-Maugy Pov
“Gy! Bangun, Gy!”
Suara Danelo yang lembut masuk ke telinga gue dengan sempurna. Dia pasti lagi usaha bangunin gue. Selalu. Ah, manisnya anak itu.
“Gy?”
Biarin aja deh. Ganggu banget pagi-pagi. Hari Minggu juga.
“Gy, bukannya sabtu ini lo ada ujian Fisika?”
Apa katanya? Sabtu?
Gue buru-buru bangun dan membuka jendela. Di seberang sana, gue lihat Danelo udah rapi dengan seragam sekolahnya. Rambut cokelat pirangnya masih terlihat basah. Bibirnya yang merah terlihat kayak buah stroberi yang segar. Nggak tau kenapa gue suka banget lihat wajahnya yang cakep. Brondong manis. Gue dua tahun lebih tua dari Danelo. Sekarang gue kelas 3 SMA dan dia kelas 1 SMA. Tapi gue nge-fans abis sama dia. Huhuhu, dia mau nggak ya, sama yang agak tua-an? Huhuhuk.
“SABTU?” tanya gue ke dia yang masih senyum. Dia mengangguk manis.
“MATI GUE! GUE KIRAIN INI UDAH HARI MINGGUUUUU! NELOOOO, LO KETERLALUAN BARU BANGUNIN GUE JAM SEGINI!” pekik gue lalu lari ke kamar mandi.
★★★
DANELO (POV) / NELO
MAUGY sekarang cantik banget. Gue masih ingat waktu kecil gue paling sering jadi korban gigitannya. Sampe sekarang dia juga masih gigit, sih. Cewek aneh. Dia lebih tua dua tahun dari gue tapi badannya nggak juga gede. Kalo diukur sama gue, Maugy tingginya sebahu gue. Dia mirip banget sama tante Lupin. Dibilang tinggi nggak, dibilang pendek juga nggak. Tapi, nggak tau kenapatelaaaat, buruan entar kita telaaaat!” teriaknya masih dengan rambut penuh busa. Dia berdiri di depan jendela sambil merapikan baju seragamnya.
“Gy… hfufufufuf…,” gue berusaha menahan tawa melihat kedodolannya. Nih anak, benar-benar deh.
“Lo kenapa, sih?” tanyanya bingung.
“Ngaca dulu sana!” kata gue sambil mengulum senyum. Maugy mengernyit, dia manyun lagi. Nggak berapa lama, gue dengar dia teriak lagi lalu masuk ke kamar mandi.
Dia lucu. Gue suka.
★★★
MAUGY (POV)
“GIOOOOO! GIAAAAAAAA! BURUAAAAAAAN!” teriak gue dari luar rumah.
“Kita udah di sini dari tadi kaliiiiiiiiiii!” Suara itu muncul dari lapangan basket. Si kembar cewek-cowok yang cakepnya nurun dari tante Gita itu bertolak pinggang bersamaan. Oh, ternyata gue yang telat. Masang tampang tak bersalah aaah.
“LO LAMA BANGET, SIH?!” Satu semprotan dari Gia. Cewek berambut ikal pirang itu menunjuk hidung gue dengan kesal. Dia juga menaikkan ujung hidung gue kayak bentuk hidung babi.
“Gue kirain ini hari Minggu loh…,” kata gue sambil menepis jarinya yang cantik dari hidung gue.
“Hari Minggu apaan! Besok baru hari Minggu, Oon! Yuk, cabut!” kata Gio sambil menenteng bola basketnya.
Gio punya rambut pirang lurus kayak om Rey. Cakep deh. Gue suka lihat senyumnya. Ada lesung pipinya di kanan. Kalo Gia ada lesung pipi di kirinya. Gue paling beruntung, gue punya dua lesung pipi yang entah nurun dari siapa. Asal-usul gue masih dipertanyaan. Kata tante Gita sih, waktu kecil, pipi gue sering ditoel pake sendok sama Mama. Pas gue tanya sama Mama, katanya bukan pake sendok, tapi pake jempol kaki. Dengar itu, gue jadi ngeri sendiri.
Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit, akhirnya kami tiba di sekolah. SMA Plamboyan, namanya.
“PAAAK! JANGAN TUTUP, PAAAK!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Maugy (Beautiful Fate)
Teen FictionCakep sih cakep, tapi kalau galak siapa sih yang betah? Maugy contohnya. Cewek yang punya kebiasaan gigit dari kecil ini, punya pacar yang super duper galak dan posesif. Tapi, gimana dong, Maugy kan sayang. Udah pacaran dua tahunan pula. Mau putus k...