'maaf bila tak bisa menjaga hatiku. Aku manusia biasa. Hatikupun sama dengan hati para perempuan lainnya'~~ Arrin
'tak apa bila ini yang kau harapkan. Aku hanya ingin kau bahagia. Jika ini jalan kita. Aku terpaksa melepaskanmu'~~ Alfa
'maaf membuat mu terlalu berharap padaku?!'~~ Abi
♡♡♡
"TAIK?!"
Teriakan gadis yang berada di sebelah Arrinn membuat telinga Arrin bergetar hebat.
"Suara lo gila banget tau gak?!" Arrin berkata sambil mengusap telinganya untuk menghilangkan dengungan.
"Sorry. Sorry. Tapi lo beneran?? Lo mutusian pacar lo yang ldr itu. Siapa namanya?? Ah ya Alfa cuma karena lo lagi deket sama Abi?. OMG ini gilak banget."
"Lo tega amat sama pacar lo. Salah dia apa Rin. Apa???"
Sica. Berceloteh dengan gaya alaynya. Membuat Arrin menautkan alisnya. Kenapa bisa dia berteman dengan gadis seperti ini??
Arrin meringis akan ucapan Sica. Sedikit ia terbayang peristiwa malam tadi. Dimana dia memutuskan sang kekasih yang terpisah oleh jarak.
Arrin
Alfa. Aku minta maaf. Perasaan aku ke kamu udah goyah. Maafin aku. Aku gak mau hubungan ini berlanjut kalo akhirnya kita sama sama tersakiti. Maafin aku.Alfa
Kenapa gitu? Kenapa tiba-tiba perasaan kamu kaya gitu. Kenapa bisa berubah?
Intinya kamu minta putus?Arrin
Maaf. Aku minta maaf. Aku gak sesudah ini kita bakal musuhan. Aku mau kita tetap jadi teman. Alfa.. kamu maukan??Tak ada balasan lagi dari Alfa. Arrin terus menatap ponsel miliknya. Alfa tidak membalas pesannya. Mungkin saat ini Alfa sedang marah padanya. Mungkin.
Arrin menghela nafas pendek. Dia benar-benar frustasi. Hubungannya dengan sang kekasih ldr nya yang telah berjalan kurang lebih 24 bulan kandas dengan cara seeprti ini?
Apalagi dia yang memutuskannya? Dia menggeleng kepalanya. Dia tidak salah. Dia hanya mengikuti hatinya. Mengikuti naluri perasaannya.
"WOY?!" Teriakan Sica lagi-lagi membuat jantung Arrin terpompa mendadak. Gadis itu benar-benar ingin membuat orang jantungan.
"Bisa gak sih lo gak ngejutin gue sekali aja? Kasian ni jantung gue?!" Arrin mengusap dadanya. Jantungnya masih dag dig dug karena ulah Sica.
"Ye. Salah siapa coba. Ngapain bengong?! Orang gue panggil panggil dari tadi. Udah pake beb, honey, say gak lo saut saut juga. Ya gue teriak aja." Sica terkekeh singkat melihat wajah Arrin yang sedang kesal padanya. Tak ada rasa bersalahpun di wajah Sica.
"Jadi gimana? Lo bakal serius mutusin si Alfa dan lanjut pdkt sama Abi atau lo diem aja??" Tanya Sica penasaran.
"Gue gak tau. Mungkin liat nanti kedepannya." Arrin menompang kepalanya dengan kedua tangannya. Dia benar-benar dilema karena hatinya.
Tring!!
Suara dari ponsel Arrin membuat gadis itu mendongkakkan kepalanya kembali. Mau tak mau ia harus meronggoh ponsel miliknya yang berada di tas sandang miliknya.
Abi??
Arrin menyatukan alisnya. Tumben Abi mengirim pesan padanya pada jam segini. Padahal lelaki itu biasanya sibuk dengan bandnya. Ah iya Abi seorang vokalis di bandnya. Lelaki itu memiliki suara yangbisa dibilang merdu.
"Siapa? Abi??" Sica menatap Arrin. Gadis itu menerka pengirim pesan pada ponsel Arrin.
"Heeh?" Arrin hanya bergumam singkat.