Luka Ketiga (Classmate)
Ada yang berbeda dari pagi ini, Arinka tidak bisa memastikan apa - apa. Dia hanya tahu ada yang aneh, sebab sedari tadi saat memasuki sekolahnya pasti ada saja yang menatapnya kemudian setelah itu berbisik - bisik yah walaupun setiap harinya juga seperti itu tapi tidak separah ini bahkan ada yang terang - terangan menyebut namanya tapi ia tidak bisa memastikan apa masalahnya.
"Hoy!" Suara itu menghentikan langkah Arinka yang memang sedang berjalan tadi, Arinka menoleh kesumber suara dan makin terheran karena kehadiran orang yang memanggilnya.
"Kenapa lo natap gue kayak gitu?"
"Zeta, kamu sehat?" bukannya menjawab pertanyaan Zeta, Arinka malah balik bertanya.
"Lo nggak lihat gue sesehat gini?" jawab dan tanya Zeta dengan nada heran, Arinka menggeleng - geleng kecil pertanda bukan itu maksud dari pertanyaannya.
"Maksud aku, nggak biasanya kamu kesekolah sepagi ini. Kamu ratunya telat, masih ingat?" Zeta memutar kedua bola matanya jengah, dia pikir ada sesuatu yang lebih penting dari itu yang ingin diucapkan Arinka.
"Gue anak sekolahan jadi wajar kesekolah pagi, masih ingat?" balas Zeta sinis. Arinka jadi salah tingkah, Zeta memang benar tapi aneh saja melihat Zeta yang mau datang kesekolah sepagi ini, biasanya sahabatnya itu akan telat kalau tidak ia hanya akan datang menengok sudah itu langsung pergi.
"Bukan gitu maksud aku Zet tapi sudahlah lupakan, lagian bagus juga kalau kamu mau datang nggak telat lagu hehehe" Jawab Arinka sambil tersenyum lucu, Zeta hanya mendesah sebentar kemudian membalas senyum Arinka.
"Ayo kekelas" ajak Zeta, Arinka mengangguk kemudian berjalan bersama Zeta menuju kelasnya.
**********
Arinka masih tidak tahu apa yang sedang terjadi sehingga semua teman sekelasnya daritadi bertingkah aneh dan menatapnya aneh. Arinka yakin ada sesuatu yang aneh.
"Zet, sadar nggak ada yang aneh?" tanya Arinka pada Zeta yang sibuk memainkan ponselnya.
"Lo yang aneh daritadi ngomongin orang aneh terus" Jawab Zeta datar, Arinka merenggut kesal pasalnya dikatai aneh.
"Bicara sama kamu itu nyebelin, mending bicara sama Alfa" kata Arinka sebal, Zeta memilih memgedikkan bahu tanda tak peduli dan membuat Arinka makin sebal. Arinka menatap punggung Alfa yang memang letak bangkunya berada persis diepan Arinka. Dicoleknya punggung pemuda itu.
"Alfa, saya mau ngomong" panggil Arinka. Alfa menoleh kebelakang dan menatap Arinka dengan pandangan bertanya.
"Hari ini kamu juga aneh" Kata Arinka. Alfa terlihat salah tingkah saat ditatap intens oleh Arinka.
"Saya nggak aneh tapi kamu yang aneh karena ngatain saya aneh" jawab Alfa. Arinka kemudian menatap Zeta dan Alfa bergantian pasalnya jawaban mereka berdua yang hampir persis, hanya penyampaiannya yang beda.
"Emang ya kalau jodoh pasti samaan" Alfa yang tidak mengerti hanya mengernyit bingung sedangkan Zeta diam - diam tersenyum tipis.
"Amin" kata Zeta pelan tapi masih bisa didengar oleh Arinka yang nampak kaget dan Alfa yang terlihat tenang saja. Arinka bertambah yakin untuk mengatai orang - orang disekolahnya aneh sedangkan Alfa jadi teringat kejadian kemarin sore saat ekstrakulikuler sedang berjalan.
**********
"Gimana kalau gue bilang, gue suka sama lo?" yang jelas itu bukan suara Alfa. Itu suara Zeta, si cewek bar - bar yang tadinya ingin ia marahi karena membully seorang cewek.
"Gue tahu ini berat tapi sekarang gue gantungin mimpi dan harapan gue sama lo jadi sekedar info aja, lo panutan gue sekarang karena gue ngikutin mimpi serta harapan gue kemana dan apa yang dia lakuin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeluk Luka
Teen FictionKarena saya percaya semua orang memiliki lukanya sendiri maka kubuat cerita ini. Kisah yang penuh dengan Luka, yang mungkin Lebih Meluka dari kalian. Enjoy!