Part 2

175 5 0
                                    

Setelah selesai makan, aku segera mandi dan bersiap-siap untuk kembali ke rumah sakit. Oh iya, aku itu anak satu-satunya dan hanya tinggal berdua bersama Mamah. Karena Papahku..... aku tidak mau membahasnya. Sebelum berangkat, aku mengunci semua pintu di rumah. Aku pergi menaki taksi lagi karena aku tidak bisa mengendarai motor atau pun mobil haha! Setelah sampai di rumah sakit ada seorang satpam yang memberikan sebuah surat kepadaku. “Ini surat dari siapa ya?” Ucapku dalam hati. Setelah sampai di ruangan 122. Aku melihat mamah yang sedang tertidur pulas. “Kasian Mamah pasti dia kecapean ngurus aku sendirian. Andai Papah bukan orang yang.... ah ngapain mesti inget Papah lagi. Emang Papah inget sama aku.” Ucapku dalam hati. Kemudian aku teringat akan surat tadi yang diberikan oleh Pak Satpam. Ku buka surat tersebut dan ternyata dari Mada, isinya....

Hallo, Dira!

Gue terimakasih banyak sama lo. Tapi  lo jangan kaget kalau nanti di media bakalan ada berita tentang lo dan gue. Yap! Ada salah satu wartawan yang tau kalau orang yang lo dorong waktu di kursi roda itu gue. Tapi lo nggak usah khawatir, gue bakalan bilang kalau lo itu cuma Tunist. Btw gue lupa minta nomer lo, jadi gue aja yang kasih nomer gue ya +6283xxxxxxxxx

“Ngapain coba Mada ngasih nomer?” Ucapku bingung dalam hati. Ku selipkan surat tersebut ke binderku lalu ku simpan binder tersebut ke dalam tas. Tiba-tiba handphoneku berbunyi, telepon dari Anisa.

*In Call

Dira     : Hallo?

Anisa  : Hallo, Dir. Kamu dimana?

Dira     : Aku di rumah sakit, Nis. Ada apa?

Anisa  : Aku, Dhea, Yuli mau kesana. RS Melati kan? Ruang berapa?

Dira     : Ruang 122. Aku tunggu ya, Nis. Bye!

Anisa  : Bye!

*End Call

Sudah pukul 7 malam. Mamah belum bangun dari tidurnya. Sedari tadi aku memdengarkan lagu Sayap Pelindungmu – TheOvertunes di iPodku. Entah kenapa aku sangat suka dengan lagu ini. Tidak lama kemudian Anisa, Yuli, dan Dhea masuk ke dalam ruangan.

“Hai, Dir! Eh... Mamahmu lagi tidur ya...” Ucap Dhea dengan suara yang di pelankan.

“Iya, dari tadi Mamah tidur terus. Kayaknya akibat obat sama kecapean juga. Selama ini Mamah kan kerja terus, dan dia ngurus aku sendirian.”

“Iya juga sih. Btw kenapa nggak pake pembantu aja biar ngeringanin kerjaan Mamahmu di rumah juga kan.” Ucap Yuli

“Pengennya juga sih gitu. Nanti aku coba bilang ke Mamah deh.”

“Eh, kalau kita bertiga nginep di sini sambil nemenin kamu boleh nggak? Terus boleh nggak sih nginep sebanyak ini di rumah sakit?” Tanya Nisa

“Serius kalian mau nginep? Boleh, kata aku. Tenang aja.” Jawabku sambil tertawa

“Serius lah! Bener ya? Kalau kita di marahin sama suster atau dokter, kamu harus tanggung jawab.” Ucap Dhea sambil diiringi tawanya.

“Iya aku yang tanggung jawab. Yang penting kalian temenin aku deh. Kalian tau sendirikan aku itu selalu kesipian.”

“Hahaha! Always alone ya? Di hati juga kan?” Canda Yuli sembari tertawa.

“Kayak yang  kamu nggak aja, Yul.” Ucap Nisa.

Seketika pun kami tertawa. Dan kami seketika pun berhenti tertawa karena ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan.

Hospital LoveWhere stories live. Discover now