Sebenarnya, sederhana saja sumber kekacauan itu
Maslow memaparkan dengan kejelian
Tingkatan kebutuhan
Tingkatan keinginan
Tak lain dari kesempurnaan manusia sebagai ciptaan
Menghirup udara, menelan kenikmatan yang beraneka rasa
Membuat langit-langit yang teduh, merasakan cinta
Mengejar indahnya citra, sampai mengeluarkan kemampuan sekuat tenaga
Manusia, ya seperti itu adanya
Hingga kompleksitas dan keterbatasan mulai merambat jauh
Ancaman dan hambatan pemenuhan menerpa tiap insan yang terbiasa berpesta pora
Atau tidak terbiasa dengan kedatangan kebenaran nyata
Sedari awal tak dekat dengan Tuhan, tak kenal moralitas
Jadinya semua hukum dilibas
Senggol sana-sini tak jadi riuh
Ironisnya, menciptakan drama
Yang putih menjadi hitam
Yang bunga menjadi tinja
Yang batu kerikil menjadi permata
Kejahatan melangit, kebaikan terus tenggelam
Tokoh keji dipuja, orang baik dianiaya
Sungguh gila panggung ini
Panggung kecil ini diporakporandakan sesuka hati
Sungguh, tempat yang mencengangkan
Apa yang kemudian hendak jadi hikmah jika semua akan tiada?
Senyuman tak lagi jadi penilai adil
Karisma apalagi, omong kosong
Cacat moral nan bengal
Dibungkus dengan kecakapan yang indah
Ya, cakap bersandiwara maksudnya
Frustasi? Bingung?
Sama, saya juga
Waspada? Curiga?
Ya, itu perlu
Kabur? Menghindar?
Tidak-tidak, jangan
Janji-Nya tak pernah salah
Tak pernah meleset, pasti dipenuhi
Percaya terus
Pegang teguh terus
Keadilan tidak selalu datang seketika
Tapi kebenaran bisa datang tak diduga-duga
Maka, bersabarlah...
Ya, inilah panggung drama yang menakjubkan
Tapi terlalu menakjubkan untuk berjalan tanpa bimbingan
"Berikan kami jalan yang lurus, selalu"
YOU ARE READING
Curahan Kritis Sang Amatir
PoetryBanyak ngritiknya, banyak juga (mungkin) retorikanya. Semoga lurus. Perhatian : Gambar bukan milik pribadi