Hai, namaku Dira singkatan dari Dian Ranggi. Umurku 17th. Hari ini, setelah pulang sekolah, aku punya rencana untuk menjenguk Mamahku yang sedang sakit.
"Yul, aku duluan ya. Aku mau jenguk Mamahku." Ucapku kepada Yuli.
Yuli itu sahabatku, Yuli Wulandari. Sebenarnya aku itu punya 3 sahabat. Yang pertama Dhea Aufara, yang kedua Yuli Wulandari, yang ketiga Anisa Nurhidayah. Tapi saat naik ke kelas 3, kami tidak satu kelas lagi. Aku satu kelas dengan Yuli, dan Dhea satu kelas dengan Anisa.
"Mamah kamu kenapa, Ra?" Tanya Yuli kepadaku.
"Vertigonya kambuh."
"Kamu kenapa baru bilang sekarang? Aku hari ini ada les, jadi nggak bisa ikut jenguk kan."
"Sorry deh, lagian Mamahku baru masuk RS kemarin. Semoga aja cepet keluar dari RS." Ucapku lalu menggandong tasku.
"Yaudah deh, hati-hati ya. Salam buat Mamahmu." Ucap Yuli sambil melambaikan tangan. Aku pun membalas lambaian tangannya, dan pergi meninggalkan kelas. Aku pun menaiki taksi dan menuju RS.Melati Jakarta Pusat. 20 menit dari sekolahku. Di perjalanan, aku hanya mendengarkan lagu Sayap Pelindungmu dari TheOvertunes. Aku tahu personilnya siapa saja, tetapi aku tidak terlalu begitu suka. Tapi aku respect terhadap mereka. Saat sedang asik aku mendengarkan lagu tiba-tiba perutku berbunyi.Aku meminta Pak Supir taksi untuk mampir sebentar ke kfc drive. Aku memesan 1 burger, 1 kentang dan 1 Mocca Float.
*Di Rumah Sakit
"Aduh Mamah ruang berapa ya, aku lupa." ucapku dalam hati. Aku pun berjalan menuju ruang resepsionis dan menanyakan ruangan Mamah. Dan Mamah berada di ruangan 122. Aku pun menaiki lift. Di dalam lift aku bertemu dengan seorang laki-laki tingi besar yang memakai jaket tebal, kacamata dan kupluk. "Padahal ini Jakarta, Jakarta itu panas, tapi ini orang pake baju kayak gitu. Nggak panas apa." Ucapku dalam hati sembari melihat orang tersebut. Tiba-tiba saja orang tersebut menoleh. Aku pun terkejut, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Dan TING! Sampai di lantai 3. Ku melangkah keluar lift lalu mencari ruangan 122. "Ini dia!" Ucapku dalam hati. Lalu aku pun memasuki ruangan tersebut. Di sana, terlihat Mamah yang sedang terbaring dalam ranjang rumah sakit. Dia tersenyum kepadaku.
"Hallo, Mah? Gimana udah baikkan?" Ucapku kepada Mamah.
"Udah lumayan baik sayang. Kamu kesini sama siapa?" Tanyanya kepadaku. "Sendiri. Oh iya Mah, ada salam dari Yuli. Katanya maaf dia nggak bisa jenguk, dia soalnya les." Ucapku sambil duduk di kursi yang berada di sebelah ranjang.
"Iya nggak apa-apa, lagian Mamah nggak kenapa-kenapa kok." Ucapnya sambil tersenyum. Mamah selalu berkata seperti itu saat sedang sakit. 2 jam berlalu. Mamah pun tertidur karena pengaruh obat. Aku pun berniat untuk pulang ke rumah, mengganti bajuku lalu kembali ke rumah sakit. Secara perlahan aku keluar dari ruangan tersebut. Saat aku berjalan menuju lift, ada seseorang yang menarik tanganku lalu menutup mulutku. Aku tidak bisa berteriak. Aku di bawa ke suatu ruangan. Ternyata aku yang membawaku adalah laki-laki yang memakai baju aneh di lift, tadi. Dia membuka kacamata dan kupluknya. Dan ternyata dia itu Mada personil TheOvertunes. Aku hanya bisa diam menatapnya.
"Gue Mada. Nama lo siapa?"
"Gue... eh aku... Dira..." Ucapku sedikit gugup.
"Lo bantuin gue keluar dari RS ini. Di luar banyak wartawan."
"Tapi kamu kan udah nyamar kayak gitu, pasti nggak ketauan."
"Tadi gue udah buka identitas diri gue ke satpam yang di depan jadi percuma aja."
"Terus sekarang aku harus gimana?"
"Gue duduk di kursi roda, dan lo yang dorongin."
Aku menatap wajahnya sebentar lalu mengangguk setuju. Dia pun menarik tanganku sambil mencari kursi roda. Setelah menemui kursi roda, dia pun duduk di kursi tersebut. Lalu aku mendorong kursi roda tersebut. Cukup berat. Tapi aku berusaha mendorongnya. Setelah mencapai lantai bawah, ternyata benar saja, sudah banyak wartawan yang berkumpul di depan pintu rumah sakit tersebut. Pak satpam yang melihatku mendorong kursi roda yang di duduki Mada, menyuruh wartawan tersebut menyingkir. Dan akhirnya berhasil keluar!
"Ini udah di luar RS. Aku anter kamu sampai mana? Mobil kamu?"
"Iya, yang itu tuh." Ucapnya sambil menunjuk mobil avanza hitam berplat B 0206 MAD.
Setelah sampai di depan mobil B 0206 MAD, dia turun dari kursi roda dan berdiri di hadapanku.
"Thanks ya. Btw lo Tunists ya?"
"Tunists? Bukan kok hehe."
"Kalau bukan terus kenapa lo pake wb itu?" Ucapnya sambil menunjuk wirstband yang aku pakai.
"Oh ini di kasih dari temenku. Dia Tunists. Namanya Dhea."
"Oh iya gue tau tuh. Dunia sempit juga."
"Btw duluan ya, aku harus cepet-cepet pulang."
"Tunggu, gue anter aja."
"Nggak usah, nanti ngerepotin."
"Anggap aja ini sebagai tanda terimakasih gue."
Aku pun akhirnya setuju. Dan menaiki mobil tersebut. Selama perjalanan hanya hening yang kurasakan.
"Lo sekolah dimana?"
"Tirta Marta."
"Kelas berapa? Gue juga dulu sekolah disitu."
"Kelas XI."
"Oh iya Andrew adik gue juga di situ sekolahnya."
Aku tidak menjawab, hanya mengangguk kecil.
"Dari sini jalannya kemana?"
"Belok kiri aja."
Dan 3 menit kemudian sampai di depan rumahku.
"Makasih banyak ya Mada. Mau mampir dulu?"
"Makasih juga, Dira. Nggak usah deh gue harus ngejam bareng Mikha, Reuben."
"Oh gitu. Yaudah bye."
"Bye."
Mada pun menaiki mobilnya dan mobilnya pun semakin hilang dari jalan perumahanku.
Aku pun mengganti bajuku. Lalu men-charge iPhone dan iPodku. Aku berjalan menuju ke dapur lalu membuka kulkas, disana hanya ada satu kaleng kornet sapi. Aku pun memasak kornet tersebut untuk makan Soreku.