Misery

654 35 5
                                    

Title ❇ I'm Waiting

Disclaimer ❇ Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki and Yusuke Murata

Pair ❇ Hiruma Youichi X Anezaki Mamori

Author ❇ Aika Licht Youichi

Genre ❇ Hurt/Conform, Romance, etc.

Warning ❄ Mamori POV, Semi canon, typo, etc.

•∞•∞•∞•∞•∞•

Hmm, hari kembali pagi rupanya. Kubuka mataku dan perlahan duduk di pinggir kasur, aku menyampirkan rambutku ke atas dengan siku bersandar pada lututku untuk beberapa lama kemudian.

Sama seperti hari-hari biasanya, hidupku dipenuhi oleh kegelapan sejak dua tahun yang lalu. Ya, awal dari semua kesengsaraanku. Awal dari semua dosaku.

Dua tahun yang lalu, aku telah berbuat dosa ---dengannya. Kami melakukan apa yang seharusnya tidak kami lakukan ---setidaknya setelah menikah. Aku bercinta dengannya. Pria itu. Youichi Hiruma. Pria yang sangat kucintai itu. Tapi sekaligus pria yang menghancurkan hidupku dua tahun belakangan ini. Dia pergi. Dia meninggalkanku. Tanpa kabar. Tanpa adanya pesan. Tanpa ada secarik kertas pun.

Aku merindukannya, sudah pasti. Tapi aku juga membencinya. Apa kalian tidak tahu bagaiman perasaanku? Dia meninggalkanku setelah malam pertma kami, meninggalkanku dengan janin yang mulai tumbuh di rahimku. Ya, rahimku. Seorang bayi. Hasil hubunganku dengannya. Dosa yang kami buat.

Saat mengetahui ada janin di rahimku, aku senang sekaligus kecewa. Aku mencoba jujur pada orangtuaku, dan hasilnya. Mereka memarahiku. Tentu saja! Aku wanita kotor, tidak pantas tetap berada bersama orangtuaku. Tapi setidaknya aku tidak diusir dari rumah, tentu saja dengan satu syarat! Aku harus menikah dengan orang yang telah dijodohkan oleh orangtuaku.

Aku tidak bisa karena aku tidak mencintainya! Jadi untuk mengulur waktu sampai pria yang kucintai itu datang, aku berkata untuk menunggu sampai anak ini lahir. Untuk itu aku memilih tinggal sendiri, menyewa apartemen dan hidup sendiri untuk menghindari tekanan orangtuaku ---terlebih Ayahku. Tapi sampai anak yang kukandung ini lahir pun, aku tetap menolak untuk menikah secepatnya sampai aku siap.

Karena. . .

Dia tidak datang! Berapa lama pun aku menunggu, dia tidak akan datang! Pergi kemana dia? Kenapa lama sekali? Apa dia tidak merindukanku? Apa dia tidak ingin bertemu dengan anak kita?

Aku mengajukan semua pertanyaan ini setiap malam. Tiada malam yang kuhabiskan tanpa menangis, menangis dan menangis. Hanya itu yang bisa aku lakukan meski aku tahu itu tidak akan membuatmu kembali padaku.

Aku ingin kau datang dan menghentikan semua penderitaanku, tapi rasanya aku sudah tidak ingin melihatmu lagi. Aku sakit hati. Kau bisa menghentikan sakitnya, tapi kau tidak bisa mengobatinya hingga sembuh.

Kenapa kau pergi? Apa kau membenciku? Apa kau tidak ingin bersamaku? Kau memang iblis! Kau iblis yang sukses membuatku menderita. Aku benci padaku. Tapi aku juga mencintaimu.

Aku menyeka air mataku yang mulai menetes, suara tangisan anakku membangunkanku dari lamunan. Aku sedikit menggeser tubuhku dan menggendongnya, kusandarkan kepalanya di pundakku, lalu aku berjalan menuju dapur. Kududukkan dia di kursinya dan membuatkannya segelas susu coklat hangat ---kesukaannya.

"Youma mau sarapan apa?"

"Ti-- Ma, ti. . ." Dia menunjuk pada roti yang ada di depanku.

"Mau pakai yang mana, ini?" Kuangkat selai stroberi dan meletakkannya di atas meja, dan dia menggeleng sembari menunjuk tangan kiriku yang memegang selai coklat.

I'm WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang