New House

191 21 8
                                    

WISHES AND TEARS //  WP: NovaErika14//FAMILY, SAD // JISUNG, YOONA AND NCT //TEEN


***

Ia mulai memandang kota itu dari jauh, kini ia tak akan seperti dulu lagi, mungkin sekarang ia makin terpuruk karna keadaan yang mendesak ini. Ia pindah rumah menggunakan 2 mobil pribadi, di mobil ini ada Jisung, Mark, Yoona, dan Ibu. Jisung dan Mark berada di samping jendela sedangkan Yoona berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan di mobil satunya ada Taeyong dan Ayah yang membawa barang-barang dari rumahnya di kota.

Jisung pov

Aku tak tahu harus senang atau sedih dalam masa ini. Aku hanyalah anak kecil yang sedang menikmati hari-harinya bersama keluarga tapi kenapa aku seperti orang dewasa yang selalu tertimpa bencana?.

Hari ini aku menuju rumah baruku yang berada di atas bukit sana. Kata Ayahku itu rumah tua. Mark sangat takut dengan hal-hal berbau mistis, sepanjang perjalanan ia hanya terdiam dan terlihat air mata mengenenang di matanya. Mungkin ia takut jika disana ada "hantu" karna yang aku tahu rumah lama adalah rumah angker yang dipenuhi oleh manusia-manusia yang sudah tak bernyawa lagi.

"Mark"

Ucapku lirih kepada saudara laki-laki ku Mark. Memang di keluargaku nama 'kakak' hanya berlaku pada saudara perempuanku Yoona dan saudara laki-laki ku Taeyong.

"Mm..."

Balasanya cepat.

"Sudah-sudah, nikmati saja perjalanan kalian, mungkin ini perjalanan jarak jauh  terakhir kita, jadi nikmatilah"

Ucap saudara perempuanku Yoona dengan wajah berlinang airmata seraya menunduk kan kepalanya.

Aku sangat bingung tentang cara pikir wanita, entah dari sisi mana ia memandang suatu masalah, sampai hal terkecil pun mampu untuk menjadi alasan untuk ia meneteskan airmatanya.

Aku mencoba meraih tangan kananya. Tangannya sangat dingin. Ia pun membalas tanganku dan menoleh ke arahku dengan memberiku kode agar aku tetap tenang dan diam.

Sepanjang perjalan aku hanya termenung, memikirkan nasib keluarga ku yang terombang ambing. Sebenarnya bukan tanpa alasan keluargaku berbondong bondong menjauhi kota, ini semua karna ayahku yang sedang terkena bencana. Aku hanyalah anak kecil bagi mereka, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayahku. Ayah hanya menganggapku anak kecil yang harus dimengerti dan dikasihani layaknya orang sakit.

"Sudah sampai, ayo bangun"

Ucap ibu, aku tertidur di mobil, perjalanan kali ini sungguh melelahkan.

"Jisung... Ayo bangun nak, kita sudah sampai, ibu yakin kau akan menyukai rumah ini"

Ucap ibu meyakinkanku.

"Mark, ayo turun" Ajakku

"Kau saja"

"Ayolah..."

"Tidak, aku tidak mau"

Entah mengapa Mark terlihat sangat kesal, raut wajahnya seakan memberi tanda kalau ada kemarahan di dalam hatinya.

Akupun meninggalkan Mark, dan menyusul ibu di dalam rumah itu. Rumahnya masih terlihat bagus, debu-debu terbang di sana-sini seakan mengucapkan selamat datang kepada keluargaku.

"Anak-anak, semua kamar ada diatas, naiklah dan pilih salah satunya untuk kalian tempati"

Akupun menoleh ke samping kiri dan kananku, rumah ini begitu luas, mewah, dan megah. Bangunanya begitu kokoh nan elok, desain seperti istana begitu kental terasa, saat mata memandanginya dengan penuh seksama.

"Mark akan bersamamu?" Tanya Yoona.

"Tentu"

Akupun memilih kamar di dekat tangga, kamar Yoona berada di sisi kanan kamarku, kamar Ayah dan ibu di sisi kiriku, dan kamar Taeyong berada di samping kamar Yoona.

--

Malam pun tiba, suara angin malam menemaniku saat ini. Saat semua orang merasa lelah mereka akan tidur pulas dan berada dalam dunia mimpi yang indah. Tapi tidak denganku, aku merasakan ketenangan disini, aku mulai beradaptasi dengan rumah ini, mengenal setiap sisi rumah ini, mengenal setiap celah di rumah ini serta mengenal rumah ini dengan berbagai keunikan di dalamnya. Ketenangan disini membuat hasrat ku bangkit untuk membuat tulisan manis di buku harianku.

--

Sepi... Ialah suatu hal kecil yang sangat kucintai
Keberadaan nya memang sulit di cari
Remeh memang artinya
Tapi bagiku...
Kesunyian ialah tempatku,
Sendu ialah hasratku,
Sendiri ialah keinginanku,
Orang hanya menilaiku dari sisi yang tabu
Sisi yang sama sekali bukan pribadiku
Aku tetap diam, karna aku tau
Bicaraku tak guna bagi orang-orang itu
Cemoohan yang ia lontarkan ku terima dengan senyuman
Kini, ku telah berada di alam yang berbeda
Jauh dari orang-orang yang hanya bisa mencemooh orang lain
Kesendirianku ini bukan tanpa alasan
Kesendirianku adalah sebuah tuntutan.

Remeh memang,
Anak kecil seperti ku tau apa?
Mereka yang lebih tau akan segala hal
Merehmehkan kemampuanku
Mengucilkan aku,
Aku hanyalah anak kecil yang dalam masa kedewasaan
Tapi tak ada yang mengerti akan hal ini
Ucapku tak berharga
Ucapku hanyalah kicauan baginya
Tapi ingat, suatu saat nanti kau akan memujiku dengan keterbatasanku ini.

--

Kubutuh komentar kalian 😁😅😂

Wishes and Tears. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang