Sebuah scrapbook dengan sampul berwarna pastel yang aku temukan tergeletak rapi di meja tamu membuatku penasaran. Warna pastel yang aku sukai itu kembali mengingatkanku padanya. Aku meraskan mataku memanas dan pasti sebentar lagi sebutir air akan jatuh dari pelupuk mataku.
"Kau ingin melihatnya?" suara bariton dengan logat British yang kental terdengar. Ia meletakkan pantatnya di sampingku dan merangkul pundakku hangat.
Aku masih terdiam terpatung, jika aku melihatnya pasti aku akan berakhiran sama seperti beberapa hari kebelakang. Namun, aku sungguh ingin melihat apa isi dari scrapbook itu. Aku raih scrapbook itu, mengusap sampulnya dengan tanganku.
"Jika kau tidak sanggup, kau tidak usah membukanya. Aku bisa menyimpan scrapbook itu jauh jauh darimu," katanya. Aku menatapnya lalu menahan tangannya yang hendak mengambil scrapbook itu dari tanganku.
"Jangan, Nat. Aku ingin melihatnya dan kau jangan sekalipun untuk melarangku." Lelaki dengan mata coklat pekat itu menatapku lekat lalu menghela nafasnya berat.
Aku membawa scrapbook itu menaiki tangga dan meletakkannya di atas tempat tidurku, sebelum membuka covernya aku menghela nafasku panjang dan langsung menghembuskannya.
Mari kita mulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHOTOGRAPH
Teen FictionA diary written by romantic man who can make your heart fluttering.