Ku Temukan Terangku

26 1 0
                                    


Teman, satu kata yang sangat akrab dengan senyum dan tangis. Kerap menjadi pupuk penyemangat hidup namun terkadang tidak jarang menjadi racun yang memabukkan. Hidup di asrama sebagai siswi SMA sangatlah menyenangkan. Kau hampir bisa menyentuh setiap daerah dengan mendengarkan pembicaraan temanmu, kau bahkan bisa menangis dan marah dalam satu waktu di asrama, tertawa sambil berguling atau bahkan hilang arah karena kau menjatuhkan dirimu sendiri.

Sarah, begitulah anak-anak asrama memanggilku. Menempuh jalan yang tak pernah ku sapa dan tinggal di tanah orang yang tak pernah ku kenal. Kini aku sudah memasuki tahun kedua kontrak beasiswa di sekolah ini dan aku tergabung dalam salah satu organisasi besar di sekolah yaitu Pengurus Asrama dibagian kedisiplinan. Aku mendapatkan amanah yang cukup menantang tahun ini yaitu sebagai penegak disiplin asrama atau biasa disebut disiplin squad (DS).

Sebenarnya aku tidak pernah memiliki niat untuk mengambil amanah itu, menurutku itu sangatlah sulit. Aku hanyalah anak ingusan yang baru saja mengenakan khimar untuk merangkul auratku namun belum sepenuhnya merangkul akhlakku. Sebagai DS aku selalu dituntut untuk memberikan contoh yang baik,disiplin dalam segala hal, mengingatkan orang mengaji dan salat serta banyak lagi tanggung jawab yang harus ku laksanakan. Namun, aku belum sepenuhnya yakin dapat melakukan itu.

Seorang DS? Hah kata yang tidak pernah menyentuh hatiku. Aku bukanlah begal syar'i yang mengenakan khimar dan berlagak pembangkang namun aku juga bukanlah peri yang baik hati dan dapat memikat hati semua orang. Aku masih sangat labil dalam menentukan jati diri karenanya aku memiliki satu ketakutan besar dalam memegang amanah ini yaitu emosi dan ketidakpercayaan diri.

Aku menangis terisak saat ku dipaksa menjadi DS karena mereka berpendapat tidak ada yang cocok untuk menjadi DS asrama di antara anggota organisasi kami. Bukan tanpa alasan aku menolak keras amanah ini, hal ini dikarenakan aku adalah tipikal orang yang menargetkan kesempurnaan dalam setiap hal yang ku jalani. Aku sadar satu hal yaitu kekuranganku masih jauh lebih banyak dibandingkan teman-teman yang lain.

Berkhimarpun aku belum sanggup untuk syar'i, pikiranku tidak jarang tidak suci, hatiku masih sering ternodai dan mulutku sering mengaum menyakiti. Bagaimana mungkin aku bisa menjalani tanggung jawab sebesar itu jika aku sendiri masih perlu banyak berbenah diri. Di sisi lain aku merasa tugas yang akan kujalani tidak telalu membangun leadership skill yang aku targetkan. Hanya sekedar mengingatkan, semua orang bisa melakukannya namun berkoar sekeras apapun aku tidak dapat menghindari keputusaan ini.

"Sarah, kau pasti bisa menjalani amanah ini, kalau ada kesulitan pasti kami membantu. Tidak mungkin aku meninggalkan seorang anggotaku." kata Arai ketua asrama.

"Kalian itu tidak mengerti, menjadi DS sangatlah sulit. Trialnya saja sangat menyakitkan. Apa kalian tahu dan pernah pedulu saat aku selalu dibentak kakak kelas dan kalian saja tidak sekalipun berdiri di sampingku saat mereka menerkamku, menyindirku sampai melabrakku." kataku ditengah air mata yang mengalir sederas hujan di Pancoran.

Suasana menjadi hening sesaat. Lili, Fia dan Kina berusaha menenangkanku lalu kembali ke meja diskusi. Mereka melanjutkan diskusi tanpa menghiraukan aku yang tengah menangis. Aku memang tidak terlalu dekat dengan anggota organisasi asrama ini karena awalnya aku tidak memiliki niat untuk kembali menjadi pengurus asrama dan memilih menjadi anggota OSIS namun teman-temanku menolak.

"Sekarang sudah pukul 10 malam dan saatnya kembali ke asrama. Jadi bagi teman-teman diharapkan dapat saling membantu setiap anggota kita yang sedang kesulitan karena kita tahu organisasi tidak bisa bergerak sendiri. Kasihan Sarah kalau misalnya kalian tidak membantunya. Mungkin kalian tidak bisa membelanya di hadapan kakak kelas tetapi setidaknya rangkul ia dengan tetap menjalankan peraturan dan menjadi contoh yang baik. Saya akhiri diskusi malam ini, wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh." diskusi kami selesai dengan akhir yang sangat menyebalkan. Aku keluar dari ruangan dan langsung menuju asrama. Langkahku yang menggebu diiringi api dan membakar suasana lorong asrama yang ramai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 19, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ku Temukan TerangkuWhere stories live. Discover now