Prolog

106 12 5
                                    

Tinggal di kita cukup padat penduduk sering membuatku muak. Aku selalu berharap pergi dari kota ini tapi..

Beberapa hal akan dilakukan dengan sangat menyusahkan apabila tidak ada pemikiran sesuatu itu.

Walau aku sekarang masih berada di bangku kelas 3 Sma. Mungkin sudah saatnya aku mulai berfikir tentang masa depan yang menungguku kelak nanti. Segala sesuatu tidak ada yang pasti, bisa saja nanti akan terjadi sesuatu di luar dugaan.

Pemikiran ku tentang masa depan lebih terhubung pada beberapa hal yang mendasar, seperti kebutuhan pokok, bekerja atau tempat tinggal.

*ting tong*

"Ujian semester akan dimulai sepuluh menit lagi, diharap seluruh peserta memasuki ruangan kalian masing-masing"

Pengumuman itu di ulang dua kali.

Hari ini aku ada Ulangan semester pertama. Ulangan di sekolah ku terbagi menjadi dua. Satu berada di bulan desember dan yang satu di bulan maret.

Mengapa sangat dekat?

Pada bulan maret hanya berpisah tiga bulan dari sekarang. Karena aku berada di kelas tiga, maka Ulangan semester dua di sekolahku di majukan.

Sebagai gantinya, di bulan april akan ada Ujian. Ujian ini tidak seperti yang kalian kenal dengan ujian biasanya.

Ujian itu adalah ujian penentu kesuksesan karir masa depanmu.
Dengan kata lain ujian itulah penentu dimana kamu akan nantinya berada.

"Yo Ridhi, bagaimana kabarmu? Apa kau sudah siap"

Setelah beberapa saat aku memasuki kelas , aku mendengar sapaan yang tertuju padaku.

Dia adalah temanku sekaligus sahabatku, mungkin.

"Hmm"

"Ah mana mungkin dia gak siap kan, dia aja murid terpandai di sekolah ini!"

"Sekaligus anak kepala sekolah"
Sindirnya pelan.

Orang yang berbicara padaku adalah seorang pria yang berperawakan seperti anak nakal. Dia sekarang sedang di geromboli beberapa kawan sebangsanya.

"Apa kamu juga siap Rama!"

"Tentu saja, kali ini aku tak akan gagal"

Rama, dia adalah temanku sekaligus sahabat yang aku bilang tadi. Penampilannya sederhana, berambut coklat mengkilap dan berpostur tubuh sedang.

"Aku doakan"

Rama sering gagal, dalam beberapa Ulangan harian bahkan juga semester. Tapi sifat pantang menyerahnya itu membuatku kagum dengannya.

Kemudian aku duduk di bangku di samping rama. Aku duduk disana bukan karena ingin di dekat sahabatku ini. Tetapi menurut nomer kartu ulangan yang di sediakan sekolah. Aku hanya harus mencocokan dengan nomer di mejaku.

Setelah mempersiapkan beberapa perlengkapan ulangan seperti pensil, penghapus dan lapis kertas. Tak lama kemudian...

*srekk*

Pintu geser kelas terbuka.

Sudah saatnya ya!!!

Pengawas ruangan masuk dengan membawa beberapa dokumen soal ditangannya yang masih tersegel. Itu ibu lusi, dia juga sebagai guru bahasa Indonesia di sekolahku. Dia juga masih perawan katanya...

"Baik anak-anak kita akan mulai ulangan mata pelajaran pertama lima menit lagi"

Kemudian dia membagikan kertas jawaban pada seluruh kelas. Saat pembagian sampai padaku dia berkata.

"Ridhi, kamu sudah siapkan!"

Dia bertanya sambil tersenyum.

"Mungkin bu!"

"Jangan berkata 'mungkin'. Itu adalah kata yang belum pasti akan kapastiannya. Kata itu juga biasa dipakai oleh orang pesimis. Apalagi kamu an-"

"Baik bu Lusi!"

Aku langsung memotong ucapanya sambil tersenyum kering, karena aku rasa tahu apa yang ingin dia katakan. Aku paling tidak suka orang berkata'aku adalah seorang anak kepala sekolah ini'.

Itu terasa seperti bahwa upayaku sekarang mencapai puncak prestasi siswa di sekolah ini karena curang. Aku berusaha dari nol untuk memperolehnya. Walaupun begitu aku juga tidak bisa membantak apa yang dikatakan mereka terhadapku.

*tong*

"Baik ujian kita mulai. Silahkan mengerjakan soal!!"

Dengan sigap seluruh siswa di ruangan ku berada membuka lembar soal.

Sementara itu di taman dekat bukit belakang sekolah.

Gemercik air kolam mengalir yang berisi beberapa ikan koe.

Tiba-tiba gelembung mulai keluar dari dalamnya, semakin lama semakin bertambah.

*Blobblobbolb*

Tanah disekulitar tempat itu mulai berguncang.warna air yang tadinya biru malai berubah kemerah darahan. Sepertinya warna itu keluar dari ikan-ikan koe yang mati tapi tidak diketahui penyebabnya.

*Blussssk*

Air kolam itu meledak besar hingga airnya mencurat beberapa meter dari kolam.

Cahaya redup mulai nampak dari dalam kolam itu.

*kreng kring krak*

Suara rantai mulai terdengar dari dalam kolam berukuran 10 x 10 meter itu.

Air mulai bergerak seperti ada yang sedang menginjaknya.

*blash crik*

Sesosok seperti manusia naik dari dalam kolam ke tepian.

Beberapa tolehan diarahkan kesekitarnya. Tampak sepi tak ada orang.

"Ghaaa... sepertinya ini dunia yang dimaksud"

#
Gua athour disini. Untuk pertama kali buka note.

Ah gua gak tau mau bicara apa. Yang pasti ceritanya belum dimulai dari sana, tapi di proloug hanya pengenalan tokoh utama dan hal-hal yang akan bersangkutan yang akan datang.

Oh ya sebenarnya ada kejutan di bab selanjutnya.

Sampai jumpa nanti di bab selanjutnya.

Penghubung Dunia(libur)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang