"Aku hanya datang untuk menemui Ahn kyosungnim saja. Memperkenalkan dirinya disesuaikan dengan keinginan beliau..." Lelaki bernama Luhan,yang kini menjadi 'calon guru' itu melangkah bersama Seohyun disepanjang koridor yang sepi. Dan mendengarkan suara dari orang yang dia yakini sebagai cinta pertamanya itu memunculkan debaran yang membuat Seohyun harus berhati-hati agar tak kehilangan kendali.
Kemudian Luhan melanjutkan "...Tapi untuk bertanggung jawab atas dirimu... Aku rasa aku sudah resmi menjadi penanggung jawabmu,Seo Joo Hyun-a"
Ucapan Luhan kemudian membuat kepala Seo Joo Hyun memutar. Matanya menatap tepat kedalam mata laki-laki yang berdiri di sampingnya itu. Jika Seohyun tidak salah... Jika telinganya tepat menangkap...
Bibir Seohyun membuka, lalu berkata, "A-apa?" Gadis itu terdengar gugup. Dia tahu, bahwa sejak tadi, hanya dengan melihat dan mendengar suara lelaki itu dia telah begitu berdebar. Tetapi tanpa diduga, pengaruh lelaki itu terhadap rasa gugupnya ternyata lebih dari yang disangka. Bahkan hanya dengan menatap kedalam bola mata berwarna hazel itu.
Dan Luhan...Jika Seo Joo Hyun gugup dengan alasan yang hanya diketahui gadis itu, Luhan memiliki pemikirannya sendiri pula tentang sikap Seo Joo Hyun itu. Mungkin... Sangat mungkin jika Seo Joo Hyun merasa dirinya adalah orang asing yang dengan seenaknya berpikir bahwa hubungan mereka telah berubah tingkatan hanya dalam waktu kurang dari seperempat hari. Dua orang yang... Sepertinya asing... Lalu berubah menjadi hubungan yang dapat dikategorikan cukup dekat antara seorang tenaga pendidik dengan murid. Atau... Ada kemungkinan yang lain yang tidak pernah disangkanya... Mungkin, sikapnya memang justru aneh?
Dan... Mengapa, dengan menatap Seo Joo Hyun... Pikirannya jadi senang memunculkan begitu banyak kemungkinan di kepalanya? Seperti...
"Ah,maksudku..." Luhan menyudahi pikirannya untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lainnya, lalu secara tiba-tiba memikirkan sesuatu untuk dikatakan pada Seo Joo Hyun. Alasan? Entahlah. "Kita sudah saling mengetahui nama masing-masing dan..." Luhan terlihat menggaruk tengkuknya yang Seohyun itu penyebabnya bukan karena rasa gatal.
"...Dan apa?"
"Eum... Masalah nilai matematika...mu..." Dari nada bicara Luhan, terdengar lelaki itu tengah bernala-nala didalam pikirannya. Sangsi untuk melanjutkan pembicaraan, meski secara garis besar mungkin Seohyun dapat memperkirakan garis besar dari tema bahasan mereka.
Dan, di dalam hati... Untuk pertama kalinya pula, menyinggung masalah matematika dan nilainya... Sama sekali bukan hal yang buruk.
Bahkan membicarakan tentang hal itu dengan guru matematika manapun, Seohyun bisa meradang dihati. Aneh. Meyakini bahwa Luhan adalah cinta pertamanya dan fakta bahwa keduanya sedang berjalan menyusur lorong sekolah berdua dan mengobrol tentang matematika adalah kombinasi yang pas. Terasa tepat.
"Aku tahu!" Seohyun tersenyum sekilas "Maksudnya... Tentang tanggung jawabmu terhadap nilai matematika ku yang hancur itu,bukan?"
Luhan tak menjawab.
"Aku akan ingat itu." Ujar Seohyun "Kau adalah... cinta pertamaku" Seohyun berharap dapat mengucapkan apa yang dia katakan didalam hati itu kepada cinta pertamanya. Namun, waktu sekarang rasanya tidak tepat, sehingga Seohyun memilih untuk mengatakan sesuatu yang lain, yang paling tidak bisa membuat mata sang cinta pertamanya itu tidak lagi melotot karena penasaran meskipun Seohyun cukup menyenangi ekspresi itu.
Seohyun tersenyum sekilas, menarik napas lalu menatap tepat kedalam manik hazel Luhan "...Guruku. Luhan songsaengnim!"
Dan setelah mengucapkannya, Seo Joo Hyun berlari dengan ujung bibirnya tertarik keatas.
.
.
.
'Apa yang kau harapkan dengan menjadi seorang guru? Kau harusnya menjadi kakak untuk Baek Sehun! Kau mengerti kan, maksudku?'
...
Dan... Luhan merasa tidak perlu ragu dengan pilihannya. Matematika dan dirinya...