END

33.8K 1.4K 71
                                    

Cristabel, biasa dipanggil Abel baru saja diterima di salah satu perguruan tinggi swasta. Dan hari ini adalah hari pertama ospek bagi mahasiswa baru. Dari kemarin dia sudah menyiapkan apa saja yang harus di bawa, mulai dari topi caping, tas dari kantong kresek berwarna merah putih sampe aksesoris kalung yang terbuat dari kombinasi berbagai permen bertangkai.

"Maa, paa, Abel berangkat yaa." Abel pamit kepada kedua orangtuanya. Dia sudah menghabiskan sarapan yang disiapkan oleh mamanya. Dia menghampiri mamanya untuk salim, lalu dilanjutkan dengan salim sama papanya.

"Hati-hati dijalan sayang. Kalau udah selesai langsung telepon Pak Ujang aja, biar langsung dijemput." Manda, mamanya Abel menasehati. Dia tau Abel tidak akan bisa pulang tanpa di jemput Pak Ujang, sopir keluarga mereka. Abel sudah terbiasa kemana-mana di antar sopir, dan itu membuatnya belum bisa mandiri di usianya yang menginjak 18 tahun.

"Okee maa."

Abel melangkahkan kaki keluar dari rumah, lalu masuk ke mobil. Dan sekarang dia siap untuk menjalani kegiatan ospek nanti. Dia berharap bisa menemukan seorang teman di hari pertama nanti.

***

"Heh kamu..sini !!"

Seorang senior wanita panitia ospek memanggil Abel untuk maju ke depan, setelah tadi teman-teman lainnya disuruh maju. Dan yang akan di lakukan Abel adalah memakan permen bertangkai yang tadi telah di makan bergilir oleh mahasiswa baru lainnya.

Abel mulai merasa mual membayangkan akan memakannya. Sungguh, dia tidak pernah melakukan ini, ditambah lagi dia termasuk orang yang menyukai sesuatu yang menurutnya sudah bersih.

"MAKAN INI !!" Perintah senior tersebut dengan bentakan khas ospek.

"Tapi kak..." Ucap Abel ragu.

"APAA ?? GAK USAH BELAGU DEH. CEPETAN MAKAN.!"

Abel memanyunkan bibirnya, kebiasaan yang sulit di hilangkan. Dia menghela napasnya, mengambil permen tersebut lalu mengamatinya.

Astaga.

Dia tidak akan sanggup memakannya. Tapi dia harus melakukannya juga bukan ? Abel mulai memejamkan matanya, mencoba mengusir fikiran-fikiran yang makin membuat perutnya mual.

"Tunggu...gue rasa sekarang waktunya istirahat. Kalian semua boleh istirahat." Suara seorang senior pria menghentikan aksi Abel, dia sontak menoleh ke asal suara. Tampan. Itulah penilaian Abel pertama kali terhadap senior tersebut.

Bukannya ikut bubar seperti mahasiswa lainnya, Abel justru hanya diam ditempatnya sambil menatap senior itu. Dia tidak menyadari keadaan sekitar yang telah sepi.

"Sampai kapan kamu berdiri di situ ? Atau kamu memang mau mencoba rasa permennya ?" Pria itu menggoda Abel yang seketika tersadar akan kekonyolannya. Dia malu sekali.

"Aa...eeh...makasih kak." Ucap Abel tergagap.

"Makasih buat ?"

"Udah nyelamatin aku tadi, aku gak suka sama permen ini." Abel membuang permen tersebut ke tong sampah terdekat.

Pria itu tertawa. "Mana ada yang suka permen bergilir itu. Sudahlah, aku hanya tidak mau kamu muntah-muntah kalau memakannya."

"Sekali lagi terimakasih kak."

"Baiklah, aku pergi dulu." Pria itu baru berjalan beberapa langkah saat Abel memanggilnya kembali.

"Ehm..kak..."

Pria itu berbalik. " yaa ?"

"Boleh aku tau nama kakak ?"

Pria itu tersenyum. "Jovan."

Mencintaimu, Selalu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang