Di sebuah ruangan, terlihatlah seorang gadis dengan surai keunguan, yang saat ini tengah menikmati mimpi indahnya. Hingga, seorang wanita memasuki ruangan tersebut, dan menepuk pelan pipi gadis tersebut, sambil berkata,
“Yukino, ayo bangun. Sudah pagi, loh.”Tetapi, bukannya beranjak, gadis itu malah semakin menenggelamkan diri ke dalam selimut tersebut. Bersikap seakan-akan tidak perduli. Ditambah lagi, ia benar-benar malas untuk bangun di pagi hari seperti ini, salah satunya karena pengaruh cahaya matahari yang seakan-akan membakar tubuhnya, dan membutakan penglihatannya.
“Yukino, ini sudah pagi. Ayo bangun, nanti kau terlambat berangkat ke sekolah.” panggil wanita itu, seraya membuka jendela yang ada di ruangan tersebut, membiarkan cahaya matahari pagi memasuki ruangan tersebut. Terkadang, wanita itu merasa agak bingung dengan perilaku putri semata wayangnya itu. Gadis itu menyukai tempat yang gelap dan sejuk, serta terhindar dari cahaya matahari. Namun, tentu saja, gadis itu tetaplah putri kandungnya.
Setelah beberapa saat, gadis itu mulai bangun seraya menguap pelan, dan mengusap matanya perlahan.
“Kau bangun juga,” ucap wanita itu seraya tersenyum, yang membuat gadis itu tersenyum tipis, seraya berkata,”Ohayou, Kaa-sama.”“Ohayou, Yukino.”
Wanita itu benar-benar bahagia memiliki putri seperti Yukino, gadis itu benar-benar seperti seorang dewi. Tubuh yang tidak terlalu tinggi, rambut ungu sepunggung, dan sepasang mata berwarna ungu amethyst yang mampu menyihir siapapun yang melihatnya.
“Aku siap-siap dulu.” ucapnya, seraya meninggalkan tempat tersebut dan menuju ke kamar mandi yang berada di lantai satu.
‘Semua ini, karena pasukan matahari sialan itu.’ umpatnya dalam hati, seraya mengepalkan tangannya.
Akibat dari penyerangan pasukan White Sun ke kerajaannya secara tiba-tiba itu, membuat banyak penduduk kerajaannya yang meninggal. Dan, untuk keselamatan, iapun dikirim ke dunia manusia, untuk hidup sebagai manusia normal, dan menjalani kehidupannya sebagai manusia. Meskipun, ia tetaplah bukan manusia normal yang bisa bersikap sesukanya. Ia harus mengendalikan diri. Ceroboh sedikit, akan mengakibatkan bencana yang cukup berbahaya. Ia masih ingat, betapa paniknya ia, ketika tak sengaja menurunkan salju di musim panas. Tetapi, untung saja, tidak ada yang mengetahui, bahwa itu perbuatannya. Mengendalikan es dan salju dengan bebas, memanglah kemampuan penduduk Black Moon. Berbeda dengan penduduk White Sun, yang mampu mengendalikan api dengan bebas.
Setelah beberapa saat, ia telah mengenakan seragam sekolah barunya, dan segera menemui ibu angkatnya untuk sarapan bersama.
***Sementara itu di rumah lain pada kota yang sama, terlihat seorang pemuda dengan surai biru tua yang saat ini telah bangun dan bersiap-siap. Lalu keluar, dari kamarnya, setelah membuka jendela kamarnya, dan menikmati sinar matahari pagi yang begitu menyegarkan itu.
“Ohayou gozaimasu, Kaa-chan.” sapa pemuda itu seraya tersenyum riang, dan menghampiri sesosok wanita yang saat ini baru saja selesai menyiapkan sarapan.
“Ohayou, Kaitou-kun. Bagaimana tidurmu?” tanya wanita itu seraya tersenyum melihat putranya yang selalu bangun sepagi ini, dan juga sangat bersemangat.
“Hehe baik. Ada yang bisa kubantu?” tanya Kaitou, yang membuat wanita itu menggeleng, seraya berkata,”Kaa-chan bisa melakukannya sendiri. Dan juga, kau siap-siap saja ya? Ini sudah tahun ajaran baru, loh.”
“Ah, iya juga. Hehe, aku sampai lupa.” kekeh Kaitou, seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Karena penyerangan kerajaan Black Moon, menyebabkan kerajaannya mengalami kekacauan. Dan, untuk keselamatannya, ia dikirim ke dunia manusia. Meskipun sejujurnya, ia merasa berat hati meninggalkan kerajaannya, dan mementingkan keselamatan dirinya sendiri. Tapi, ia tidak punya pilihan lain. Terpikir olehnya, bagaimana nasib saudara-saudaranya disana, ia hanya bisa mengharapkan yang terbaik. dan, berusaha untuk mencari cara pulang kembali ke rumahnya.
“Kaitou-kun?”
“Eh, ah, ada apa, Kaa-chan?” tanya Kaitou seraya menatap bingung wanita itu, yang hanya bisa menggeleng dan mengusap surai biru tua pemuda tersebut.
Meskipun, ia merasa bahagia, dikaruniai seorang putra yang tampan, ramah, dan periang, namun, ada kalanya ia merasa khawatir. Terutama, tatkala melihat putranya itu, tengah melamunkan sesuatu yang sepertinya cukup serius. Dan, ia hanya bisa berharap, apapun masalah pemuda itu bisa diselesaikan oleh pemuda itu dengan baik.
Setelah sarapan, bersama ibunya itu, Kaitoupun berangkat meninggalkan kediamannya untuk menuju ke SMA Sakuragi, tempatnya belajar dan menuntut ilmu selama menjadi manusia. Untungnya, jarak rumahnya ke tempat tersebut tidak terlalu jauh, sehingga cukup dengan berjalan kaki untuk mencapainya.
Hidup sebagai manusia itu cukup sulit. Ia harus bisa mengendalikan diri dengan baik. Sebuah kecerobohan kecil, akan membuatnya terlibat dalam masalah. Ia masih ingat, ketika ia secara tidak sengaja membakar setumpukan kertas, yang untungnya kosong itu di sebuah ruangan kesiswaan. Dan, sepertinya tidak ada yang mengetahui hal itu.
Saat ini, ia baru saja sampai di sekolah tersebut, dan karena hari ini adalah tahun ajaran baru, maka, bisa dipastikan akan banyak anak-anak baru. Ia benar-benar tidak sabar, untuk memiliki teman baru lagi. Hingga secara tak sengaja, iris violetnya terpaku pada sesosok gadis, dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, dan memiliki surai berwarna ungu muda sepunggung. Meskipun, ia terlihat seperti gadis biasa, namun, Kaitou bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan gadis itu.
“Kaitou, hayooo, asik benar memperhatikan murid baru it- hei!”
Mengabaikan ucapan siswa tersebut, Kaitoupun melangkah menghampiri gadis tersebut. Setidaknya, saat ini ada sesuatu yang ingin ia pastikan. Dan kini, ia telah berhadapan dengan gadis tersebut. Gadis bersurai ungu muda itu. Gadis yang mampu menarik perhatiannya, meskipun ini pertama kalinya mereka bertemu.
***Yukino yang saat ini baru saja sampai di sekolah barunya itu, hanya bisa menghela nafas pelan. Ada beberapa hal, yang cukup merusak harinya saat ini. Dimulai dari matahari yang cukup terik, orang-orang yang dari tadi terus memperhatikannya. Setelah ini apa lagi?
Hingga secara tiba-tiba seorang pemuda dengan surai biru tua jabrik menghampirinya. Dan saat ini berada di hadapannya. Maka dari itu, saat ini, lagi-lagi pandangan terarah pada mereka, namun setidaknya ia tidak perduli. Dan juga, ia merasa aneh, melihat pemuda di hadapannya itu. Bukan karena rambut jabrik biru tuanya, ataupun irisnya yang hampir mirip dengannya, tapi... pemuda itu terlihat seperti matahari? Tunggu, ini tidak mungkin. Tidak mungkin kalau pemuda di hadapannya ini adalah White Sun!
“Ada apa ya?” tanyanya berusaha untuk, terlihat santai.
“Um... murid baru ya?”
“Iya. Kenapa?”
Bisa ia lihat, pemuda itu sepertinya kebingungan, mungkin ia kehabisan kata-kata. Dasar, pemuda seperti ini, mana mungkin White Sun. Sepertinya, firasatnya salah.
***Ohayou Gozaimasu: Selamat Pagi
Kaa-sama/Kaa-chan: Ibu
KAMU SEDANG MEMBACA
White Sun and Black Moon(Hiatus)
FantasyMatahari dan bulan tak pernah ditakdirkan untuk saling berdampingan. Karena mereka mempunyai unsur bawaan yang saling berlawanan. Namun meskipun berlawanan, mereka ditakdirkan untuk saling melengkapi satu sama lain. Karena sang Matahari takkan bisa...