio itu siapa?” tanya Maugy, lagi.

“MARRRIO, Sayang, bukan MALLLIO!” ralat Mamanya.

“Iya Malllio," kata Maugy masih belum sempurna menyebut nama Mario.

“Hahahak,  kebanyakan gigit orang jadi cadel anak lo, Pin, kikikikiki!” kata Gita, nggak peduli dengan tatapan Lupin yang mau menerkamnya detik itu juga. Gita tersenyum manis lalu mengambil posisi tegak.

“Gue pulang dulu, ya? Ken, Juna, sori nggak bisa nemenin lama. Soalnya, kerjaan gue di rumah masih banyak, niiih!” kata Gita mohon pengertian.

“Oke, nggak apa-apa. Ntar aku sama Juna langsung pulang aja, ya, Git? Nggak bisa lama juga di sini," kata Kenny. Juna di sebelahnya ikut mengangguk.

“Oh, oke! Hati-hati aja, ya, kalian. Bye!” balas Gita lalu pergi.

“Malionya mana tante?” tanya Maugy di tengah-tengah obrolan Kenny dan Lupin juga Dilo.

“Di luar, Sayang,” jawab Kenny sambil tersenyum manis.

Maugy turun dari pangkuan Lupin lalu berlari kecil ke luar rumah. Tepat di halaman basket, dia melihat seorang anak kecil berambut cokelat sedang duduk di atas bola basket. Baru aja Maugy mau mendekatinya, Gio dan Gia sudah lebih dulu berlari mendekati anak itu.

“Itu bola kami!” kata Gio sambil bertolak pinggang.

“Iya, sini bola kami!” tambah Gia, ikut bertolak pinggang.

Mario mengerjap beberapa kali, memerhatikan dua bocah gundul di depannya dengan mulut setengah terbuka. Perlahan, dia berdiri lalu mundur sambil berteriak ketakutan.

“AAAA... ADA TUYUL KEMBAAAAAAAAAAR!” teriaknya sambil menutup mata tanpa melihat jalan.

DUG. Mario jatuh menabrak seseorang. Saat dia membuka matanya, dia melihat gadis bermata cantik melotot ke arahnya dengan bibir cemberut.

“ADA ANAK TUYUL!” teriaknya pada Maugy yang bangun sambil membersihkan roknya yang terkena tanah.

“Siapa yang tuyul?” tanya Maugy dengan kening mengerut.

“Ituuuu!” jawab Mario sambil menunjuk Gio dan Gia yang menangis karena dikatain Tuyul kembar.

“Itu Gio sama Gia! Bukan tuyul, taauuuu!” kata Maugy sebal.

“Tapi, mirip tuyul!!!”  ucap Mario ketakutan.

Maugy mendelik kesal. Di angkatnya lengan Mario lalu digigitnya sekuat tenaga.

Tujuh detik kemudian...

Maugy melepas gigitannya karena Mario nggak berteriak. Ditatapnya mata Mario yang mulai berkaca-kaca.

“AAAAAAAAAAAA... SAKIIIIIIIIIIIT!” teriak Mario sambil masuk ke rumah.

“Lasain! Enak aja bilang teman-temanku tuyul! Olang kata Mama, Gia sama Gio itu anak idiot, bukan anak tuyul!” kata Maugy sambil pasang muka kesel.

»»»maugy«««

Maugy berdiri sambil menginjak bola dengan satu kakinya. Tangan satunya memegang pinggang dan yang satunya lagi mengupil. Di lihatnya Mario yang menatapnya tajam dari kejauhan. Sepertinya sih, orangtuanya mau pamitan. Maugy menaikkan satu alisnya saat Mario berjalan ke dekatnya.

“JAHAT!” kata Mario.

Maugy berhenti mengupil, dijentiknya bulatan cokelat yang menempel di ujung jarinya.

“JOROK!” kata Mario lagi.

Maugy menatap sebal. Ditangkapnya lengan kiri Mario lalu digigitnya tanpa peduli teriakan dari Mario yang kesakitan.

“MAUGY!” teriak Mamanya dari kejauhan.

“MALIO CENGENG!” ejek Maugy lalu berlari ke rumahnya.

Mario memegangi lengan kirinya yang berdarah. Ada bekas gigitan di sana. Saat dia melihat tangan kanannya, juga ada bekas gigitan. Mario menangis sesunggukan lalu berlari ke dekat mamanya.

“Huhuwaa, liat aja kamu nanti Maugy!!!” kata Mario di tengah isak  tangisnya.

“Aduh, Kenny, gue minta maaf banget, ya? Maugy emang suka gigit dari umur 1 tahun! Sampe sekarang, kebiasannya itu belum juga hilang!” kata Lupin nggak enak hati.

“Iya, Ken. Maaf, ya? Maugy emang ada kelainan!”

“Sayang!” kata Lupin sambil mencubit pinggang Dilo.

“Aduh, kamu, sih, waktu hamil kemaren ngidam apa coba sampe anak kita kayak gitu?” tanya Dilo sambil mengusap-usap pinggangnya yang dicubit Lupin.

“Hmmmmmpp!” Lupin merengut. “Mario, maafin Maugy, yaaaa? Besok-besok main ke sini lagi,yaaa?” kata Lupin sambil mengusap kepala Mario, tapi anak itu langsung menggeleng.

“Iya, Pin! Nggak apa-apalah! Namanya juga anak kecil.  Kami pamit dulu, ya,” kata Kenny lalu memeluk Lupin.

“Kapan-kapan main lagi, ya, ke Indonesia," uca Dilo saat berpelukan dengan Juna.

“Oke," balas Juna.

“Dadah, Mariooo?” kata Lupin ke Mario yang masih sesunggukan.

“MALIO CENGEENG, BLEEEEEEEEEEEE!” teriak Maugy dari depan pintu lalu kabur saat papanya meliriknya tajam.

“AWAS KAMU, MAUGY! LIAT AJA KAMU NANTI!” teriak Mario sebelum masuk ke dalam mobil.

★★★

Maugy (Beautiful Fate)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang