Prolog

193 9 7
                                    

Hai,, namaku Rachel aku sekarang masih bersekolah, kelas 9 SMP, dan apa kau tau itu? Yap! Aku akan segera merasakan indahnya masa putih abu-abu. Aku memiliki seorang sahabat yang sangat peduli padaku, namanya Rabeka.

Keluargaku masih lengkap lho, aku masih memiliki ayah juga ibu, bahkan kakak hehe.. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, kakaku seorang laki-laki masih berkuliah saat ini, kaka kandung yang menyebalkan tidak pengertian sama adiknya, tapi ada saatnya Ia membelaku di depan kedua orang tuaku, namanya Kevin. Stop it! Cukup ya hehe.

***

Aku berada di sekolah saat ini. Istirahat sangat berarti bagiku, sebentar lagi jam istirahat akan berakhir tinggal beberapa menit lagi. Aku harus segera membawa buku tugas teman-teman sekelasku ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan sebagai sekretaris kelas membuatku sibuk, pengurus kelas lainnya mendapat tugas yang lain juga.

Gubrak..

Ya ampun, buku-buku yang ku bawa berhamburan di lantai, orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongku, meminta maafpun tidak.

"Sial! Lari ga pake mata apa ya.."gerutuku. Dengan wajah masam aku mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh, belum selesai aku merapikan semuanya, terdengar langkah kaki yang datang menghampiriku.

"Kasian banget, bukunya jatuh ya?"cemooh seorang cowok. Sejenak aku berhenti merapikan bukunya, aku melihat siapa orang yang berani mencemoohku. Wah benar saja, ternyata dia lagi. Cowok berpostur badan tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Diego, ka Diego! Dia adalah kaka kelas yang sangat aku benci. Aku memanggilnya kaka karena memang dia kaka kelasku, ka Diego sekarang kelas 10 SMA. Yap. Sekolah ini sangat besar, semuanya ada disini, SD, SMP sampai SMA.

Akupun melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan ka Diego.

Aku melirik ka diego sepintas yang sementara mengeryitkan alisnya. Dan kembali Ia tercenung karena aku tidak menanggapinya. Biasanya kalo aku terpancing dengan omongannya, perang mulut akan terjadi dan takkan selesai sebelum seorang datang melerai.

Teet.. Bel tanda jam pelajaran terdengar nyaring.

"Maksud hati pengen bantu adik kelas gue yang jelek ini, tapi apa daya uda keburu bel. Jadi sorry nggak bisa bantu"ucap ka Diego.

Terlihat jelas bahwa ka Diego masih menunggu reaksiku selanjutnya. Tapi aku tidak membalas dengan cemooh ataupun ejekan.

Sementara aku merapikan begitu banyak buku, aku sedikit meliriknya, dan terlihat kalo ka Diego sedang bergumam sesuatu, tapi apa peduliku? Ka Diego berbalik badan bersiap untuk masuk ke kelasnya.

Setelah aku selesai membereskan buku-buku, dengan semangat 45 aku mulai mengayunkan kaki kananku ke arah kaki kiri ka Diego dengan keras.

"Aduhh"pekik ka Diego, sambil memegang kakinya yang aku sekop itu.

"Makan tuh sakit!!"kataku, aku berlari meninggalkan ka Diego yang masih meringis kesakitan. Senyum kemenangan kini memghiasi wajahku.

***

"Rachel.."panggil seorang, yang aku tau itu pasti Rabeka.

Akupun menoleh ke belakang, dan benar saja, itu adalah Rabeka sahabatku sejak kelas 7 yang sedang berlari ke arahku. Pasti dia ingin minta pulang bersamaku, karena itu kebiasaannya saat mobilnya disita ayahnya.

Aku hanya membalikkan tubuhku berjalan mencari mobil honda jazz kesayanganku. Masih celingak-celinguk mencari mobil, Rabeka malah menjitak kepalaku dari belakang.

"Aduhh"ringisku.

"Woy bee, nggak denger teriakan gue ya? Temen macam apa yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri?"ucap Rabeka, sambil mengerucutkan bibirnya.

Jarak & WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang